Sejarah Pemberlakuan Mahar Adat Desa Penegah
Undang-undang No. 22 Tahun 1948 adalah dasar pertama terbentuk ya DPRD dan DPD pada setiap marga mendapo dan kampung, namun keberadaannya menjadi
fakum karena terjadi agresi Belanda I dan II, demikian juga terhadap peraturan ketentuan hukum adat dalam mengatur desa yang berlaku sebelum berlakunya
Undang-Undang No. 22 Tahun 1948 yang bernama peraturan negeri otonom diluar Jawa dan Madura. Namun peraturan tersebut, belum dapat memberikan otonomi
secara penuh kepada desa dan tidak selaras dengan adat istiadat masyarakat desa sehingga menyebabkan sering terjadinya reaksi.
28
Dari kenyataan yang terjhadi saat itu, pemerintah pusat mengambil kebijakan untuk mengeluarakan Undang-undang
No. 5 Tahun 1979 tentang Pokok-Pokok Pemerintah Desa, namun UU tersebut belum menampung aspirasi adat desa, sehingga pada tanggal 3 Desember 1984, Pemerintah
Daerah Tingkat I Jambi mengeluarkan Peraturan Daerah Perda No. 11 Tahun 1991, tentang Pembinaan dan Pengembangan Adat Istiadat Kebiasaan Masyarakat dan
Lembaga Adat, dan disahkan oleh Menteri Dalam Negeri Tanggal 21 Nopember 1992.
29
Pendapat tokoh masyarakat tentang Mahar dalam Adat Jambi khusunya di Desa Penegah Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun kata Mahar dan itu di
ambil dari kata Bahasa Arab yaitu Almahru dalam Adat itu disebut dengan soko Maskawin yang berupa uang, emas, Seperangkat Alat shalat, yang mana mahar
28
Kemas Arsyad Somad, Mengenal Adat Jambi dalam perspektif modern, cet Ke-1 Jambi 2002,.h.65
29
Ibid,.h.66
sama pentingnya bahkan wajib di berikan kepada yang menerima yaitu istri dan hal tersebut juga termasuk dalam rukun nikah dan hal itu pun mahar bisa dirundingkan
antara kedua mempelai, dan mahar tersebut sama halnya awal seorang suami memberikan nafkah wajib kepada seorang istri.
30
Mahar sama dengan apa yang di syariatkan Islam apa yang disebut menurut Adat sama demikian hal tersebut karena adat itu sendiri Bersendi Pondasi pada
Syarak’ dan Syarak Bersendi pada kitabullah, Syarak mengato Adat memakai di sisi lain dalam hal pernikahan Adat memakai seperti kujur tombak sebatang dan keris
sebilah sebagai Pegang Pakai dalam masyarakat adat jambi bertujuan untuk membangun rumah tangga yang utuh dan sejahtera bahagia lahir maupun bathin dan
diberikan kepada wanita berupa kujur tombak sebatang keris sebilah yang diartikan sebagai pengadilan apabila didalam bahtera rumah tangga terjadinya broken home
keributan dalam rumah tangga dan itu sudah menjadi tradisi adat sebagai syarat pernikahan dalam adat jambi, makna dari kujur tombak sebatang dan keris sebilah
itu sendiri itu syimbol tidak dapat dipungkiri bahwasannya kujur tombak sebatang dan keris sebilah, kelam untuk betungkek betongkat artinya tidak bisa dirobohkan
kedua belah pihak.
31
atau pernikahan harus mengikuti peraturan tempat dimana dilaksanakanya pernikahan atau dalam bahasa adatnya siang untuk dijadikan tongkat
malam untuk dijadikan obor, itulah gunanya Nenek Mamak khusus tempat
Khaidir, Lembaga Adat Melayu Jambi propinsi Jambi, cet Ke-1 Jambi, 2009,.h.1
31
Wawancara, dengan Kades di kantor Kepala Desa pada tanggal 15-11-2010, Nara Sumber Akmal
menyelesaikan permasalahan keruh tempat berjernih kusui tompe bejonih tempat mengadu kedua mempelai dan di dalam mayarakat adat khususnya di Desa Penegah
Kecamatan Pelawan Kabupaten apabila Hukum Kujur tombak sebatang dan keris sebilah seperti apa,kalau benda tersebut tidak ada , maka perundingan belum bisa
dilanjutkan dalam pernikahan. Maka bisa batal perkawinannya, syah menurut Agama akan tetapi tidak syah menurut adat.
32
Yang namanya adatkebiasaan di daerah jambi apabila ada seseorang melakukan pernikahan seperti namanya adat kujur tombak sebatang dan keris
sebilah untuk zaman saat kini Langka pada akhirnya terjadi Pergantian dari kujur tombak di uangkan dan dibayarkan kepada Tengganai calon kakak ipar mempelai
perempuan sedangkan keris tetap diadakan alasannya di karenakan di tiap daerah itu ada pengurus adat yang menyimpan Barang-barang Budaya tradisi adat jambi.
33
Dari perkembangan yang ada, penulis simpulkan bahwa sejarah adanya adat mahar di desa Penegah berupa kujur tombak dan keris sebilah yaitu dari nenek
moyang dahulu kala, dan ini sudah menjadi tradisi adat yang tidak boleh dirubah.