Prinsip Kehati-hatian dalam Pemberian Kredit

Nama-nama Debitor Macet yang dalam proses Restrukturisasi No. Nama Kolek tibilit as Periode Tunggakan Plafond Realisasi Total tunggakan bunga 1 Roslan 4 Okt’09 sd Nov’10 400.000.000 19012009 94.666.669 2 Rosmin 4 Nov’08 sd Nov’10 250.000.000 11062008 88.634.885 3 Alam Syahputra 4 Mar’08 sd Nov’10 328.500.000 26122007 159.071.109 4 Sudarto 4 Des’07 sd Nov’10 20.000.000 12092007 24.013.897 5 Sudarto 4 Sept’07 sd Nov’10 400.000.000 09092007 250.000.000 6 Sri Wahyuni 4 Mei’07 sd Nov’10 75.000.000 29072007 45.504.442 7 Unggul Winarto 4 Agt’06 sd Nov’10 40.000.000 08032006 38.720.001 8 Jusnarizal 4 Nov’09 sd Mar’10 10.000.000 10032008 1.396.220 9 Herman 4 Mar’09 sd Juni’09 10.000.000 24062008 1.899.066 10 Hertiati 4 Des’09 sd Mar’10 30.000.000 02032006 18.223.136 Sub Total 1.563.500.000 722.129.425 Data dari bagian Administrasi Kredit

2. Prinsip Kehati-hatian dalam Pemberian Kredit

Bank merupakan salah salah satu lembaga yang memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Dari segi fungsunya, bank merupakan perantara dari dan kepentingan masyarakat dibidang dana, yaitu kepentingan dari masyarakat yang berkelebihan dana dengan kepentingan masyarakat yang membutuhkan dana. Cara menghimpun dana dari masyarakat luas dengan menyalurkan kembali kepada Universitas Sumatera Utara masyarakat melalui pemberian pinjaman atau kredit yang merupakan dua fungsi utama bank dari ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah : “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. 40 Dalam rangka menyediakan dana bagi pemerintah untuk melaksanakan pembangunan ekonomi atau bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan yang produktif, bank membantu dalam menyediakan dana tesebut, yang dilakukan antara lain melalui usaha pemberian kredit. Karena itu tidaklah berlebihan bilamana dilakukan antara lain melalui pemberian kredit. Karena itu tidaklah berlebihan bilamana dikatakan bahwa kredit merupakan salah satu usaha untuk yang sangat vital. Mengingat kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko maka “pemberian kredit oleh bank harus dilandasi oleh keyakinan bank atas kemampuan debitur untuk dapat melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan”. 41 Oleh karena itu untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah benar-benar dapat dipercaya dan tidak mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat dalam setiap pemberian kredit. 40 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan. 41 Kasmir.,Op.Cit, hal 241 Universitas Sumatera Utara Bila Undang-Undang Perbankan diteliti, ada beberapa syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bank untuk menjalankan kegiatan usahanya dibidang perkreditan yakni akan diuraikan sebagai berikut : a Keharusan pemberian kredit berdasarkan analisis 5C dan 7P. Dalam pelaksanaannya untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Dalam hal ini pihak bank harus melakukan penilaian yang umum untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar membutuhkan dan beritikad baik, maka dilakukan dengan analisis 5C sebagai berikut : 1. Character Pemberian kredit bank dasarnya adalah juga kepercayaan atau keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitor untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang dijanjikan. 2. Capacity Yaitu penilaian mengenai kemampuan calon debitor untuk melunasi kewajiban- kewajibannya dan kegiatan usaha yang dilakukannya yang akan dibiayai dengan kredit bank. Universitas Sumatera Utara 3. Capital Capital adalah modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitor, besar capital ini dapat kita lihat dari neraca pembukuan, yaitu berupa himpunan laba yang ditahan, cadangan dan lain-lain. 4. Collateral Adalah barang jaminan yang diserahkan oleh debitor sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya dari bank. 5. Condition Of Economy Yaitu situasi dan kondisi ekonomi politik, sosial, budaya yang dapat mempengaruhi keadaan perekonomian atau keuangan pada suatu saat dan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaandebitor yang menerima kredit. Selanjutnya penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan analisis 7P kredit dengan unsur penilaian sebagai berikut : 1 Personality, yakni mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya 2 Party, yakni mengklasifikasikan nasabah dalam golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya dan ini mendapat fasilitas yang berbeda dari bank. 3 Perpose, yakni menilai usaha tujuan nasabah dalam mengambil kredit sesuai dengan kebutuhan. Universitas Sumatera Utara 4 Prospect, yakni menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak, karena tanpa mempunyai prospek, bukan saja bank yang rugi akan tetapi juga nasabah. 5 Payment, yakni cara pembayaran dari mana sumber dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur ini semakin baik karena jika salah satu rugi dapat ditutupi dengan usaha yang lain. 6 Profitability, yakni menganalisis kemampuan nasabah dalam mencari laba yang diukur dalam periode ke periode apakah sama atau meningkat dengan adanya tambahan kredit yang diperoleh. 7 Protection, yakni untuk mendapatkan jaminan perlindungan sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman, ini berupa jaminan barang atau jaminan asuransi. 42 Dengan penilaian tersebut di atas dapat dikatakan sebagai studi kelayakan usaha dan biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang bernilai besar dan berjangka waktu panjang. b Batas maksimum pemberian kredit Berdasarkan Pasal 11 penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan mengatakan : Pemberian kredit pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah oleh bank mengandung resiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya, sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank. Mengingat bahwa kredit tersebut bersumber dari dana masyarakat yang disimpan pada bank, resiko yang dihadapi bank dapat berpengaruh pula kepada keamanan dan masyarakat tersebut. Oleh karena itu untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan daya 42 Kasmir., Op.Cit, hal. 119-120. Universitas Sumatera Utara tahannya, bank diwajibkan menyebar resiko dengan mengatur penyaluran kredit atau pemberian pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan ataupun fasilitas lain sedemikian rupa sehingga tidak terpusat pada nasabah atau kelompok nasabah debitur tertentu. 43 Dalam hal ini untuk mengantisipasi hal tersebut Bank Indonesia telah mengeluarkan Surat Keputusan No.31177KEPDIR tanggal 31 Desember 1998 yang mengatur tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK dengan tujuan untuk dilakukan penyebaran resiko dalam pemberian kredit. 44 Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Batas Maksimum Pemberian Kredit bagi peminjam yang merupakan pihak terkait: a. 10 dari modal bagi pihak terkait sebagai satu pinjaman atau kelompok peminjam. b. 10 dari modal untuk jumlah seluruh pihak terkait. 2. Batas Maksimum Pemberian Kredit bagi pihak tidak terkait : a. 30 dari modal sejak belaku SK sd akhir 2001. b. 25 dari modal selama tahun 2002. c. 20 dari modal sejak 1 Januari 2003. 45 43 Pasal 11 Penjelasan Umum angka 6 Undang-Undang No.10 tahun 1998, tentang Perbankan. 44 Suharno.,Op.Cit, hal 36. 45 Suharno., Op.Cit, hal 37. Universitas Sumatera Utara Oleh karena itu, praktek pemberian kredit oleh bank sebaiknya bagipihak terkait perlu dihindarkan atau sekurang-kurangnya sangat dibatasi, begitu juga bagi pihak tidak terkait hendaknya pemberian kredit jangan terlalu berlebihan yang berakibat bank dalam keadaan beresiko tinggi. Untuk itu perlu ada ketentuan tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit yang harus dipatuhi oleh setiap bank. c Kegiatan bank tidak merugikan nasabah penyimpan dana. Sebagaimana diketahui bahwa pemberian kredit dari sisi bank merupakan sumber pendapatan bank itu sendiri. 46 Oleh karena itu evaluasi dan seleksi terhadap objek yang akan dibiayai bank sangat penting, baik guna kelangsungan bank itu sendiri maupun perlindungan terhadap nasabah yang menitipkan dananya pada bank. Hal ini merupakan perwujudan dari ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 29 ayat 3 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 yang menentukan bahwa: dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. 47 Dengan demikian peningkatan prinsip kehati-hatian oleh bank dalam menyalurkan kredit, mutlak diperlukan meskipun disadari bahwa persaingan bisnis perbankan di bidang penyaluran kredit sangat ketat. Bank harus tetap selektif, komitmen kredit yang diberikan hendaknya dapat dibiayai oleh sumber dana yang 46 Ibid, hal.2 47 Pasal 29 ayat 3 Undang-Undang No.10 tahun 1998, tentang Perbankan. Universitas Sumatera Utara cukup, tanpa harus berlomba-lomba secara kurang wajar dalam menghimpun dana masyarakat. Karenanya bank seharusnya tidak hanya mengejar target pertumbuhan kredit yang tinggi, tetapi juga tetap memperhatikan pula dampaknya terhadap kesehatan bank. Haruslah dibedakan antara hak penggunaan dana, selama dana berada dalam simpanan bank atas resiko pihak bank sendiri, dengan hak milik dana oleh karenanya menjadi alas hak bagi penarikan kembali oleh si penyimpan dana pada bank. Dengan pengertian ini, adalah suatu sikap melawan hak atau melawan hukum bila bank menggunakan dana secara semena-mena, tidak berhati-hati dengan melawan substansi Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 dan Pasal 37 B ayat 1 dan menempatkan deposan pada resiko yang semestinya. 48 Dalam hal dana yang dipakai untuk pemberian kredit, bank hanya boleh memberikan kredit apabila bank benar-benar telah meyakini bahwa debitur mempunyai kemampuan, kesanggupan dan beritikad baik untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Apabila tidak demikian resiko yang dihadapi oleh bank dapat berpengaruh pula kepada keamanan dana masyarakat tersebut. Oleh karena itu hubungan antara bank dengan nasabah adalah hubungan kontraktual yang dilandasi oleh prinsip kehati-hatian.

3. Bentuk Perjanjian Kredit yang direstrukturisasi