Pemahaman Masyarakat Tentang Pembayaran Mahar Adat Desa Penegah
sejumlah Uang, Emas, Seperangkat alat shalat dan Pinta-Pinto atau yang disebut Permintaan, Apabila terjadi kejanggalan dalam Mahar. Yang mana benda tersebut
agar diberikan kepada pihak calon mempelai wanita. Apabila bila sang calon suami tidak menyanggupi atas mahar yang diminta oleh pihak calon mempelai wanita maka
adat meringankan mahar tersebut dengan cara kedua calon mempelai harus ada persetujuan atau kesepakatan dalam mahar yang telah di setujukan kedua pasangan
tersebut.
34
Dengan cara seperti inilah adat meringankan agar sang calon mempelai laki-laki tidak merasa di beratkan akan mahar tersebut. Dan Tentunya pihak calon
mempelai wanita di anjurkan untuk tidak menuntut Mahar yang tinggi dikarenakan di khawatirkan banyaknya para lelaki yang minder di dalam pernikahan dikarenakan
ketidak mampuan mahar tersebut, itulah gunanya agar di ketemukan kedua belah pihak atau adat menyebutkan seperti Nenek Mamak untuk mengadakan perundingan
atau yang disebut Pinta Pinto permintaan pihak Laki-laki untuk memberikan Usulan kepada pihak calon mempelai perempuan agar Pinta Pinto di ringankan atau di
mudahkan akan Hal pembayaran Mahar.
35
Syikh Islam rahimahullah berkata, “Sunnahnya yaitu meringankan Mahar, dan agar tidak lebih dari Istri-istri Nabi SAW dan anak perempuan beliau, di dalam
Hadist yang di riwayatkan oleh Aisah RA dari Nabi SAW, beliau bersabda,
ﺔﻧوﺆﻣ ﻦھﺮﺴﯾأ ﺔﻛﺮﺑ ءﺎﺴﻨﻟا ﻢﻈﻋأ نإ
Wawancara dengan Tokoh adat pada tangaal 17-11-2010, Nara Sumber Datuk Darwis desa Penegah Kecamatan Pelawan .
35
Wawancara dengan Staf KUA di kantor Urusan Agama pada tanggal 22-11-2010, Nara Sumber Puji Handoko desa Penegah Kecamatan pelawan
Artinya: “Sesungguhnya wanita yang paling besar mendapatkan berkah,yaitu yang paling pemurah diantara mereka”.
36
Tokoh Adat yang berada di daerah Jambi Khususnya di Desa Penegah Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun menganjurkan untuk membiasakan
wanita dengan pria yang ingin melakukan pernikahan perkawinan janganlah berlebihan di dalam Mahar ditakutkan atau dikhawatirkan akan timbul sifat sombong,
takabbur, dan kering jiwanya dari Agama, mereka menuntut memberikan mahar lebih banyak hanya untuk kesombongan belaka. Mereka tidak bermaksud
mengambilnya dari suami, sementara dia berniat tidak akan memberikannya kepada mereka. Ini merupakan bentuk kemungkaran yang hina dan bertentangan dengan
sunnah, serta
telah menyimpang
dari Syariat.
Jika suami
bermaksud membayarkannya tetapi biasanya ia tidak mampu maka akan memberatkannya dan
menjadi tanggung jawab yang berat pula, serta menjadikannya kehilangan harga diri. Sementara itu, keluarga istrinya akan merusak hubungan rumah tangganya.
Sebaiknya di dalam pemberian Mahar sebelum akad dilangsungkan, di usahakan sesuai dengan kemampuannya, sesuai modal yang ada, tidak usah
dilebihkan takut adanya rasa sombong di dalam hatinya seakan- akan menunjukkan hata kekayaannya yang ia peroleh.
Berbicara masalah Adat istiadatkebiasaan dengan artian Adat yang bersendikan Syarak, Syarak Bersendi pada Kitabullah ini dengan arti kato bahasa
36
Syaikh Islam Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa tentang Nikah, Jakarta: Pustaka Azzam, 2002, Cet ke-1,.h.173
dusunnyakata bahwasannya apabila kita sudah melandasakan pikiran, maka masuk pada niat, niat akan membuahkan rencana, rencana akan dilanjutkan dengan
perbuatan. Dan itulah Adat Istiadat adalah seperangkat nilai-nilai kaedah-kaedah, norma dan kebiasaan yang tumbuh dan berkembang bersama dengan pertumbuhan
dan perkembangan masyarakat desa, telah dikenal dan dihayati dan diamalkan oleh warga masyarakat itu secara berulang-ulang dan terus menerus.
37
Adat yang tumbuh dan berkembang sepanjang masa itu telah memberikan ciri khas bagi suatu daerah dan dalam skala besar telah memberikan identitas pula bagi
bangsa Indonesia, dikarenakan perjalanan sejarah telah membuktikan bahwa adat istiadat yang tumbuh dan berkembang itu telah dapat memberikan andil yang besar
terhadap kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, khususnya dalam menjaga tertib dan kesejahteraan sosial.