Dasar Hukum Mahar KARAKTERISTIK UMUM MASYARAKAT DESA PENEGAH

mahar.” Umar bin khaththab di depan kaum muslimin berkata Ingatlah, janganlah kamu meminta berlebihan terhadap mahar seorang wanita, kalau dia ingin terhormat di dunia atau di sebut bertaqwa di sisi Allah SWT. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu yaitu Rasulullah SAW. Tidaklah beliau memberikan mahar untuk istri-istri beliau dan meminta mahar untuk putri-putri beliau, lebih dari dua belas auqiyah.” At-Tirmidzi berkata bahwa, ini Hadist shahih. 11 Dari Abu Amru Al Aslamy, Sesungguhnya ia menikah dengan seorang perempuan. Lalu ia datang kepada Rasulullah SAW untuk memohon bantuan tentang pemberian mahar kepadanya. Rasulullah SAW bertanya, “ Berapa mahar yang akan engkau berikan ?” Ia menjawab,” Dua ratus dirham.” Rasulullah SAW berkata, “ Kalau kamu mengeruk dirham dari tempatnya maka tidak akan cukup”. 12 Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya, bahwa seandainya ia memberikan mahar sebagai hutang yang memberatkan, dan ia berniat untuk tidak membayarnya, maka haram baginya. Sebagaimana telah di riwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW telah bersabda: قرﺎﺳ ﻮﮭﻓ ﮫﯿﻀﻘﯾ ﻻ نأ يﻮﻨﯾ ﺎﻨﯾد نادأ ﻦﻣو ،ناز ﻮﮭﻓ ﺎﮭﯿﻟإ ﮫﯾدﺆﯾ ﻻ نأ يﻮﻨﯾ قاﺪﺼﺑ ةأﺮﻣا جوﺰﺗ ﻦﻣ . 11 Ibid. h. 173. 12 Syaikh Islam Ibnu Taimiyah, Majmu Fatawa tentang Nikah, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006, cet ke-1, h. 174. Artinya : “.Barang siapa menikahi seorang wanita dengan mahar, dan dia berniat untuk tidak membayarnya, maka ia telah berzina. Dan barang siapa berniat hutang dan tidak mau membayanya, maka ia di sebut maling.” 13 Telah di jelaskan sebelumnya dari Umar RA, bahwa mahar putri-putri Rasulullah SAW sebesar itu jumlahnya. Barang siapa memberikan mahar melebihi mahar putri-putri Rasulullah SAW, padahal beliau adalah wanita-wanita yang paling sempurna di muka bumi serta sebaik-baiknya ciptaan Allah SWT, maka ia termasuk orang yang bodoh dan dungu. Begitu juga mahar istri-istri Rasulullah SAW Ummahatul Mu’minin ini bagi yang mampu dan leluasa, sementara orang yang miskin, ia tidak wajib memberikan mahar kepada seorang wanita, kecuali sesuai dengan kemampuannya dan tidak memberatkannya. 14 Menurut kompilasi hukum Islam pada pasal 31dinyatakan: Penentuan Mahar berdasarkan asas kesederhanaan dan kemudahan yang dianjurkan oleh ajaran Islam. Adapun yang paling utama, yaitu membayar mahar seluruhnya kepada perempuan sebelum di gauli. Ini jika mampu. Di bolehkan apabila sebagian mahar dibayar di muka dan sebagian ditunda. Para Salafus Shalih mempermurah mahar. Sementara yang diriwayatkan dari para Salafus Shalih bahwa, mereka memberikan mahar lebih dikarenakan mereka kaya, dan mereka membayar semuanya sebelum 13 M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah TanggaDalam Islam, Jakarta: Prenada Media, 2003, Cet ke-1, h. 105. 14 Ibid., h. 175. bercampur dukhul dan mereka tidak menyisakannya sedikitpun. Barang siapa yang mampu, dan ia senang memberikan istrinya mahar yang banyak, maka tidak bermasalah. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa 4: 20                    Artinya : “Sedangkan kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka jangan kamu mengambil kembali dari padanya sedikitpun.”Qs. An-Nisa 4: 20. 15 Dasar wajibnya menyerahkan mahar itu ditetapkan dalam Al-Qur’an dan dalam Hadist Nabi. Dalil dalam ayat Al-Qur’an adalah Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa’ ayat 4 yang bunyinya :                 Artinya :“Berikanlah mahar kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari mahar itu dengan senang hati, maka makanlah pemberian itu sebagai makanan yang sedap lagi baik akibatnya. 16 Demikian pula firman Allah SWT dalam surat An-Nisa 4ayat 24:                               15 Syaikh Islam Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa tentang Nikah, Jakarta: Pustaka Azzam, 2002, Cet ke-1,.h.174 16 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,Jakarta: Kencana, 2009, Cet ke-3, h. 85.                    Artinya : “Maka karena kesenangan yang telah kamu dapatkan dari mereka, maka berikanlah kepada mereka mahar mereka secara fardhu. 17 Adapun dalil dari hadist diantaranya adalah sabda Nabi yang berasal dari Sahal bin Sa’ad al-Sa’idi dalam suatu kisah panjang dalam bentuk hadist muttafaq alaih: كﺪﻨﻋ ﻞھ لﺎﻘﻓ ﺎﮭﯿﻨﺟوﺰﻓ ﺔﺟﺎﺣ ﺎﮭﺑ ﻚﻟ ﻦﻜﯾ ﻢﻟ نإ ﷲا لﻮﺳر ﺎﯾ ﺐھذإ لﺎﻘﻓ ﷲا لﻮﺳر ﺎﯾ ﷲاو ﻻ لﺎﻘﻓ ءﻲﺷ ﻦﻣ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﷲا لﻮﺳر لﺎﻘﻓ ﺎﺌﯿﺷ تﺪﺟو ﺎﻣ ﷲاو ﻻ لﺎﻘﻓ ﻊﺟر ﻢﺛ ﺐھﺬﻓ ﺎﺌﯿﺷ ﺪﺠﺗ ﻞھ ﺮﻈﻧﺎﻓ ﻚﻠھا ﻰﻟإ ﺪﯾﺪﺣ ﻦﻣ ﺎﻤﺗﺎﺧ ﻮﻟو ﺮﻈﻧأ . “.Ya Rasulullah bila anda tidak punya keinginan untuk mengawininya, maka kawinkan saya dengannya. Nabi berkata :”Apa kamu memiliki sesuatu “. Ia berkata :”tidak ya Rasulullah”. Nabi berkata :”Pergilah kepada keluargamu mungkin kamu akan mendapatkan sesuatu. Kemudian dia pergi dan segera kembali dan berkata :”Tidak saya memperoleh sesuatu ya Rasulullah”. Nabi berkata :”Carilah walaupun sebentuk cincin besi”. 18 Di dalam KHI Kompilasi Hukum Islam, mahar ini diatur di dalam pasal 30 sampai pasal 38 di dalam pasal 30 dinyatakan : Calon mempelai pria wajib membayar mahar kepada calon mempelai wanita yang jumlah, bentuk dan jenisnya disepakati oleh kedua belah pihak. 19 17 Ibid., h. 86. 18 Ibid., h. 87. 19 Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004, h. 66. Pasal yang juga sangat penting diperhatikan adalah terdapat di dalam pasal 31 yang berbunyi: Penentuan mahar berdasarkan atas asas kesederhanaan dan kemudahan yang dianjurkan oleh ajara Islam. Dengan demikian kendatipun mahar itu wajib, namun dalam penentuannya tetaplah harus mempertimbangkan asas kesederhanaan dan kemudahan. Maksudnya, bentuk dan harga mahar tidak boleh memberatkan calon suami dan tidak pula boleh mengesankan asal ada atau apa adanya, Sehingga calon istri tidak merasa dilecehkan atau diselepehkan. 20

C. Kadar Mahar Dalam Perkawinan

Di dalam Islam Mahar tidak ditentukan jumlah besar kecilnya. Dikarenakan mahar itu di tentukan oleh calon istri dan tidak ada campur tangan dari pihak keluarganya. Mahar itu merupakan pemberian pertama seorang suami kepada istrinya yang dilakukan pada waktu akad nikah. Dikatakan yang pertama karena sesudah itu akan timbul beberapa kewajiban materill yang harus dilaksanakan oleh suami selama masa perkawinan untuk kelangsungan hidup perkawinan itu. Dengan pemberian mahar itu suami dipersiapkan dan dibiasakan untuk menghadapi kewajiban materill berikutnya. Tentang semenjak kapan berlakunya kewajiban membayar mahar itu ulama sepakat mengatakan bahwa dengan berlangsungnya akad nikah yang sah berlakulah kewajiban untuk membayar separuh dari jumlah mahar yang ditentukan waktu akad. 20 Ibid., h. 67. Alasannya ialah walaupun putus perkawinan atau kematian seorang diantara suami istri terjadi sebelum dukhull, Namun suami telah wajib membayar separuh mahar yang disebutkan waktu akad. Tentang kapan mahar wajib dibayar keseluruhannya kelihatannya ulama Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah, Hanabalah sepakat tentang dua syarat, yaitu: hubungan kelamin dan matinya salah seorang diantara keduannya setelah berlangsungnya akad. Ibnu al-Humam, 322 Kesepakatan mereka didasarkan kepada firman Allah SWT dalam surat Al- Baqarah 2 ayat 237 :                                        Artinya :“Jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum sempat kamu sentuh dan kamu telah menetapkan untuk mereka mahar, maka kewajibanmu adalah separuhnya.” Mahar itu adalah suatu yang wajib diadakan meskipun tidak dijelaskan bentuk dan harganya pada waktu akad. Dari segi dijelaskan atau tidaknya mahar itu pada waktu akad, mahar itu ada dua macam: Pertama: Mahar yang disebutkan bentuk, wujud atau nilainnya secara jelas dalam akad, disebut mahar musamma.Inilah mahar yang umum berlaku dalam suatu perkawinan. Selanjutnya kewajiban suami untuk memenuhi selama hidupnya atau selama berlangsungnya perkawinan. Suamiwajib membayar mahar tersebut yang wujud atau nilainya sesuai dengan apa yang disebutkan dalam akad perkawinan itu.