cukup, tanpa harus berlomba-lomba secara kurang wajar dalam menghimpun dana masyarakat. Karenanya bank seharusnya tidak hanya mengejar target pertumbuhan
kredit yang tinggi, tetapi juga tetap memperhatikan pula dampaknya terhadap kesehatan bank.
Haruslah dibedakan antara hak penggunaan dana, selama dana berada dalam simpanan bank atas resiko pihak bank sendiri, dengan hak milik dana oleh
karenanya menjadi alas hak bagi penarikan kembali oleh si penyimpan dana pada bank. Dengan pengertian ini, adalah suatu sikap melawan hak atau
melawan hukum bila bank menggunakan dana secara semena-mena, tidak berhati-hati dengan melawan substansi Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7
tahun 1992 dan Pasal 37 B ayat 1 dan menempatkan deposan pada resiko yang semestinya.
48
Dalam hal dana yang dipakai untuk pemberian kredit, bank hanya boleh
memberikan kredit apabila bank benar-benar telah meyakini bahwa debitur mempunyai kemampuan, kesanggupan dan beritikad baik untuk melunasi hutangnya
sesuai dengan yang diperjanjikan. Apabila tidak demikian resiko yang dihadapi oleh bank dapat berpengaruh pula kepada keamanan dana masyarakat tersebut. Oleh
karena itu hubungan antara bank dengan nasabah adalah hubungan kontraktual yang dilandasi oleh prinsip kehati-hatian.
3. Bentuk Perjanjian Kredit yang direstrukturisasi
Sebelum proses realisasi kredit atau pencairan kredit, pihak kreditor yaitu bank dan juga pihak debitor saling memberi informasi yang akan digunakan sebagai
persyaratan kredit. Informasi tersebut terdapat dalam suatu kesepakatan yang bersifat transparan. Kesepakatan tersebut terdapat dalam surat Perjanjian Kredit atau sering
48
Gunarto Suharid.,Op.Cit,hal 19.
Universitas Sumatera Utara
disebut dengan PK. Adapun informasi yang tercantum didalam isi Perjanjian Kredit tersebut adalah :
a. Jenis Kredit
b. Besarnya jumlah kredit
c. Besar bunga yang akan dibayarkan
d. Besarnya denda atas keterlambatan
e. Besarnya biaya administrasi kredit
f. Jaminan yang diberikan
Kredit yang akan direstrukturisasi juga menggunakan perjanjian kredit, akan tetapi informasi yang tercantum di dalam perjanjian kredit tersebut berbeda dengan
perjanjian kredit untuk awal pengajuan kredit. Perjanjian kredit yang akan direstrukturisasi dibedakan menjadi atas 2 jenis perjanjian , yaitu :
1. Perjanjian yang dibuat secara di bawah tangan
Perjanjian ini dibuat untuk nominal kredit dibawah 50 juta dengan cara perhitungan sebagai berikut :
Jumlah tunggakan pokok + Jumlah tunggakan bunga + denda
Dari penjumlahan di atas maka ditentukanlah berapa besarnya pinjaman yang akan direstrukturisasi. Perjanjian ini dinotarisasi di depan notaris.
2. Perjanjian yang dibuat secara notariil
Perjanjian ini dibuat untuk nominal kredit diatas 50 juta dengan cara perhitungan sebagai berikut :
Jumlah tunggakan pokok + Jumlah tunggakan bunga + denda
Universitas Sumatera Utara
Dari penjumlahan di atas maka ditentukanlah berapa besarnya pinjaman yang akan direstrukturisasi dan Perjanjian ini dibuat secara notariil. Untuk jenis
pinjaman ini terdapat ketentuan sebagai berikut : a.
Terhadap jaminan yang diberikan kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang apabila berbentuk sertifikat tanah yang
dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional BPN maka harus diikat dengan APHT Akte Pemberian Hak Tanggungan
b. Terhadap jaminan yang diberikan kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat
Terabina Seraya Mulia Selatpanjang apabila berbentuk Surat Keterangan Camat, maka pengikatan tersebut dibuat Akte Menjual secara notariil.
c. Terhadap yang diberikan kepada PT. Bank Perkreditan Rakyat Terabina
Seraya Mulia Selatpanjang apabila berbentuk Bukti Pemilikian Kendaraan Bermotor BPKB kendaraan atau alat berat, maka diikat secara fidusia
dengan akta notariil. a.
Dasar Hukum Perjanjian Kredit Harus Tertulis. Dari pengertian kredit pada pasal 1 angka 11 Undang-Undang Perbankan
Nomor 10 tahun 1998 dapat dipahami bahwa setiap bank memberikan kredit kepada nasabah debitur dituangkan dalam suatu perjanjian kredit berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan kedua belah pihak yakni pihak bank dan pihak peminjam debitur. Pembuatan perjanjian kredit tersebut diperlukan dalam rangka memberikan
kepastian hukum bagi para pihak, sehingga apabila terjadi permasalahan dikemudian
Universitas Sumatera Utara
hari maka para pihak yang berkepentingan dapat mengajukan perjanjian kredit yang telah dibuat sebagai dasar hukum untuk menuntut pihak yang telah dirugikan.
Pada awalnya bila diteliti, dasar keharusan bank harus membuat perjanjian kredit, setiap pemberian kredit dalam bentuk apapun harus senantiasa disertai dengan
surat perjanjian tertulis yang jelas dan lengkap dalam SK Direksi Bank Indonesia No.27162KEPDIR dan Surat Edaran Bank Indonesia No.277UPPB masing-
masing tanggal 31 Maret 1995 pada lampiran Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Pemberian Kredit PPKPK angka 450 tentang perjanjian kredit yang dinyatakan
setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati pemohon kredit wajib dituangkan dalam perjanjian kredit akad kredit secara tertulis, baik dibawah tangan ataupun di
hadapan notaris. Sebelum ketentuan ini terdapat ketentuan yang sama dalam instruksi
Presidium Kabinet No.15EKIN101996 tanggal 10 oktober 1996 dan Surat Bank Indonesia kepada semua bank devisa No.31093UPKKPD angka 4 tanggal 29
Desember 1970.
49
Ini diperlukan sebagai upaya mengikat barang jaminan. Dalam perjanjian kredit tersebut tidak dapat ditentukan apa yang harus dimasukkan, karena ada
beberapa perubahan-perubahan dalam kebutuhan pelayanan kredit bagi bermacam- macam usaha debitur yang masing-masing membutuhkan pelayanan yang spesifik.
Syarat-syarat tersebut diperjanjikan berdasarkan kebutuhan yang spesifik dari debitur
49
Widjanarto.,Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, Pustaka Umum Grafiti, Jakarta, 2003, hal 81-82.
Universitas Sumatera Utara
sehingga tidak mungkin dibuatkan formulit perjanjian yang sama untuk semua debitur.
b. Perjanjian Kredit Sebagai Perjanjian Pokok
Mengingat belum ada kejelasan dalam peraturan perundang-undangan, maka para pakar hukum perbankan di Indonesia belum ada persamaan pendapat, mengenai
bentuk hukum, hubungan antara bank dengan nasabahdebitur maka akan dikemukakan beberapa pendapat yakni sebagai berikut :
Marhainis Abdul Hay berpendapat bahwa : Perjanjian kredit identik dengan perjanjian pinjam mengganti dalam Bab XIII KUH Perdata, sebagai konsekuensi
logis dari pendirian ini, harus dikatakan bahwa dalam bentuk apapun juga pemberian kredit itu diadakan dan semuanya itu pada hakekatnya yang terjadi adalah suatu
perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana diatur dalam KUH Perdata Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769.
50
Menurut Mariam Darus, perjanjian kredit tersebut adalah “Perjanjian Pendahuluan” Voorovereenkomst dari penyerahan uang, ini merupakan hasil
permufakatan antara pemberi dan penerima pinjaman mengenai hubungan-hubungan hukum antara keduanya. Perjanjian ini bersifat Konsensual obligator, sedangkan
penyerahan uang bersifat riil.
51
50
Marhainis Abdul Hay., Hukum Perbankan di Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1975, hal 67.
51
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hal 32.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, bentuk hukum perjanjian kredit tergantung pada sudut pandang mana pendekatan dilakukan. Dilihat dari materi dan isi perjanjian kredit
merupakan perjanjian baku atau perjanjian standart, karena hampir dari seluruh klausul-klausul yang dimuat dalam perjanjian kredit tersebut sudah dibakukan oleh
bank, pada dasarnya isi dari perjanjian telah dipersiapkan terlebih dahulu tanpa perbincangan dengan pemohon dan hanya pemohon dimintakan pendapat apakah
dapat menerima syarat-syarat yang tercantum didalam perjanjian tersebut. Bila dilihat dari sifatnya, perjanjian kredit merupakan perjanjian konsensual
artinya dengan ditanda tanganinya perjanjian perjanjian kredit oleh bank dengan nasabah debitur tidaklah langsung nasabah debitur dapat menarik kredit melainkan
harus memenuhi syarat-syarat penarikan terlebih dahulu. Misalnya nasabah debitur harus menyerahkan barang jaminan yang telah
diikat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dapat pula perjanjian kredit merupakan perjanjian obligator karena dengan ditanda tangani perjanjian kredit tersebut sebelum
kredit cair, para pihak harus memenuhi kewajibannya yaitu bank harus menyediakan sejumlah dana dalam waktu tertentu, sedangkan debitur wajib menyerahkan jaminan
yang cukup. Perjanjian kredit dapat dikonstuksikan sebagai perjanjian pokok, karena
didalam perjanjian dapat terlaksana dengan adanya jaminan maka tidak dapat berdiri
Universitas Sumatera Utara
sendiri. Hal ini dikarenakan perjanjian kredit tersebut pada umumnya selalu diikuti dengan perjanjian ikutan accessoir berupa perjanjian jaminan.
52
B. Tinjauan Tentang Restrukturisasi Kredit Bank. 1. Pengertian Restrukurisasi Kredit Bank
Penyelamatan dan penyelesaian kredit macet apabila sampai terjadi kredit bermasalah, maka harus melakukan upaya-upaya dalam mengatasi kredit bermasalah
sampai tidak ada alternatif lainnya, serta melakukan penghapusan kredit dan pengelolaan kredit yang telah dihapus bukukan.
Pengertian Restrukturisasi Kredit Bank adalah upaya yang dilakukan oleh Bank dalam rangka perbaikan dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang
mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya.
53
Bank Perkreditan Rakyat Terabina Seraya Mulia Selatpanjang dapat melakukan Restrukturisasi Kredit terhadap Debitur yang memenuhi kriteria sebagai
berikut : a.
Debitur mengalami kesulitan pembayaran pokok danatau bunga kredit; dan b.
Debitur memiliki prospek usaha yang baik dan diperkirakan mampu memenuhi kewajiban setelah Kredit direstrukturisasi.
54
52
Mariam Liliawati Moejono.,Tinjauan Yuridis Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dalam Kaitannya dengan Pemberian Kredit oleh Perbankan,
Harvavindo, 2003, hal 18.
53
Pasal 1 ayat 9, Peraturan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif, hal 4
54
Peraturan Bank Indonesia, Nomor: 819PBI2006 tentang Kualitas Aktiva Produktif, pasal 16, hal.17
Universitas Sumatera Utara
Akan tetapi tidak semua kredit bermasalah dapat direstrukturisasi, bank dilarang melakukan Restrukturisasi Kredit apabila bertujuan hanya untuk
menghindari : a.
Penurunan Kualitas Produktif; b.
Peningkatan Pembentukan PPAP; danatau c.
Penghentian pengakuan pendapatan bunga yang belum diterima akan tetapi sudah dibukuan sebagai pendapatan bank atau sering disebut dengan bungana accrual.
55
2. Bentuk Restrukturisasi Kredit Bank