Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang KPR Pada Bank (PT. Bank Century,Tbk)

(1)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

TINJAUAN TERHADAP MANFAAT ASURANSI JIWA SEBAGAI

JAMINAN TERHADAP PELUNASAN HUTANG KPR PADA BANK (PT. BANK CENTURY,Tbk)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA HUKUM Oleh :

AFNIDA NOVRIANI

050200006

Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Perdata BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2008 FA

K U L TA

S

H

U

K U


(2)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

TINJAUAN TERHADAP MANFAAT ASURANSI JIWA SEBAGAI

JAMINAN TERHADAP PELUNASAN HUTANG KPR PADA BANK (PT. BANK CENTURY,Tbk)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA HUKUM Oleh :

Afnida Novriani Nim. 050200006

Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Perdata BW

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Prof. Dr. H. Tan Kamello, S.H., M.S. NIP. 131 764 556

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Prof. Dr. H. Tan Kamello, S.H., M.S.) (Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum) NIP. 131 764 556 NIP. 131 961 354

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya berupa kesempatan, ilmu, kesehatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam Skripsi ini penulis menyajikan judul : "Tinjauan Terhadap

Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang KPR Pada Bank (PT. Bank Century, Tbk)". Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikannya tepat waktu.

Pada kesempatan ini, dengan segala hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. H. Tan Kamello, SH, M.S., selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan dan juga sekaligus selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan masukan-masukan yang sangat berharga.

3. Ibu Rosnidar Sembiring, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta masukan yang sangat bermanfaat.

4. Bapak Affan Mukti, SH, selaku Dosen Wali yang telah memberikan arahan-arahan dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan penulis.


(4)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas pengabdian serta dedikasinya menyumbangkan ilmu dan mendidik penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum, berikut segenap Staf Administrasi yang telah banyak membantu pengurusan dokumen administrasi selama perkuliahan.

6. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis, H. Afrizal Arsad Hakim, SH dan Hj. Ir. Siti Suryani, MEd (u r my ticket mom), terima kasih penulis ucapkan sedalam-dalamnya atas segala kasih sayang yang tak terhingga, dukungan, motivasi, bimbingan, nasehat, fasilitas dan segala yang telah diberikan kepada penulis dari kecil hingga sampai sekarang ini yang tidak akan pernah bisa penulis balas dengan apapun serta doa yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah serta skripsi ini dengan baik. (“A hundred pieces of love special for u..”)

7. Tersayang untuk abang penulis, Drg. Asnul Arfani dan adik penulis Alfin Radhian, terima kasih untuk kasih sayang dan bantuannnya dalam segala hal serta doa yang telah diberikan. (I'll always miss u Guys...!!)

8. Untuk seluruh keluarga besar penulis, terima kasih untuk dukungan, doa, serta kasih sayangnya, dan yang tak terhingga penulis ucapkan terima kasih untuk Big Family of Arsad Hakim, terima kasih penulis ucapkan untuk limpahan doa yang telah diberikan kepada penulis.

9. Untuk sahabat-sahabat Tercinta, Ranti, Lala, Vikha, Opid, terima kasih untuk persahabatannya yang GOKIIIIL….!!! Semoga langgeng sampai tua..(miss all of u).


(5)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

10.Untuk teman Terbaik dari yang terbaik, buat Bobo si “never be mine”.., terima kasih untuk dukungan, motivasi, nasehat, doa, dan segalanya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dengan semua itu penulis mendapatkan semangat yang luar biasa untuk menyelesaikan skripsi ini. (Cuz u bring out d bez in me, like no one else can do..that’s why I’m by your side, that’s why I love u…[^oo^]), zuzu si “2 taon 8 bln”..terima kasih buat segalanya..(I’ve been learning to live without u now, but I miss u sometimes).

11.Untuk teman-teman kantor, terima kasih buat dukungan, doa dan godaan yang diberikan, Jeung Nani (si pemakan gula dan pembersih lantai), Bou Yanti (si tobat di jalan yang sesat…hhehee..ati2 di tuba y buk), Keni (diam2..tapi gerak truss!!), Neni Bortob (mudah2an bisa langsing seperti yang diharapkan), Om Ahmad “Sitorus” Dhani (hari2 Lapangan..Capek dee).

12.Untuk semua teman-teman penulis di Fakultas Hukum USU, terutama Deswita Ariyanti Rangkut i (thanks girl buat gila-gilaannya, buat selingkuh barengnya...GANAS!!!), Reka Elvina Putri Gulo (teman suka dan duka dari awal kuliah sampai akhir….thanks for 3,5 tahunnya!!), Satria Braja (si gendut di sarang perawan…hahhaa..betah juga ya ja!! Moga dapat jodoh cepat y bro…), Benedicta Arsita (Jupe’nya Hukum...walaupun bentar tapi OK laa cara bertemannya!!), Rizqie Savitri (seribu doa buat Qee biar cepat tamat juga) terima kasih untuk segalanya, terutama hari-hari yang indah yang pernah kita lewati bersama.


(6)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

Di samping itu juga sekaligus keberhasilan ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua penulis serta kepada abang dan adik penulis dengan harapan kiranya skripsi ini dapat menjadi dorongan serta motivasi bagi adik penulis untuk meraih cita-cita di masa depan yang lebih baik.

Penulis berharap segala bantuan, amal sholeh serta doa yang diberikan mereka semua kepada penulis mendapatkan taufik serta rahmat yang berlimpah dari Allah SWT. Amin.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh para pembacanya.

Medan, Desember 2008 Penulis


(7)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR ………... DAFTAR ISI ……….

BAB I PENDAHULUAN ………

A. Latar Belakang ………... B. Perumusan Masalah ………...…... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... D. Keaslian Penulisan ………...………. E. Tinjauan Kepustakaan……… F. Metode Penulisan ………...………... G. Sistematika Penulisan ………...………

BAB II ASURANSI JIWA ………....

A. Asuransi Pada Umumnya ... B. Asuransi Merupakan Perjanjian Pengalihan Risiko ……...…... C. Asuransi Jiwa Bagian Dari Asuransi ... D. Asuransi Jiwa Sebagai Perjanjian ...

BAB III PERJANJIAN KREDIT DAN KPR ……….…………..

A. Pengertian Perjanjian Kredit ………...……….. B. Dasar Pertimbangan Kredit ………...……… C. Bentuk dan Isi Perjanjian Kredit ……...……… D. Kredit Pemilikan Rumah……… E. Perjanjian Kredit Kaitannya dengan Jaminan Perseorangan ....


(8)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

BAB IV PERANAN DAN MANFAAT ASURANSI JIWA TERHADAP PELUNASAN HUTANG KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) ………

A. Peranan dan Manfaat Asuransi Jiwa Terhadap Pelunasan Hutang KPR ... B. Bentuk Peralihan Hak Yang Terjadi Jika Debitur Meninggal Dunia ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...

A. Kesimpulan ... B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA


(9)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

ABSTRAKSI

Sesuai dengan tujuan Trilogi Pembangunan, yaitu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, sehingga tercapai kemakmuran yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. PT. Bank Century, Tbk sebagai suatu lembaga yang bergerak dalam jasa Perbankan, juga berusaha untuk mewujudkan tujuan kesejahteraan ini, terutama untuk Nasabahnya yaitu dengan cara pemberian fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Bank memberikan pinjaman kredit konstruksi bagi pihak pengembang (developer), dan Kredit Pemilikan Rumah bagi perseorangan yang memerlukan rumah sebagai tempat tinggal. Permasalahan yang terjadi dalam rangka pemberian kredit tersebut, khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah pihak Perbankan atau Lembaga Keuangan tidak sedikit yang mengalami risiko kerugian karena terjadi kredit macet.

Dalam penulisan ini, penulis mengumpulkan data dengan menggunakan dua cara, yaitu pertama menggunakan metode pengumpulan data primer dan kedua dengan menggunakan metode pengumpulan data sekunder. Kemudian ruang lingkup pengumpulan data yang penulis datangi disamping Bank dan Perusahaan asuransi terkait, juga perpustakaan sebagai wadah yang menghimpun karangan-karangan ilmiah dan tulisan lainnya atau dikenal juga dengan metode penelitian kepustakaan (Library Research). Selanjutnya dengan metode deskriptif analitis, yaitu pengumpulan data yang diawali dengan pemaparan data sebagaimana adanya yang kemudian dilanjutkan dengan analisa data berdasarkan kerangka acuan yang telah ditetapkan.

Dari data tersebut, penulis dapat memberikan solusi yang bermanfaat untuk mengatasi keadaan ini yaitu Bank perlu mengadakan sistem pengalihan risiko dan Bank harus menganjurkan debitur untuk ikut sebagai peserta asuransi, khususnya asuransi jiwa, pada Perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh Bank. Asuransi jiwa yang dipakai dalam pengambilan kredit ini digunakan sebagai pengganti jaminan yang selama ini digunakan. Caranya dengan membayarkan premi pada saat realisasi kredit, dimana sebelumnya diadakan analisa kelayakan kredit. Oleh karena itu dalam proses analisis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ini sangat diperlukan penanganan yang cermat serta peran aktif dari Perusahaan Asuransi Jiwa. Agar kemacetan yang selama ini menjadi masalah dapat berkurang. Hingga tujuan dari PT. Bank Century, Tbk untuk mensejahterakan Nasabahnya serta merupakan tujuan dari Trilogi Pembangunan dapat tercapai seperti yang diharapkan.


(10)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Satu kondisi yang tidak dapat dipungkiri dan selalu melekat dalam setiap pemberian kredit adalah adanya “risiko”, sehingga pemberian kredit disebut juga sebagai penanaman dana dalam bentuk “risk assets”. Sebagai suatu musibah atau malapetaka, risiko datangnya tidak pasti dan tidak dapat diduga dan membawa kerugian bagi beberapa pihak.

Atas pertimbangan itu, Bank berusaha semaksimal mungkin untuk menekan kemungkinan risiko yang mungkin terjadi dengan berbagai cara untuk dapat menghilangkan atau memperkecil/mengurangi risiko dalam setiap pemberian kredit. Salah satu usaha Bank memperkecil/mengurangi risiko yang mungkin terjadi adalah dengan cara mengalihkan risiko tersebut kepada pihak lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan memang secara yuridis dibenarkan, yaitu dengan menyarankan kepada Nasabah yang selanjutnya disebut debitur untuk membuka Polis Asuransi pada perusahaan Asuransi yang ditunjuk oleh Bank.

Usaha Bank menganjurkan debitur menggunakan jasa asuransi, salah satunya adalah asuransi jiwa, akan membawa manfaat bagi debitur sendiri atau ahli waris debitur dan juga Bank sebagai kreditur. Bagi debitur, asuransi jiwa bermanfaat sebagai sumber keuangan. Uang asuransi yang merupakan hak debitur dapat diperoleh debitur sebagai peserta asuransi yang tidak meninggal dunia, asal saja hutang debitur pada Bank telah dilunaskan dan masa asuransi masih berlaku.


(11)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

Dan bagi ahli waris debitur, dengan meninggalnya debitur, maka asuransi jiwa akan bermanfaat untuk melunaskan hutang debitur pada Bank sehubungan dengan pembelian rumah berdasarkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada Bank. Sedangakan bagi Bank, asuransi jiwa juga dirasakan bermanfaat. Dengan uang klaim asuransi hutang debitur/ahli waris debitur dapat dilunaskan tanpa Bank harus bersusah payah menyita, melelang, menjual harta debitur/ahli waris debitur untuk menarik kembali dana yang sudah disalurkan kepada debitur.

Dengan adanya interaksi antara pihak asuransi dengan Bank dalam perjanjian kredit yang mengikat Bank dengan debitur, merupakan investasi yang saling menguntungkan semua pihak yang terkait, serta aman dan terhindar dari risiko kerugian, dan diharapkan terciptanya rasa kepuasan bersama.

Perlindungan terhadap debitur dan Bank akan terwujud apabila Perusahaan asuransi sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat benar-benar menjalankan tugas dan fungsinya secara profesional dan tidak melakukan kesalahan, kekeliruan, yang dapat menimbulkan keraguan dan tidak adanya kepastian hukum bagi Nasabahnya. Dengan perkataan lain, antara Bank, Perusahaan asuransi, debitur/peserta asuransi, dalam kedudukannya selaku Tertanggung dan Penanggung harus ada keterbukaan dan saling menyetujui isi perjanjian yang disepakati, baik perjanjian kreditnya, sekaligus perjanjian lain yang disepakati antara Bank, debitur dengan Perusahaan asuransi yang diatur dalam Polis asuransinya.

Pada Bank, terdapat beberapa jenis asuransi yang ditawarkan oleh Perusahaan asuransi kepada debitur Bank, antara lain dan yang bertalian langsung


(12)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

dengan judul skripsi ini, adalah Asuransi Jiwa. Secara lebih luas lagi uraian tentang Asuransi Jiwa akan dijelaskan pada Bab selanjutnya.

Berdasarkan uraian di atas, penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan untuk mengangkat masalah Asuransi Jiwa dalam bentuk karya ilmiah (Skripsi), yang menyajikan fakta di lapangan sesuai dengan penelitian (Research) pada Bank dan Perusahaan asuransi, apakah hak debitur/peserta asuransi dilindungi atas jiwa yang telah dipertanggungkannya sebagaimana disepakati dan diatur dalam perjanjian kredit antara Bank dengan debitur, dan dalam perjanjian Polis asuransi yang disepakati antara Bank dan debitur dengan Perusahaan asuransi.

Untuk mendapatkan bahan yang akurat dalam menyelesaikan skripsi ini, maka akan dilakukan observasi dan wawancara serta mengumpulkan bahan-bahan berupa surat-surat, peraturan-peraturan, perjanjian-perjanjian dan lainnya sepanjang yang bertalian dengan skripsi ini, pada Bank dan Perusahaan asuransi. Bagi Bank dan Perusahaan asuransi, skripsi ini akan memberikan satu informasi yang positif kepada debitur, bahwa anjuran untuk mengikuti program Asuransi Jiwa akan menguntungkan debitur, khususnya bagi debitur yang melakukan pengikatan perjanjian kredit pada Bank dalam bentuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dan juga menguntungkan bagi Bank dan Perusahaan asuransi. Disamping mengamankan investasi modal, juga merupakan peluang bisnis yang menjanjikan, serta turut berperan positif terhadap kondisi stabilitas keuangan Negara.

Sehubungan dengan alasan-alasan di atas, maka Penulis mengajukan skripsi berjudul “Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Kredit Pada Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)”.


(13)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

B. PERUMUSAN MASALAH

Adapun permasalahan yang akan Penulis bahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah peranan dan manfaat asuransi jiwa sebagai jaminan Kredit Pemilikan Rumah terhadap pelunasan hutang debitur disebabkan debitur meninggal dunia ?

2. Bagaimanakah bentuk peralihan hak yang terjadi jika debitur meninggal dunia ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

1. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. untuk mengetahui peranan dan manfaat asuransi jiwa terhadap pelunasan hutang debitur disebabkan debitur meninggal dunia. b. untuk mengetahui bentuk peralihan hak yang terjadi jika debitur

meninggal dunia. 2. Manfaat Penulisan

Penulis berharap, selain alasan dan tujuan tersebut diatas, penulisan skripsi ini juga sebagai sumbang saran penulis untuk khalayak banyak, kiranya skripsi ini bermanfaat antara lain sebagai berikut :

a. dengan hadirnya penulisan skripsi ini, penulis berharap dapat bermanfaat di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga bagi masyarakat luas pada umumnya.


(14)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

b. dengan adanya penulisan skripsi ini, diharapkan dapat memberikan manfaat tentang gambaran umum mengenai peranan (implementasi) asuransi di Bank yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang sangat berperan penting terhadap proses pengambilan kredit khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang saat ini lagi marak diminati oleh masyarakat luas.

c. dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat luas dan Pemerintah dalam usaha peningkatan kesejahteraan yang baik bagi masyarakat luas mengingat arti penting kedudukan nasabah dalam proses menabung.

D. KEASLIAN PENULISAN

Setelah melihat di Perpustakaan baik Perpustakaan Fakultas Hukum USU maupun Perpustakaan Pusat USU, kemudian mencari dan ternyata tidak dijumpai judul yang serupa dengan judul skripsi ini. Kalaupun ada yang sama, tetapi pembahasannya berbeda, baik masalah, tujuan dan metodenya. Oleh karena itu dapat diyakini bahwa judul skripsi ini tidak ada yang sama dengan judul yang ada di perpustakaan Fakultas Hukum USU dan tulisan ini adalah asli tulisan Penulis.

E. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Skripsi ini merupakan gabungan dari dua pembahasan yang berbeda akan tetapi saling berkaitan, yaitu gabungan antara pembahasan mengenai asuransi jiwa


(15)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

dan pengambilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Dalam Kredit Pemilikan Rumah (KPR), debitur pasti akan ditawarkan oleh Bank untuk mempertanggungkan jiwanya kepada Perusahaan asuransi. Biasanya pihak Bank dengan Perusahaan asuransi bekerja sama dalam memberikan pelayanan kepada debitur. Bank menawarkan asuransi kepada debitur dengan alasan dari segi manfaat asuransi yaitu untuk menutupi resiko yang nantinya akan timbul, dimana resiko yang timbul merupakan resiko tidak terduga misalnya debitur meninggal dunia dan hal itu berakibat kerugian pada proses pelunasan kredit pemilikan rumah. Maka dalam skripsi ini penulis akan memaparkan tentang asuransi, asuransi jiwa dan perjanjian kredit.

Dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang atau Wetboek van

Koophandel dijumpai suatu pengertian atau definisi resmi dari asuransi. Pasal

tersebut menyatakan bahwa asuransi pada umumnya adalah suatu perjanjian, dimana penanggung dengan menikmati suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung, untuk membebaskannya dari kerugian karena kehilangan, kerusakan atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang akan dapat diderita olehnya karena suatu kejadian yang tidak pasti 1

1

R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-undang Kepailitan, Pradnya Paramita, Jakarta, 2000, hal. 74.

.

Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang telah diundangkan pada tanggal 11 Februari 1992 dan diumumkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 13, memberikan definisi yang lebih lengkap tentang asuransi jika dibandingkan dengan Pasal 246 KUHD.


(16)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

Yaitu dalam Pasal 1 angka 1, disebutkan bahwa Asuransi atau Pertanggungan ialah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan 2

Adapun yang dimaksud dengan perjanjian atau Verbintenis adalah suatu hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi

. Asuransi jiwa menurut penulis adalah merupakan asuransi yang diperuntukkan bagi seseorang untuk menjamin jiwanya dengan maksud bukan untuk mendapat keuntungan, tetapi agar dapat digunakan pada saat-saat yang diperlukan. Asuransi jiwa ini tidak akan dikeluarkan selama si tertanggung masih hidup.

3

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP) Pasal 1313, menyebutkan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih

.

4

2

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992. 3

M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hal. 6. 4

R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III, Pradnya Paramita, Jakarta, 1993, hal. 338.

. Hubungan antara dua orang tersebut adalah suatu hubungan hukum dimana hak dan kewajiban diantara para pihak tersebut dijamin oleh hukum.


(17)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

Perjanjian kredit sendiri perlu mendapat perhatian khusus karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaannya, maupun penatalaksanaan kredit tersebut.

Perjanjian kredit mempunyai beberapa fungsi, yaitu: 5

1. berfungsi sebagai perjanjian-perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidak batalnya perjanjian lain yang tidak mengikuti, misalnya perjanjian pengikatan jaminan.

2. berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban diantara kreditur dan debitur.

3. berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.

Jadi hubungan antara asuransi jiwa dalam suatu perjanjian, termasuk dalam perjanjian kredit adalah dalam hal apabila si tertanggung yang disebut dalam asuransi atau si debitur/nasabah yang disebut dalam perjanjian kredit meninggal dunia, maka disinilah asuransi itu akan dikeluarkan/dibayar kepada kreditur awal untuk kepentingan pelunasan hutang si debitur.

F. METODE PENULISAN

Tersedianya data, baik data kepustakaan ataupun data lainnya berupa wawancara melalui observasi langsung dengan pihak yang terkait tentunya sangat menentukan dalam penulisan skripsi ini. Tanpa data tersebut keberadaan skripsi ini tidak akan sampai sebagai suatu karya tulis ilmiah. Dan data tersebut tidak

5

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal.11


(18)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

akan ada dengan sendirinya tanpa ada upaya untuk menemukan dan mengumpulkan melalui metode yang sengaja dipilih dan digunakan.

Untuk menemukan dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini, penulis lakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu pertama menggunakan metode pengumpulan data primer dan kedua dengan menggunakan metode pengumpulan data sekunder. Data primer diperoleh penulis dari hasil wawancara, dialog, tanya jawab, maupun dengan cara mempergunakan kuesioner secara tertulis dengan sistem tertutup atau sistem terbuka. Sedangkan data sekunder penulis peroleh dari tulisan-tulisan dalam kepustakaan, dokumen-dokumen, hasil seminar, buku-buku yang berkaitan dengan skripsi ini dan sebagainya. Ruang lingkup pengumpulan data yang penulis datangi disamping Bank dan Perusahaan asuransi terkait, juga perpustakaan sebagai wadah yang menghimpun karangan-karangan ilmiah dan tulisan lainnya atau dikenal juga dengan metode penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap data-data yang diperoleh dari buku-buku ilmiah yang telah disebutkan sebelumnya. Kemudian selanjutnya dengan metode deskriptif analitis, yaitu pengumpulan data yang diawali dengan pemaparan data sebagaimana adanya yang kemudian dilanjutkan dengan analisa data berdasarkan kerangka acuan yang telah ditetapkan.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan skripsi ini terbagi dalam bab-bab yang tersusun secara sistematis yang dapat diuraikan sebagai berikut :


(19)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

1. Bab I : Dalam bab Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

2. Bab II : Dalam bab ini akan dijelaskan tentang Asuransi Jiwa, yang terdiri dari asuransi pada umumnya, asuransi merupakan perjanjian pengalihan risiko, asuransi jiwa bagian dari asuransi, dan asuransi jiwa sebagai perjanjian.

3. Bab III : Dalam bab ini akan dijelaskan tentang Perjanjian Kredit dan KPR, yang terdiri dari pengertian perjanjian kredit, dasar pertimbangan pemberian kredit, bentuk dan isi perjanjian kredit, kredit pemilikan rumah dan perjanjian kredit kaitannya dengan jaminan perseorangan.

4. Bab IV : Dalam bab ini akan dijelaskan tentang Manfaat Asuransi Jiwa Terhadap Pelunasan Hutang Kredit Pemilikan Rumah (KPR), yang terdiri dari peranan dan manfaat asuransi jiwa terhadap pelunasan hutang KPR dan bentuk peralihan hak yang terjadi jika debitur meninggal dunia.


(20)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

BAB II ASURANSI JIWA

A. ASURANSI PADA UMUMNYA

Untuk memulai pembahasan mengenai asuransi jiwa, penulis terlebih dahulu akan membahas mengenai asuransi pada umumnya.

1. Sejarah Asuransi

Pada tahun 323-356 sebelum Masehi, di negara Yunani pada masa Pemerintahan Alexander the Great, mempunyai seorang menteri keuangan bernama Antimenes. Pada suatu ketika terjadi krisis keuangan yang agak parah di negara itu. Antimenes mempunyai suatu ide yaitu mengusulkan agar orang-orang kaya di negeri itu mendaftarkan budak-budak beliannya. Menteri Antimenes dan orang-orang kaya tadi membuat perjanjian dimana pihak orang kaya akan membayar kepada Pememrintah sejumlah uang setiap tahun dan balasannya Antimenes (Pemerintah) menjamin apabila ada budak belian milik orang-orang kaya tadi ada yang berusaha melarikan diri maka Antimenes (Pemerintah) akan berusaha mencarinya. Dan beliau mengeluarkan instruksi kepada Kepala Daerah-Kepala Daerah di bawah pemerintahannya untuk menangkap kembali budak belian yang mencoba melarikan diri itu. Dan apabila tidak tertangkap juga, maka Antimenes akan mengganti rugi kepada orang kaya yang kehilangan budaknya itu sejumlah uang yang merupakan harga dari budak yang lari tersebut. Perjanjian yang dibuat antara Antimenes dengan orang-orang kaya ini merupakan perjanjian yang mirip dengan perjanjian asuransi.6

6


(21)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

Di samping itu ada beberapa kota di Yunani, orang-orang tertentu membutuhkan sejumlah uang. Uang yang mereka butuhkan itu diperolehnya dari orang yang mau menyerahkan uangnya dengan perjanjian bahwa penyerahan uang ini akan mendapat bunga beberapa persen setiap bulan sampai dengan meninggalnya orang yang membutuhkan uang tersebut dan ditambah dengan biaya-biaya penguburan. Hal ini dapat kita lihat sangat mirip dengan perjanjian Asuransi Jiwa. 7

Disamping itu pada zaman Romawi dikenal pula persetujuan-persetujuan, dimana pengusaha kapal yang juga adalah pedagang, memakai uang orang lain dalam perusahaannya dengan syarat, bahwa ia tidak perlu membayar kembali uang itu apabila kapal atau muatan tidak tiba dengan selamat di tempat yang dituju.8

Dengan adanya perkembangan-perkembangan tadi maka semula perjanjian asuransi itu, antara seorang pedagang dengan seorang yang meminjamkan uang karena perdagangan berkembang dengan pesatnya, maka timbullah perkumpulan tukang meminjamkan uang yang kemudian menjelma sebagai suatu perusahaan

Persetujuan ini mirip dengan perjanjian Asuransi Laut.

Di Inggris, ada kebiasaan diantara para anggota suatu gilde (perkumpulan orang-orang yang sama pekerjaannya seperti para tukang kayu, batu, pembuat roti, pedagang dan sebagainya) dijanjikan bahwa apabila rumah salah seorang anggota terbakar, maka kepadanya diberi sejumlah uang dari dana kepunyaan glide itu yang merupakan milik bersama. Persetujuan ini berkembang menjadi asuransi kebakaran.

7

Abdul Muis, Pertanggungan Jiwa Dengan Beberapa Aspek Hukumnya, Fakultas Hukum USU, 1990, hal. 6.

8 Ibid.


(22)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

khusus untuk melayani kebutuhan para pedagang dalam menghadapi risiko dan khusus berkecimpung dalam dunia pertanggungan. 9

Pada saat sekarang ini sudah tidak ada lagi penanggung yang bekerja sendiri. Pada umumnya mereka membentuk suatu ikatan yang tergabung dalam bentuk Perseroan Terbatas, hal ini dikarenakan mereka memerlukan modal yang cukup besar untuk menjalankan kegiatannya. Kalaupun mereka bekerja sendiri, tetapi masih dalam suatu ikatan, bisa kita temukan di London, Inggris, dimana terdapat suatu kumpulan penanggung, yang dinamakan Lloyds.

10

Adapun yang menjadi pengertian asuransi pada umumnya dapat dijumpai dalam Pasal 246 KUH Dagang, yaitu asuransi atau pertanggungan merupakan suatu perjanjian dimana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada tertanggung untuk membebaskannya dari kerugian,

Di London sendiri, walaupun bukan sebagai tempat kelahiran Asuransi, tetapi disanalah asuransi berkembang dan dikembangkan orang, sehingga dapat dikatakan bahwa London adalah kota pusat perasuransian. Walaupun pada saat ini Amerika ikut pula menyainginya sebagai pusat persuransian dunia.

Dari sejarah perasuransian di atas, dapat penulis katakan bahwa pengertian asuransi ini sebenarnya pada mulanya terdapat pada asuransi sejumlah uang dan kemudian berkembang pada asuransi jiwa, asuransi kebakaran dan asuransi laut. Asuransi sejumlah uang merupakan ciri yang tertua dari seluruh bentuk asuransi yang ada.

2. Pengertian Asuransi

9

R. Soerjatin, Hukum Dagang I dan II, Bhayangkara, Jakarta, 1994, hal. 130. 10


(23)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

karena kehilangan, kerusakan atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, dan yang akan dideritanya karena kejadian yang tidak pasti.

Berdasarkan definisi tersebut maka dalam asuransi terkandung empat unsur, adalah sebagai berikut :

1. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur. 2. Pihak tertanggung (insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah

uang (santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tidak tentu.

3. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya).

4. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tak tentu. 11

Sementara itu, dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992, tentang Usaha Perasuransian menyebutkan, bahwa Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung, karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung, yang timbul dari

11


(24)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Namun, dari rumusan di atas, baik yang terdapat dalam pasal 246 KUH Dagang maupun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 terdapat suatu perbedaan dalam pengertian asuransi, dimana Pasal 246 KUH Dagang hanya mencakup pengertian asuransi kerugian saja, sedangkan pengertian asuransi yang tercantum dalam Pasal angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, mencakup pengertian asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Oleh karena itu, pengertian yang diberikan oleh Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 lebih luas dan dapat mengikuti perkembangan.

Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, menentukan bahwa objek asuransi dapat berupa benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak dan atau berkurang nilainya.

Menurut paham ekonomi, asuransi merupakan suatu lembaga keuangan yang melaluinya dapat dihimpun dana besar, yang dapat dipergunakan untuk membiayai pembangunan, di samping bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi, asuransi juga bertujuan memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan, yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya.


(25)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

3. Penggolongan Asuransi

Sementara itu, dalam Pasal 1774 KUH Perdata, asuransi dapat digolongkan sebagai bunga selama hidup seseorang atau bunga cagak hidup dan perjudian dalam perjanjian untung-untungan (kans-overeenkomst). 12

1) Asuransi kerugian (schade verzekering)

Dengan demikian, asuransi dapat dikatakan sebagai perjanjian untung-untungan dikarenakan asuransi mengandung unsur “kemungkinan”, dimana kewajiban penanggung untuk menggantikan kerugian yang diderita oleh tertanggung tersebut digantungkan pada ada atau tidaknya suatu peristiwa yang tidak tentu atau tidak pasti (peristiwa belum tentu terjadi).

Berdasarkan atas perjanjian asuransi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

Asuransi kerugian (schade verzekering) adalah asuransi yang memberikan penggantian kerugian yang mungkin timbul pada harta kekayaan tertanggung.

2) Asuransi jumlah (sommen verzekering)

Asuransi jumlah (sommen verzekering) merupakan pembayaran sejumlah uang tertentu, tidak tergantung kepada persoalan apakah

evenement menimbulkan kerugian atau tidak.

Namun, dalam prakteknya telah terjadi perkembangan penggolongan asuransi yang disebut dengan asuransi varia, merupakan asuransi yang mengandung unsur-unsur asuransi kerugian maupun asuransi jumlah, seperti asuransi kecelakaan dan asuransi kesehatan.

12


(26)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

Dengan demikian, menurut sifat pelaksanaanya asuransi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu asuransi sukarela, asuransi wajib dan asuransi kredit.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, membagi usaha asuransi menjadi beberapa jenis, yaitu :

1) Asuransi kerugian (non life insurance)

Asuransi kerugian (non life insurance) merupakan usaha memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.

Di beberapa negara, asuransi kerugian dapat juga disebut sebagai

general insurance karena lingkup usahanya yang sangat luas.

2) Asuransi Jiwa (life insurance)

Asuransi Jiwa (life insurance) adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.

Pada prinsipnya, manusia menghadapi risiko berkurang atau hilangnya produktivitas ekonomi yang diakibatkan oleh kematian, mengalami cacat, pemutusan hubungan kerja, dan pengangguran, dengan adanya asuransi jiwa maka akan diperoleh :

a. Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan. b. Santunan bagi tertanggung yang meninggal.

c. Terhindar dari kerugian yang disebabkan oleh meninggalnya orang kunci.


(27)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

d. Penghimpun dana untuk persiapan pensiun.13

Kedua jenis asuransi di atas banyak kita jumpai dalam praktek perasuransian. Tetapi menurut H. Gunanto, kedua jenis asuransi ini di Indonesia tidak boleh diusahakan bersama-sama oleh satu perusahaan. 14

B. ASURANSI MERUPAKAN PERJANJIAN PENGALIHAN RISIKO

Dari pembahasan diatas, penulis berfikir akan pentingnya asuransi itu dalam kehidupan kita, khususnya asuransi jiwa. Oleh karena itu penulis akan membahas mengenai asuransi jiwa lebih rinci lagi, agar para pembaca skripsi ini dapat mengetahui bagaimana pentingnya asuransi jiwa itu, khususnya bagi para pembaca yang ingin mengambil Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada suatu Bank.

Manusia di dalam hidup dan kehidupannya selalu dibayang-bayangi oleh keadaan yang dapat menimbulkan resiko. Keadaan yang dapat menimbulkan bahaya atau resiko ini mengakibatkan kerugian bagi manusia yang ditimpanya. Karena resiko tersebut dapat mengakibatkan suatu kerugian, maka manusia selalu menghindari diri dari resiko itu dan berusaha agar resiko itu tidak terwujud. Memang kalau sudah demikian ketentuannya manusia tidak dapat mengelak dari resiko tersebut, seperti kata pepatah yang mengatakan “untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak”. Demikian juga halnya kalau resiko atau malang tersebut datang, manusia tidak dapat menghindarinya. Hanya saja manusia dapat berusaha mencegah atau menguranginya dengan berbagai cara agar resiko yang tidak diingini itu tidak akan terjadi. Kalau seseorang menginginkan agar resiko itu

13

Bagus Irawan, Aspek-Aspek Hukum Kepailitan dan Asuransi, Alumni, Bandung, 2007, hal. 115. 14


(28)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

tidak terjadi, maka ia harus mengusahakannya misalnya menjaga kesehatannya dengan baik, menghindari terjadinya kecelakaan pada dirinya, dan sebagainya.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa resiko yaitu sebagai suatu kemungkinan menghadapi atau ditimpa kerugian, baik yang berupa kerugian bersifat ekonomis maupun dapat berupa akibat psikologis dan spiritual.kerugian bersifat ekonomis berhubungan dengan masalah harta kekayaan seseorang. Sedangkan akibat psikologis dan spiritual misalnya kehilangan keluarga, kehilangan teman, kehilangan orang yang dikasihi, atau kehilangan semangat yang sangat berpengaruh dalam keseimbangan jiwa seseorang.

Menurut penulis, karena resiko itu selalu menimbulkan kerugian baik dari segi ekonomis maupun psikologis dan spiritual, maka kita harus berusaha mencari atau mengambil langkah-langkah untuk mengatasi resiko tersebut, yaitu dengan cara melalui asuransi.

Orang tidak ingin menanggung sendiri resiko yang dialaminya atau yang akan dialaminya. Kemungkinan terwujudnya resiko yang dihadapi setiap orang ada yang dapat diramalkan atau diperkirakan orang sebelumnya dan ada juga yang tidak dapat diperhitungkan sama sekali, itu merupakan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.

Yang dapat diperhitungkan misalnya dengan cara mempelajari dari pengalaman-pengalaman beberapa peristiwa yang sering terjadi. Dan dari situ kita bisa ketahui besar atau kecil resiko yang akan dihadapi atau bagaimana cara untuk menanggulangi atau memperkecil resiko.

Ada beberapa cara usaha manusia untuk mengatasi suatu resiko, yaitu : 1. menghindari (avoidance)


(29)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

2. mencegah (preventif) 3. memperalihkan (transfer).

Point 1 dan 2 dapat dilakukan sebelum timbulnya risiko, sedangkan point 3 dilakukan juga sebelumnya, tetapi kalau risiko timbul sudah ada orang lain yang akan menanggungnya atau setidak-tidaknya memperkecil kerugian yang timbul. Dengan cara mengalihkan risiko, seseorang yang akan menghadapi risiko mengadakan suatu perjanjian kepada orang (pihak) lain untuk mau menerima resiko itu. Peralihan risiko ini membuat orang yang merasa dibayang-bayangi risiko hidupnya terasa menjadi lebih aman dan tenteram. Untuk itu ia mengikat suatu perjanjian, dan perjanjian inilah yang dinamakan perjanjian asuransi. Akibat dari perjanjian ini menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak baik bagi penanggung (yang menanggung risiko) maupun tertanggung (orang yang bermaksud mengalihkan risikonya).

C. ASURANSI JIWA BAGIAN DARI ASURANSI

1. Pengertian Asuransi Jiwa

Seperti yang sudah dikatakan di atas bahwa Asuransi Jiwa (life insurance) adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.

Dalam KUH Dagang, yang mengatur tentang asuransi jiwa, pengaturannya sangatlah singkat sekali dan hanya terdiri dari 7 pasal yaitu pasal 302 sampai dengan pasal 308. Pasal-pasal ini termuat dalam buku I title 10 bagian 3. Dengan pesatnya kemajuan dan perkembangan asuransi jiwa sekarang, penulis merasa


(30)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

bahwa KUH Dagang dirasakan kurang dan lemah mengatur tentang asuransi pada umumnya dan asuransi jiwa pada khususnya.

Pada Pasal 302 KUH Dagang, dimana pasal ini sebagai dasar dari asuransi jiwa, menyatakan bahwa jiwa seseorang dapat dipertanggungkan, guna keperluan seseorang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun untuk suatu waktu yang ditetapkan dalam suatu perjanjian.

Dari ketentuan pasal tersebut di atas menunjukkan bahwa asuransi jiwa itu diadakan dalam waktu yang ditentukan dalam perjanjian asuransi itu sendiri dan juga dapat untuk waktu selama hidupnya. Untuk waktu selama hidupnya, menurut ketentuan pasal tersebut tidak ditetapkan dalam perjanjian. Berarti undang-undang secara tidak tegas memberi kemungkinan untuk mengadakan asuransi itu selama hidupnya bagi yang berkepentingan.

Pasal 303 KUH Dagang menyebutkan bahwa yang berkepentingan dapat mengadakan pertanggungan tersebut, bahkan tidak dilarang untuk mengadakan pertanggungan atas jiwa seseorang diluar pengetahuan ataupun persetujuan dari orang yang jiwanya diasuransikan.

2. Jenis-Jenis Asuransi Jiwa

Dalam praktek perasuransian jiwa dikenal dua jenis asuransi jiwa yaitu : a. Asuransi jiwa medical (dengan pemeriksaan dokter)

Pada jenis asuransi ini, si tertanggung sebelum menutup perjanjian asuransinya terlebih dahulu harus memeriksakan kesehatannya kepada dokter yang telah disediakan oleh pihak asuransi. Disamping itu harus juga dilengkapi dengan surat kesehatan dan laporan kesehatan lengkap


(31)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

(LAKES). Isi laporan ini dapat bermacam-macam, tergantung dari besarnya jumlah uang asuransi yang diminta.

Jenis asuransi dengan pemeriksaan dokter ini seperti dikatakan di atas, sebelum dilakukan kontrak terlebih dahulu tertanggung memeriksakan kesehatannya kepada dokter yang ditunjuk. Di samping itu diwajibkan juga mengisi dan menandatangani Surat Permintaaan dan formulir-formulir lainnya yang khusus disediakan untuk keperluan itu dan disampaikan kepada pihak penanggung.

Adapun formulir-formulir atau surat-surat yang diperlukan untuk penutupan asuransi dengan pemeriksaan dokter (medical) ini adalah: 1. Surat Permintaan (SP)

2. Laporan Kesehatan Lengkap (LAKES)

Untuk keperluan medical underwriting ini, jawaban dari calon tertanggung atas pertanyaan-pertanyaan tentang status kesehatannya penting sekali, karena dari jawaban-jawaban tertanggung ini dapat diperkirakan resiko-resiko yang mungkin akan dihadapi penanggung. Biasanya apabila resiko terlampau tinggi dirasakan oleh penanggung, maka biasanya penanggung akan menolaknya. Walaupun ada formulir yang diisi oleh tertanggung mengenai kesehatannya, tetapi peranan pemeriksaan langsung terhadap diri tertanggung oleh dokter yang bersangkutan dapat juga menentukan apakah permintaan akan asuransi jiwa ditolak atau diterima.

Adapun beberapa pertanyaan tentang kesehatan tertanggung yang biasanya diajukan adalah seperti :


(32)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

1. Apakah Saudara sekarang dalam keadaan sehat ?

2. Apakah Saudara pernah dirawat di rumah sakit dalam waktu dua tahun terakhir ini ? Kalau Ya, karena sakit apa ?

3. Apakah Saudara pernah dirawat Dokter dalam duabelas tahun terakhir ini ? Kalau ya, untuk penyakit apa ?

4. Apakah Saudara pernah atau sedang mengidap penyakit-penyakit : malaria, kanker, TBC, kencing manis, hati, ginjal, jantung, ayan, lumpuh jiwa, kelamin atau tekanan darah tinggi ?

5. dan sebagainya.

Jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut harus benar dan dijawab sesugguhnya oleh tertanggung dengan ancaman pembatalan perjanjian asuransi apabila terbukti jawabannya tidak benar.

b. Asuransi jiwa non medical (tanpa pemeriksaan dokter)

Jenis asuransi ini tidak memerlukan pemeriksaan dokter terhadap diri tertanggung sewaktu diadakan penutupan perjanjian asuransi. Untuk asuransi jenis ini keterangan kesehatan calon tertanggung akan dianggap cukup dan sehubungan dengan resiko yang kemungkinan terjadi dalam asuransi jiwa non medical ini, maka biasanya preminya dikenakan suatu tambahan sampai persentase tertentu.

Jadi untuk menentukan jenis asuransi mana dari kedua jenis tersebut yang digunakan tergantung dari ketentuan-ketentuan atau syarat-syarat dalam polis.


(33)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

Biasanya dilihat dari besar kecilnya jumlah uang pertanggungan dari tertanggung. Sampai jumlah sekian misalnya harus dengan pemeriksaan dokter (medical) dan kalau belum sampai jumlah yang ditentukan boleh tanpa pemeriksaan dokter (non

medical).

3. Pihak-Pihak Dalam Asuransi Jiwa

Pihak-pihak disini dapat diartikan dalam arti sempit dan dapat pula dapat diartikan dapat arti luas. 15

1) pengambil asuransi

Dalam arti sempit, yang dimaksudkan sebagai pihak-pihak adalah :

2) penanggung

sedangkan dalam arti luas, yang dimaksudkan sebagai pihak-pihak adalah : 1) penanggung

2) pengambil asuransi 3) tertanggung

4) tertunjuk

Penanggung ialah pihak yang menerima risiko dari perjanjian pertanggungan yang “menanggung” pembayaran uang pertanggungan yang mengikat diri untuk membayar jumlah itu.

Pengambil asuransi ialah seorang yang mengadakan perjanjian dengan penanggung, sering juga disebut sebagai pemegang polis.

15

Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal.25.


(34)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

Tertanggung ialah orang yang menjadi dasar daripada perjanjian pertanggungan, yang dari hidupnya digantungkan “penyelesaian” daripada asuransi jiwa.

Tertunjuk ialah pihak yang berhak atas penerimaan uang pembayaran.

4. Hak-Hak dan Kewajiban Pengambil Asuransi

Pengertian pengambil asuransi disini ialah pihak yang berhadapan dengan penanggung sebagai kontraktor yang mengadakan kontrak (perjanjian). Untuk pertanggungan kerugian menurut perundang-undangan memakai istilah

verzekerde atau tertanggung.

Menurut penulis, pengambil asuransi ini dapat juga dikatakan sebagai tertanggung, apabila asuransi yang diambilnya untuk dirinya sendiri dan dirinya lah yang menjadi objek dari asuransi tersebut bukan untuk orang lain, karena itu tertanggung juga dapat dikatakan sebagai pemegang polis.

Pemegang polis ialah pihak yang kedudukannya sangat penting di samping penanggung. Sebab ia dapat menentukan kehendak secara bebas, apakah akan melanjutkan perjanjian pertanggungan ataukah akan menghentikannya.

Adapun yang menjadi hak-hak dari pemegang polis itu adalah :

1) hak untuk menunjuk orang yang akan menerima uang pertanggungan. 2) hak untuk merubah siapa-siapa yang menjadi tertunjuk dalam

batas-batas tertentu.

3) hak untuk menebus kembali polis.

4) hak untuk mengubah polis menjadi bebas premi.


(35)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

6) hak untuk menggadaikan polis.

Sedangkan kewajiban-kewajiban dari pemegang polis adalah : 1) kewajiban untuk membayar premi.

2) kewajiban untuk memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan oleh penanggung.

5. Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban Tertunjuk

Bahwa terjadinya hak dari tertunjuk ini ada dua pendapat, yaitu :

1) bahwa hak itu merupakan hak lanjutan, yang semula dimiliki oleh pemegang polis.

2) bahwa hak itu terjadi karena ada persesuaian kehendak antara pemegang polis dengan penanggung. 16

Hak dari tertunjuk yang terpenting ialah “hak atas uang pertanggungan”. Sedangkan tentang kewajiban-kewajibannya ialah :

1) kewajiban memberitahukan kepada penanggung mengenai meninggalnya tertanggung.

2) kewajiban membuktikan dapat ditagihnya uang pertanggungan dari penanggung.

3) kewajiban membuktikan wewenangnya untuk menerima uang pertanggungan.

4) kewajiban untuk menyerahkan polis (untuk dapat memperoleh uang pertanggungan.

16

Abdul Muis,Hukum Asuransi dan Bentuk-Bentuk Perasuransian, Fakultas Hukum USU, 2005,hal.66.


(36)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

5) kewajiban untuk menyerahkan atau memperlihatkan kwitansi terakhir dari pembayaran premi.

6) wajib membayar tunggakan premi.

6. Penggadaian Polis

Yang tergolong sebagai benda yang dapat digadikan ialah surat tagihan, dalam hal ini Polis juga merupakan surat tanda bukti adanya suatu penagihan. Oleh karena itu polis dapat juga merupakan benda yang dapat digadaikan. Penggadaian polis dalam hal ini dimaksudkan untuk memberi jaminan kepada kreditur pemegang gadai terhadap resiko meninggalnya debitur pemberi gadai, sebelum hutangnya lunas.

Apabila debitur meninggal dunia, maka seluruh hutang atau sisanya dibayar dengan uang pertanggungan.

7. Alasan-alasan Yang Membebaskan Penanggung dari Kewajibannya Untuk Membayar

Pasal 307 KUHD mengatakan, bilamana orang yang mempertanggungkan jiwanya menghabisi jiwanya atau dijatuhi pidana mati, maka gugurlah pertanggungan itu.

Hal bunuh diri (menghabisi jiwanya sendiri), adalah mirip dengan keadaan dimana tertanggung dalam pertanggungan atas pertanggungan jawab, dengan sengaja mengakibatkan kerugian kepada orang lain.


(37)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

Dalam keadaan seperti tersebut di atas penanggung babas untuk membayar uang pertanggungan, sebab memang tujuan dari pasal 307 KUHD adalah untuk memberi perlindungan kepada penanggung.

Selanjutnya tentang dijatuhinya pidana mati oleh pengadilan, Wirjono Prodjodikoro mengatakan :

“Lain halnya dengan peristiwa penghukuman mati oleh Pengadilan. Ini sebetulnya merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat dikira-kirakan akan terjadinya. Jadi memenuhi syarat, bahwa pembayaran uang asuransi harus digantungkan pada peristiwa tak tentu. Maka saya tidak mengerti mengapa oleh pembentuk Undang-undang hal tersebut ditetapkan asuransi menjadi gugur.” 17

1) penanggung dapat memberikan polis duplikat dengan syarat sebagai berikut :

8. Kehilangan Polis

Bagaimana penyelesaiannya jika seseorang pemegang polis kehilangan polisnya?

Hal ini memiliki beberapa macam cara terhadap penyelesaiannya, yaitu :

a. kehilangan atau keadaan mengenai kehilangan harus diberitahukan kepada penanggung.

b. polis duplikat harus ditegaskan bahwa ini hanya untuk mengganti polis asli yang hilang.

c. pemegang polis harus memberi jaminan yang cukup kuat untuk penanggung.

17


(38)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

2) penanggung mengganti polis yang hilang dengan surat yang menyatakan bagaimana dan dengan syarat-syarat apakah perjanjian semula diadakan. Pembayaran dilakukan dengan penyerahan surat tersebut.

9. Pemilihan Jenis Asuransi Jiwa

Dalam garis besarnya jenis-jenis asuransi jiwa dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Endowment Insurance (Dwi Guna)

Yaitu jenis asuransi jiwa dimana jumlah uang asuransi dibayarkan pada akhir masa asuransi jika tertanggung masih hidup atau segera jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi

2. Term Insurance (Ekawarsa, Kala Bhakti)

Yaitu jenis asuransi jiwa dimana jumlah uang asuransi hanya dibayarkan kepada ahli waris jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi. Jadi berbeda dengan jenis pertama, dalam hal ini tidak ada pembayaran uang asuransi pada akhir masa asuransi sekiranya tertanggung masih hidup.

Untung rugi dari kedua jenis asuransi ini dapat dikemukakan sebagai berikut :

Pada jenis pertama mempunyai nilai tebus setelah pertanggungan berjalan beberapa lama, sehingga apabila tertanggung memerlukan dana secara mendadak, polis tersebut dapat digadaikan.


(39)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

Keuntungan ini tidak terdapat pada jenis kedua, karena jenis yang kedua itu hanya mengandung “proteksi kematian” saja dan oleh karena itu pula jenis yang kedua ini preminya relatif sangat rendah. 18

18

Abdul Muis, op.cit., hal. 70.

10. Penentuan Jumlah Uang Asuransi

Setelah memilih jenis asuransi yang diperlukan, penting bagi calon pemegang polis menentukan besar jumlah uang asuransi yang dikehendakinya. Besarnya jumlah uang asuransi ini akan menentukan pula besarnya premi yang harus dibayar, karena penentuan premi itu berdasarkan sepersekian dari jumlah uang asuransi. Sehubungan dengan besarnya premi yang nantinya harus dibayar, sangat diharapkan dari calon tertanggung untuk mengukur dari segi kemampuan keuangannya sendiri, agar pembayaran premi dapat dilakukan secara teratur. Kiranya tidak bermanfaat untuk mengambil asuransi jiwa dengan jumlah uang pertanggungan yang besar, akan tetapi kemudian dalam pembayaran preminya tersendat-sendat/tidak teratur berhubung dengan kondisi keuangan pemegang polis yang tidak seimbang.

Oleh karena itu, biasanya pihak penanggung akan memberikan saran-saran berapa besar jumlah uang asuransi yang sebaiknya diambil oleh calon tertanggung dan untuk dapat memberikan saran ini biasanya perusahaan asuransi akan meminta keterangan tambahan tentang penghasilan calon pemegang polis.


(40)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

D. ASURANSI JIWA SEBAGAI PERJANJIAN

Sebagai suatu perjanjian, asuransi jiwa juga dikuasai oleh ketentuan mengenai persyaratan sahnya perjanjian. Dalam Pasal 1320 KUH Perdata menyatakan bahwa syarat sahnya suatu perjanjian ialah :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian 3. Mengenai suatu hal tertentu

4. Adanya suatu sebab yang halal. 19

Selanjutnya dalam pelaksanaan perjanjian asuransi jiwa sangat diutamakan pula adanya unsur itikad baik, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1338 Buku III KUH Perdata, dan percerminan unsur itikad baik ini dapat dilihat dengan adanya surat permohonan asuransi yang harus diisi oleh pihak calon tertanggung. 20

19

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Buku III, hal. 339 20

Abdul Muis, op.cit., hal. 73.

Dalam surat permohonan penutupan asuransi terdapat pertanyaan-pertanyaan yang pada umumnya mengenai diri tertanggung, status umur, status kesehatan dan lain-lain, yang kesemuanya akan menjadi dasar bagi pihak penanggung untuk menanggung asuransinya atau menolaknya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut seharusnya dijawab sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, karena keterangan yang keliru atau tidak benar ataupun tidak tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung padahal keterangan-keterangan itu akan sangat menentukan bagi pihak penanggung dalam pertimbangan yang akan diambilnya, dapat dianggap beritikag tidak baik, yang berdasarkan Pasal 251 KUH Dagang akan mengakibatkan batalnya pertanggungan.


(41)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

Selanjutnya mengingat polis asuransi jiwa merupakan bukti dari perjanjian asuransi yang mengikat kedua belah pihak, maka sangat dianjurkan agar calon tertanggung dapat meluangkan waktunya terlebih dahulu untuk membaca dengan seksama persyratan yang tercantum didalamnya.

Dengan demikian dikemudian hari tidak timbul kekecewaan, karena adanya perbedaan pengertian mengenai persyaratan yang tercantum dengan penjelasan-penjelasan yang pernah diterima oleh pemegang polis.

Adapun persyaratan-persyaratan dalam polis yang perlu diperhatikan antara lain, ialah : 21

1. Saat mulai dan berlakunya kontrak.

Saat mulai asuransi, selalu diambil tanggal yang tercantum dalam polis asuransi, efektif berlakunya kontrak asuransi selalu dikaitkan dengan pemenuhan pembayaran premi pertama atau premi sekaligus kepada perusahaan asuransi. Ini berarti selama premi belum dibayar, apabila terjadi resiko yang diperjanjikan setelah tanggal tersebut dalam polis, maka perusahaan asuransi tidak akan membayar klaim yang diajukan. Dan untuk pembayaran premi pertama biasanya dalam polis terdapat ketentuan, kapan selambat-lambatnya harus dilunasi. Apabila dalam batas waktu tersebut tidak dilunasi, maka perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan menganggap calon pemegang polis membatalkan niatnya untuk menutup asuransi jiwa yang dimaksud.

2. Pembayaran premi

21


(42)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

Premi dibayar dimuka, dan dibayar oleh tertanggung di Kantor Pusat perusahaan atau di tempat-tempat lainnya yang ditentukan oleh perusahaan. Mengenai pembayaran premi ini ada perusahaan yang melakukan penagihan dengan cara mengambilnya ke tempat tinggal pemegang polis. Akan tetapi di dalam polis ada ketentuan yang mengatakan bahwa penagihan premi dengan cara demikian tidak menghapuskan kewajiban tertanggung untuk membayarnya sendiri apabia penagih yang biasanya melakukan penagihan tidak datang sebagaimana biasanya, karena penagihan oleh perusahaan itu hanya merupakan suatu pelayanan,. Dilain pihak pembayaran premi itu merupakan kewajiban dari pemegang polis. 3. Batas waktu kelonggaran

Hal ini pada dasarnya selalu dikehendaki agar pembayaran premi oleh pihak pemegang polis dapat dilaksanakan secara teratur sesuai dengan yang diperjanjikan, misalnya bulanan, kwartalan atau tahunan. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan pemupukan cadangan serta mengusahakan pengembangannya dengan semestinya, sehingga kewajiban kepada pemegang polis nantinya akan dapat dipenuhi sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi perusahaan asuransi jiwa juga memperhatikan kemungkinan akan adanya halangan pada pihak pemegang polis, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban termaksud sebagaimana mestinya karena berbagai sebab. Oleh karenanya untuk menampung kemungkinan itu dalam polis selalu tercantum suatu waktu kelonggaran, dimana penunggakan terhadap premi tidak berpengaruh pada jalannya pertanggungan.


(43)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

Mengenai batas waktu kelonggaran ini tidak semua perusahaan menetapkan waktu yang sama, ada yang memberikan batas waktu selama 4 bulan, adapula yang hanya 1 bulan setelah tanggal premi jatuh tempo. Apabila premi dibayar tidak melebihi jangka waktu tersebut, maka perjanjian asuransi jiwa berjalan terus, akan tetapi apabila melebihi jangka waktu tersebut, maka ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi. Kemungkinan tersebut yang tercantum dalam polis umumnya adalah sebagai berikut :

a. Perjanjian batal secara otomatis demi hukum tanpa pengembalian premi, dalam hal kontrak asuransi belum mempunyai nilai tebus. b. Batal secara otomatis demi hukum tanpa pengembalian premi,

dalam hal kontrak asuransi sudah mempunyai nilai tebus yang jumlahnya sama besar atau lebih kecil daripada jumlah tunggakan premi dan atau sisa hutang yang mungkin ada.

c. Bebas premi secara otomatis demi hukum, dalam hal kontrak asuransi sudah mempunyai nilai tebus yang jumlahnya lebih besar dari tunggakan premi dan atau hutang-hutang yang mungkin ada. 4. Penebusan polis

Pertanggungan yang telah berjalan beberapa waktu yang telah ditentukan sehingga mempunyai nilai tebus atas permintaan pemegang polis, perusahaan dapat menebus kontrak asuransi tersebut. Besarnya nilai tebus berdasarkan suatu tabel yang selalu melekat sebagai lampiran dari polis. 5. Penggadaian polis


(44)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

Asuransi jiwa selain berfungsi sebagai proteksi bencana keuangan yang dapat menimpa keluarga karena meninggalnya seseorang (dalam hal ini kepala keluarga), juga dapat memberikan kemudahan dalam hal adanya suatu keperluan keuangan yang mendesak yaitu dengan cara menggadaikannya kepada perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan. Sudah tentu ada persyaratan-persyaratan yang harus diikuti yang kesemuanya tercantum dalam polis. Persyaratan-persyaratan tersebut antara lain :

a. penggadaian dapat dilakukan apabila polis sudah mempunyai nilai tebus.

b. Pinjaman maksimal sebesar nilai tebus. c. Untuk pinjaman tersebut dibebani bunga.

d. Pelunasan pinjaman dapat dilakukan dengan angsuran atau pembayaran sekaligus. Apabila tidak dilakukan demikian, maka pelunasan seluruh jumlah hutang akan diperhitungkan atas pembayaran uang asuransi pada waktunya.

e. Pembayaran premi harus tetap dilakukan.

Dengan uraian di atas tidak berarti ketentuan-ketentuan lain yan tercantum dalam polis tidak perlu diperhatikan, seperti pembayaran dan persyaratan untuk menerima uang asuransi, pengecualian-pengecualian, dan lain-lain.

Penulis menyarankan agar sebaiknya calon pemegang polis dapat menyediakan waktu untuk memahami ketentuan-ketentuan yang dimaksud dan sekiranya ada hal-hal yang tidak jelas uraiannya, tentunya bagi calon pemegang


(45)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

polis dapat menghubungi perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan untuk mendapat penjelasan yang lebih lanjut.

Demikianlah beberapa uraian penulis mengenai asuransi jiwa yang menurut penulis masih banyak kekurangan. Untuk lebih memelengkapi pembahasan terhadap judul skripsi ini, selanjutnya penulis akan membahas mengenai Perjanjian Kredit pada Bab selanjutnya.


(46)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

BAB III

PERJANJIAN KREDIT DAN KPR

A. PENGERTIAN PERJANJIAN KREDIT

Seperti yang telah diketahui bahwa istilah kredit berasal dari kata latin “creditum” atau “credo”, dan bahasa Yunani “credere”, yang artinya percaya, kepercayaan.22

Pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, menyatakan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan Oleh karena itu, dasar dari kredit ialah kepercayaan, yang mana seseorang penerima kredit akan memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan terlebih dahulu di dalam perjanjian kredit.

Dalam pemberian kredit, Bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang dipinjamkan. Pada hakekatnya pemberian kredit didasarkan pada kepercayaan yang berarti bahwa pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan oleh Bank sebagai pemberi dana dimana prestasi yang diberikan benar-benar sudah diyakini akan dapat dibayar kembali oleh si penerima kredit sesuai dengan syarat-syarat yang telah disepakati bersama dalam perjanjian kredit.

Di dalam perundangan-undangan yang berlaku di Indonesia perjanjian kredit tidak ada pengaturannya. Istilah perjanjian kredit terdapat di dalam Instruksi Pemerintah yang ditujukan kepada kalangan Perbankan yang menyatakan bahwa, untuk pemberian kredit Bank wajib menggunakan akad perjanjian.

22


(47)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Berdasarkan batasan yang diberikan oleh Undang-undang tersebut, bahwa dalam pengertian kredit terkandung perkataan perjanjian pinjam meminjam sebagai dasar diadakannya perjanjian kredit. Atas hal itu pula, dapat dikatakan bahwa kredit merupakan suatu perjanjian yang lahir dari persetujuan. 23

Dalam hubungan ini, Subekti mengemukakan dalam bentuk apapun juga pemberian kredit itu diadakan, pada hakekatnya yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana diatur dalam KUHPerdata Pasal 1754

Menurut Hukum Perdata Indonesia, perjanjian kredit adalah suatu perjanjian pinjam meminjam, sebagaimana diatur dalam pasal 1754-1769 KUHPerdata. Oleh karena itu perbuatan suatu perjanjian kredit dapat berdasarkan ketentuan-ketentuan KUHPerdata, tetapi dapat pula berdasarkan kesepakatan diantara para pihak, artinya dalam hal ketentuan yang memaksa maka harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam KUHPerdata, sedangkan dalam hal ketentuan yang tidak memaksa diserahkan kepada para pihak. Pasal 1754 KUHPerdata mengatakan bahwa pinjam meminjam ialah persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabiskan karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.

23


(48)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

s/d 1769. Sebagai suatu perjanjian, maka pengertian perjanjian kredit itu tidak dapat terlepas dari KUHPerdata dan UU Perbankan.

Dalam pelaksanaannya, pengertian perjanjian kredit ini selalu dikaitkan dengan bentuk perjanjian yang ditegaskan dalam model-model formulir bank dari masing-masing Bank. Bentuk dan materi perjanjian kredit antara satu Bank dengan Bank yang lainnya tidaklah sama karena harus disesuaikan dengan kebutuhannya masing-masing. Jadi dapat dikatakan bahwa perjanjian kredit tersebut belum mempunyai bentuk yang tertentu (tetap), hanya saja dalam prakteknya banyak hal yang biasanya dicantumkan dalam perjanjian kredit, misalnya definisi istilah-istilah yang akan dipakai dalam perjanjian ini terutama dalam perjanjian dengan pihak asing, jumlah dan batas waktu pinjaman, serta pembayaran pinjaman, penetapan bunga pinjaman dan dendanya bila debitur lalai membayar bunga dan lain sebagainya.

Selain itu pula, si peminjam diminta diberikan representations, warranties dan convenants. 24

24

Muhammad Djumhana,op.cit, hal.31

Adapun yang dimaksud dengan representations adalah

keterangan-keterangan yang diberikan oleh debitur guna pemrosesan pemberian kredit. Warranties dapat diartikan sebagai suatu janji, misalnya si debitur akan melindungi kekayaan perusahaannya atau asset yang telah dijadikan jaminan untuk mendapatkan kredit tersebut. Sedangkan convenants adalah janji untuk tidak melakukan sesuatu, misalnya janji bahwa si debitur tidak akan melakukan merger dengan perusahaan lain atau menjual seluruh maupun sebagian assetnya tanpa seizin kreditur (bank). Walaupun bentuk dan materi perjanjian kredit belum


(49)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

mempunyai bentuk yang tertentu (tetap), tetapi materi perjanjian kredit itu haruslah lahir dari kesepakatan kedua belah pihak.

Perjanjian kredit perlu mendapatkan perhatian yang khusus, baik oleh bank sebagai kreditur maupun nasabah sebagai debitur, karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaan maupun penatalaksanaan kredit itu.

1. Syarat-Syarat Perjanjian Kredit

Oleh karena perjanjian kredit sebahagian dikuasai oleh Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan dan bagian umum KUHPerdata, maka mengenai syarat perjanjian kredit perlu kita lihat dalam bagian umum KUHPerdata tentang perjanjian.

Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, untuk sahnya perjanjian diperlukan adanya 4 syarat, yaitu :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian 3. Mengenai suatu hal tertentu

4. Adanya suatu sebab yang halal

Dari keempat syarat tersebut dapat digolongkan menjadi kategori, yaitu a. Mengenai subjek perjanjian, ialah :

1. Orang yang membuat perjanjian harus cakap atau mampu melakukan perbuatan hukum.


(50)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

2. Ada sepakat yang menjadi dasar perjanjian yang harus dicapai atas dasar kebebasan menentukan kehendaknya (tidak ada paksaan, kekhilafan atau penipuan)

b. Mengenai objek perjanjian ditentukan, bahwa:

1. Apa yang dijanjikan oleh masing-masing harus cukup jelas untuk menetapkan kewajiban masing-masing pihak.

2. Apa yang dijanjikan oleh masing-masing tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum atau kesusilaan.25

Selanjutnya Subekti menambahkan, bahwa tidak dipenuhi syarat-syarat subjektif dapat dimintakan pembatalan perjanjian itu kepada hakim, akan tetapi jika tidak dipenuhi syarat-syarat objektif maka diancam dengan batalnya perjanjian demi hukum. 26

Di dalam pembuatan pejanjian kredit antara pihak si penerima kredit dengan pihak Bank, maka pihak si penerima kredit tersebut haruslah cakap Dalam hubungannya dengan perjanjian kredit, keempat syarat-syarat tersebut berlaku. Jadi apabila di dalam suatu perjanjian kredit tidak terpenuhi keempat syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, maka perjanjian kredit dapat dimintakan pembatalannya oleh salah satu pihak yang membuat perjanjian kredit atau dikatakan batal demi hukum.

Dalam setiap perjanjian kredit, si penerima kredit atau peminjam datang kepada Bank untuk memohon kredit atas kemauannya sendiri. Hal ini tidak dapat diartikan bahwa perjanjian kredit itu terjadi atas kesepakatan para pihak atau kesepakatan dari pihak si penerima kredit dengan pihak Bank.

25

Ibid, hal. 28. 26


(51)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

bertindak dalam hukum, dalam arti bahwa si penerima kredit haruslah sudah dewasa ataupun tidak berada di bawah pengampuan orang lain.

Sebagai objek dari adanya perjanjian kredit itu adalah sejumlah uang tertentu, sehingga pihak Bank sebagai pihak kreditur haruslah menyerahkan sejumlah uang tertentu kepada pihak si penerima kredit (debitur), dan pihak Bank sebagai pihak kreditur berhak untuk menuntut pengembalian daripada uang tersebut dari pihak si penerima kredit sebagai pihak debitur.

Debitur menuntut agar sejumlah uang yang telah diperjanjikan dengan pihak Bank diserahkan kepadanya, dan berkewajiban mengembalikan pinjamannya setelah jangka waktu yang telah ditentukan.

2. Subjek Hukum Perjanjian Kredit

Menurut M. Yahya Harahap perjanjian timbul disebabkan adanya hubungan hukum antara dua orang atau lebih, demikian halnya dalam perjanjian kredit. Pendukung hukum perjanjian sekurang-kurangnya harus ada dua orang tertentu. Masing-masing orang itu menduduki tempat yang berbeda. Satu orang menjadi pihak kreditur, dan yang seorang lagi sebagai pihak debitur.27

3. Objek Hukum Perjanjian Kredit

Kreditur dan debitur inilah yang menjadi subjek perjanjian kredit. Kreditur mempunyai hak atas prestasi dan debitur wajib memnuhi pelaksanaan prestasi.

Objek dari perjanjian adalah “prestasi”. Kreditur berhak atas prestasi yang diperjanjikan dan debitur wajib melaksanakan prestasi yang dimaksud. Kalau demikian hakikat perjanjian tidak lain adalah prestasi.

27


(52)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

Dalam hal perjanjian kredit, maka kreditur wajib menyerahkan sejumlah uang atau sejumlah barang pada debitur (peminjam), sedangkan debitur berkewajiban untuk melakukan pelunasan hutang pada jangka waktu tertentu sesuai dengan yang diperjanjikan.

4. Unsur-unsur Perjanjian Kredit

Adapun yang menjadi unsur-unsur dalam perjanjian kredit adalah :28 a. Kepercayaan

Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberian kredit bahwa prestasi (uang, jasa atau barang) yang diberikan akan benar-benar diterimanya kembali di masa tertentu yang akan datang.

b. Waktu

Waktu yang dimaksudkan dalam hal ini bahwa antara pemberian prestasi dan pengembaliannya dibatasi oleh suatu masa (waktu tertentu). Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian tentang nilai agio uang, bahwa uang sekarang lebih bernilai dari uang di masa yang akan datang.

c. Degree of risk

Dengan pengertian degree of risk disebutkan bahwa pemberian kredit menimbulkan suatu tingkat resiko. Resiko yang timbul bagi pemberi kredit karena uang, jasa atau barang yang berupa prestasi telah terlepas kepada orang lain.

d. Prestasi

28

Thomas Suyatno, dkk., Dasar-dasar Perkreditan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991, hal 33.


(53)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

Prestasi yang diberikan adalah suatu prestasi yang dapat berupa uang, jasa atau barang. Dalam perkembangan perkreditan di zaman modern ini, maka yang dimaksudkan dengan prestasi dalam pemberian kredit adalah uang.

5. Jangka Waktu Perjanjanjian Kredit

Di dalam perjanjian kredit perlu ditentukan jangka waktu, karena kredit adalah pinjaman dan akhirnya pada suatu waktu harus dikembalikan kepada penyedia kredit. Terlebih lagi untuk perbankan, bahwa kredit yang diberikan itu adalah berasal dari dana masyarakat.

Jika jangka waktu telah ditentukan dan penerima kredit ingkar janji, perlu ditentukan hukuman atas kelalaian itu, apakah berupa denda, bunga, biaya dan lain-lain. Di samping itu, perlu ditentukan jangka waktu maksimal ingkar janji, sehingga penyelesaian kredit itu tidak berlarut-larut. Hal ini akan memudahkan proses penyelesaian baik dilihat dari sudut penyedia dan penerima kredit.

B. DASAR PERTIMBANGAN PEMBERIAN KREDIT

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 pasal 8, dalam memberikan kredit Bank Umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk itu ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan dalam pertimbangan-pertimbangan pemberian kredit guna menentukan sejauh mana penerima kredit dapat diberi pinjaman.


(54)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

Hal tersebut tergantung bonafiditas yang diketahui dari analisa penilaian terhadap kemungkinan pemberian kredit yang di kemudian hari akan mengakibatkan kegagalan usaha debitur dan kemacetan total kreditnya. Penilaian tersebut dikenal dengan The Five C’s of Credit, yaitu:29

1. Character

Sifat pribadi termasuk perilaku pemohon kredit perlu diteliti secara hati-hati dan seksama yang meliputi riwayat hidup, hobi serta pergaulannya dalam masyarakat. Faktor ini penting untuk mengetahui kemampuan serta itikad baik dari penerima kredit untuk mengembalikan kreditnya kelak. Dengan pengertian lain, faktor ini merupakan ukuran tentang kejujuran dan kemauan debitur untuk membayar kembali hutangnya.

2. Capacity

Tidak cukup bagi Bank mengetahui kejujuran calon debiturnya, dia harus mempunyai kemampuan untuk mengendalikan perusahaan. Kesanggupan untuk membayar kembali kredit tergantung dari penghasilan usaha yang dibiayai dengan fasilitas kredit. Keahlian, ketrampilan, umur, kesehatan juga merupakan hal-hal yang menentukan kesanggupannya pada waktu yang akan datang, dengan kata lain kelangsungan hidup perusahaan harus terjamin. Faktor resiko sehubungan dengan capacity ini dinamakan business risk, untuk mengetahui business risk harus diketahui bahwa usaha peminta kredit harus berjalan lancar.

29


(55)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

3. Capital

Modal yang telah ditanam dalam perusahaan harus ditelaah dan sedapat mungkin biaya investasi dipenuhi oleh pengusaha dan Bank yang saling membantu. Hutang jangka pendek maupun jangka panjang harus seimbang dengan posisi keuangan perusahaan. Faktor ini mempunyai peranan untuk mengetahui posisi keuangan debitur serta struktur permodalan, analisa keuangan serta sumber dan penggunaan dana, sehingga Bank dapat mengetahui besar kredit yang diperlukan.

4. Collateral

Collateral berarti jaminan, untuk persetujuan pemberian kredit

haruslah ada jaminan. Hal ini ditegaskan dalam penjelasan pasal 8 Undang Undang No.7 tahun 1992 yang berbunyi sebagai berikut : “Kredit yang diberikan oleh Bank mengandung risiko sehingga dalam pelaksanaannya Bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh Bank.”

Collateral juga merupakan benteng terakhir bagi keselamatan kredit,

artinya bilamana masih ada keraguan terhadap pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka si penerima kredit diberikan kesempatan untuk menyediakan jaminan.


(56)

Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang

Persetujuan kredit tidak hanya ditentukan oleh The Four C’s of Credit saja, tetapi kondisi ekonomi secara umum serta kondisi usaha penerima kredit khususnya perlu mendapat penelitian pihak Bank untuk memperkecil risiko yang mungkin timbul akibat kondisi perekonomian. Keadaan perdagangan serta persaingan di lingkungan sektor usaha si penerima kredit perlu diketahui, sehingga bantuan kredit benar-benar bermanfaat bagi perkembangan usahanya, serta dapat memberikan keuntungan yang layak, dengan demikian pengambalian kredit akan berjalan lancar.30

Demikianlah faktor-faktor kredit yang lazim disebut The Five C’s of

Credit yang merupakan dasar-dasar pertimbangan dalam pemberian kredit, namun

perlu dicatat bahwa bagaimanapun rapi dan baiknya pertimbangan-pertimbangan tersebut dinilai dan dianalisa, dalam kenyataannya Bank di dalam praktek perkreditan selalu menemui kredit yang macet, yang berarti kerugian pada Bank khususnya, dan menghambat kesinambungan pembangunan pada umumnya karena sebagian dana untuk pembangunan terbeku dalam kredit macet.31

C. BENTUK DAN ISI PERJANJIAN KREDIT

Oleh karena itu menurut penulis, hal yang dapat dijadikan pelindung terakhir dalam mengatasi kredit macet adalah dengan memakai asuransi yang nantinya berfungsi sebagai jaminan pengambilan kredit tersebut.

1. Bentuk Perjanjian Kredit

30

Ibid, hal. 44. 31

Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, PT.Citra Aditya Bakti Bandung, 1991, hal.45.


(1)

Dengan adanya subrogasi, salah satu akibat hukum yang penting adalah bahwa kreditur baru menempati kedudukan sebagai kreditur lama, sehingga pihak kreditur baru dapat menagih langsung piutangnya dari pihak debitur.

Dalam masalah yang diangkat oleh penulis, bentuk subrogasi yang terjadi lahir karena suatu perjanjian. Maka dari itu penulis akan menguraikan lebih rinci mengenai subrogasi yang lahir karena suatu perjanjian.

Subrogasi Karena Perjanjian

Subrogasi dapat terjadi, baik karena Perjanjian ataupun karena Undang-undang. Ada 2 (dua) model subrogasi yang lahir karena perjanjian, yaitu sebagai berikut :

a. Model Pembayaran Hutang.

Subrogasi dengan model ini, pembayaran hutang dilakukan oleh pihak ketiga (pihak diluar perjanjian), di mana dalam hal ini setelah diterimanya pembayaran hutang tersebut, pihak kreditur menetapkan bahwa pihak ketiga tersebut akan menggantikan kedudukannya sebagai kreditur, dapat melakukan gugatan-gugatan, memegang hak-hak istimewa dan hipotik, hak tanggungan atau fidusia yang dipegangnya terhadap pihak debitur. Sehingga, terhadap subrogasi dengan model pembayaran ini haruslah dinyatakan secara tegas dan dilakukan tepat


(2)

Sedangkan model subrogasi ini terjadi bilamana debitur meminjam sejumlah uang dari pihak ketiga dalam rangka melunasi hutang/kewajibannya, dengan menetapkan bahwa pihak ketiga yang meminjami uang tersebut akan menggantikan hak-hak kreditur. Untuk model subrogasi ini, undang-undang mengharuskan agar pembutan perjanjian pinjam uang dari pihak ketiga dan pembuatan tanda pelunasan hutang dibuat dengan akte autentik, dimana dalam perjanjian pinjam uang dari pihak ketiga tersebut harus disebutkan bahwa uang tersebut dipinjam untuk melunasi hutang yang bersangkutan. Kemudian, dalam surat tanda pelunasan hutang harus diterangkan bahwa pembayaran hutang tersebut dilakukan dengan meminjam uang dari pihak ketiga (kreditur baru).

Dari dua model subrogasi tersebut diatas, subrogasi yang dibuat dan disepakati antara Bank, debitur/peserta asuransi dan Perusahaan asuransi berdasarkan perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Perjanjian Khusus dan Umum serta polis asuransi, dapat dikategorikan sebagai subrogasi dengan Model Pembayaran Hutang. Dalam hal ini, Perusahaan asuransi menggantikan kedudukan kreditur/Bank untuk menerima premi dari debitur/peserta asuransi dan sebaliknya berkewajiban untuk membayar hak-hak debitur selaku peserta asuransi.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Adapun yang menjadi kesimpulan dari skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Peranan/manfaat asuransi jiwa sebagai jaminan Kredit Pemilikan Rumah

(KPR) terhadap pelunasan hutang debitur ialah hutang debitur dapat dialihkan dan dilunaskan oleh Perusahaan asuransi, manakala debitur meninggal dunia, dan berdasarkan hasil penelitian penulis, ternyata juga dapat dibayarkan kepada debitur yang tidak meninggal dunia dalam masa asuransi masih berlaku termasuk juga dapat dibayarkan kepada debitur yang mengundurkan diri dengan asumsi hutang debitur telah dibayar lunas dan polis mempunyai nilai. Oleh karena itu asuransi jiwa turut berperan sebagai jaminan kredit dalam menanggulangi risiko kredit macet. Dalam situasi kondisi apapun, baik debitur meninggal dunia dan/atau tidak meninggal dunia, asuransi jiwa bermanfaat bagi semua pihak yaitu Bank, debitur/ahli waris debitur dan Perusahaan asuransi 2. Bentuk peralihan hak yang terjadi jika debitur meninggal dunia dalam

keadaan perjanjian kredit masih berlangsung, berdasarkan apa yang telah penulis teliti adalah dinamakan dengan subrogasi. Dimana menurut


(4)

Umum serta polis asuransi, dapat dikategorikan sebagai subrogasi dengan Model Pembayaran Hutang.

B. SARAN

Dalam kondisi keuangan Pemerintah yang semakin mengkhawatirkan seperti sekarang ini, hendaknya :

1. Pihak Bank lebih selektif dan benar-benar melakukan analisa kelayakan pemberian kredit kepada masyarakat selaku pemohon kredit, agar dana yang sudah disalurkan dapat dengan mudah ditarik kembali ke kas Bank. 2. Bank dan Perusahaan asuransi hendaknya lebih meningkatkan lagi

kinerjanya seperti mengadakan sosialisasi (penyuluhan) tentang perbankan, asuransi serta akibatnya kepada masyarakat dan transparan dalam melayani debitur/peserta asuransi.

3. Bagi debitur/peserta asuransi diharapkan pengalamannya sebagai debitur /peserta asuransi agar dapat menyampaikan informasi kepada masyarakat yang hendak menggunakan jasa Bank, bahwa program asuransi jiwa tersebut baik untuk diikuti.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Badrulzaman, Mariam Darus, Aneka Hukum Bisnis, Penerbit Alumni, Bandung, 2005.

---, Perjanjian Kredit Bank, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991.

Djumhana, Muhammad, Hukum Perbankan di Indonesia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993.

Gunanto, H., Asuransi Kebakaran di Indonesia, Penerbit Tira Pustaka, Jakarta, 1984.

Harahap, M. Yahya, Segi-segi Hukum Perjanjian, Penerbit Alumni, Bandung, 1986.

Hartono, Sri Rejeki, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 2005

Irawan, Bagus, Aspek-aspek Hukum Kepailitan dan asuransi, Penerbit Alumni, Bandung, 2007.

Marhaenis, Abdul Hay, Hukum Perbankan di Indonesia, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta, 1979.

Muis, Abdul, Pertanggungan Jiwa Dengan Beberapa Aspek Hukumnya, Penerbit Fak. Hukum USU, Medan, 1990.

---, Hukum Asuransi dan Bentuk-Bentuk Perasuransian, Penerbit Fak. Hukum USU, Medan, 2005.

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Asuransi di Indonesia, Penerbit PT.Intermasa, Jakarta, 1972.


(6)

---, Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan Undang-undang Kepailitan, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta, 2000.

---, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta, 1993.

Suyatno, Thomas, Dasar-dasar Perkreditan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991.

Widjanarto, Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan, Infobank, Jakarta, 1998. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.