Sistem perkawinan dan Adat istiadat

42 perempuan. Dan yang dimaksud taretan jauh kerabat jauh adalah terdiri dari sepupu laki-laki dan sepupu perempuan, termasuk kerabat dari hubungan perkawinan seperti ipar dan lain-lain. 10

2. Sistem Perkawinan

Menurut paham ilmu bangsa-bangsa ethnologi dilihat dari keharusan dan larangan mencari calon isteri bagi setiap pria, maka perkawinan dapat berlaku dengan sistim endogamy harus kawin satu suku dan sistim exogamy harus kawin dengan kerabat luar atau beda suku yang kebanyakan dianut oleh masyarakat adat bertali darah, dan dengan sistim eleutherogami terserah mau nikah dengan dalam atau luar suku sebagaimana yang berlaku pada kebanyakan masyarakat adat terutama yang banyak dipengaruhi hukum islam. 11 Sehingga sistem perkawinan yang dianut adat madura adalah eleutherogami karena masyarakat madura yang mayoritas beragama islam. Dan dalam melakukan sesuatu harus berlandaskan ajaran islam, walaupun dalam kebiasaannya masih endogamy, yaitu harus sesama orang madura. Agar mudah dalam berkomunikasi dan tahu adat.

3. Sopan Santun Pergaulan

Di samping agama Islam, orang Madura sangat mengutamakan adat. Lebih-lebih dalam adat pergaulan, bahwa yang muda wajib hormat dengan 10 Helene Bouvier, Seni Musik Dan Pertunjukan Dalam Masyarakat Madura, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2002, Perpustakaan Nasional h. 364 11 Hilman hadikusuma, hukum perkawinan adat, Bandung, PT Citra Aditiya Bakti,1990, cet 4, h. 68 43 bersopan santun dengan yang lebih tua, telah diadatkan dikalangan orang Madura. Didalam pergaulan di lingkungan kerabat, derajat tingkat yang lebih rendah wajib hormat kepada yang lebih tua seperti orangtuanya, paman bibi dari pihak ibu atau bapaknya, nenek- kakeknya dan pada juju’nya. 12 Sikap hormat ini di wujudkan dalam bentuk pakaian yang dipakainya, sikap waktu menghadap termasuk mimic dan tutur bahasa. Dilengkapi dengan sembah tata krama khusuz dan dulu kerabat yang lebih rendah harus duduk di bawah lantai melepas alas kaki menyungguhkan makanan dan minuman tidak boleh berdiri tegak tapi harus barsimpuh di lantai. Lebih-lebih kepada Ulama, di kalangan masyarakat Madura di anggap sebagai pemimpin non Formil sebab para Ulama tersebut dianggap menyelamatkan mereka di akhirat, Perasaan lebih hormat kepada yang lebih tua lebih tinggi pangkatnya, sering disertai perasaan sungkan. Makin ke bagian barat Madura keketatan dalam adat Sopan santun pargaulan makin mengendor.

4. Bahasa

Bahasa Madura sekalipun satu, tapi terbagi dalam 3 dialek bahasa Madura dialèk Sumenep, dialek PamekasanSampang dan dialek bangkalan misalnya orang Su menep menyebut celana dengan “salebbar” Orang pamekasanSampang mengatakan “Slebbar”dan orang Bangkalan mengatakan “lebbar”. Untuk bahasa Madura didaerah Sumenep dalam pengucapannya 12 Adat dan upacara perkawinan daerah jawa timur, h. 103-104. 44 berirama, karenanya ke dengarannya halus. Bahasa Madura mengenal tingkat- tingkat bahasa yaitu: 13 1. tingkat bahasa tertinggi, yai tu bahasa Madura”Keraton’atau istana sekarang masih banyak dipakai dan divariasi oleh kalangan bangsawan. bahasa ini adalah bahasa yang terhalus. 2. tingkat bahasa enggi- bunten”yaitu bahasa halus. 3. tingkat bahasa enggi-enten yaitu bahasa setengah halus 4. tingkat bahasa iyyah-enje yaitu bahasa tingkat bawah Penggunaan bahasa Madura yang terhalus bahasa Madura Kraton. umunmya diergunakan oleh para keluarga bangsawan, digunakan untuk orang yang lebih tua dan lebih tinggi derajatnya. Bahasa Madura halus “enggi- bunten” digunakan dikalangan priyayi,orang biasa yang sederajat atau. kepada orang yang lebih tua dan lebih tinggi derajat dalam kerabatnya. Bahasa enggi- enten’ biasanya dipakai debagai bahasa sopan oleh orang yang lebih Tua lebih tinggi derajatnya kepada yang lebib mudalebih rendah derajatnya atau kawan- kawan yang akrab. Sedangkan penggunaan bahasa tingkat “iyyah- enja’” diantara penduduk kebanyakan, digunakan oleh orang tualebih tinggi derajatnya kepada yang lebih muda dan lebih rendah derajatnya. Atau digunakan antara sahabat karib. Dengan orang yang baru dikenalnya, dipergunakan bahasa “enggi-bunten”. 13 Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “Bahasa Madura”, artikel diakses pada 19 april 2011 dari http:id.wikipedia.orgwikiBahasa_Madura 45

C. PERKAWINAN DALAM ADAT MADURA

1 . Adat Sebelum Perkawinan a. Pemilihan Jodoh Sebelum menikah harus memilih pasangannya yang benar-benar cocok dan dapat membimbingnya di dunia dan di akherat agar terciptanya perkawinan yang ideal. Sehingga dalam adat Madura tidak sembarangan dalam menentukan pasangannya. Cara memilih jodoh untuk Perkawinan yang ideal menurut adat Madura apabila: 1 Seagama Islam dan taqwa 2 Satu suku agar dipermudah dalam berkomunikasi dan beradat. 3 Menurut pertimbangan bibit, bebet-bobot sudah tepat. Dan harus anak syah, bukan hasil zina, serta tahu adat. 4 Dalam lingkungan kerabat sendiri, mencegah incest, menghindari umur wanitanya lebih tua. 5 Usia yang pantas bagi anak perempuan kawin ialah setelah akil baliq sebab bila agak tua sedikit belum mendapatkan jodoh sudah dipergunjingkan orang sebagai “peraben towa ta’paju alake”perawan tua gak laku. 6 Menurut orang Madura si laki-laki harus “lanceng kepanceng” Jejaka dan si perempuan harus “peraben” perawan. 14 14 adat dan upacara perkawinan daerah jawa timur”, buku diambil dari rumah anjungan jawa timur di taman mini Indonesia indah, h. 120 46 b. Prosesi Pertunangan Ngangene Kalau sudah ada kecocokan mengenai calonnya maka mulailah ada seorang dua orang kerabat keluarga pemuda “ngangene”mencari berita atau “nyalabar” atau “re-sarean” mencari-cari apa si gadis tersebut sudah punya tunangan apa belum. Tapi informasi ini tidak langsung dari orang tua si gadis, tapi tetangga si gadis atau kerabat si gadis. 15 a. Prosesi Pertunangan Nerabas Pagar Bila ternyata si gadis belum ada yang punya, maka tahap kedua yaitu “Nerabas Pagar” Menerobos Pagar dilaksanakan oleh utusan keluarga si pemuda datang menanyakan sendiri kepada orang tua si gadis, apa anak gadisnya sudah ada yang pu nya artinya apa sudah “abakalan”tunangan. Dan apabila orang tua si gadis berkenan pada si pemuda anak gadisnya, maka hubungan itu dikonkritkan dengan “Nale’e Pagar” mengikat pagar. d. Prosesi Pertunangan Nale’e Pagar Acara “nale’e pagar” ini di tandai dengan dikirimkan utusan resmi pihak keluarga pemuda dengan membawa surat. Sedangkan isi surat adalah menginginkan anak gadisnya untuk dijodohkan dengan anaknya. Bilamana dalam acara “nale„a pagar” pihak keluarga pemuda tidak berpesan minta balasan, maka pihak keluarga si gadis akan datang ke pihak keluarga pemuda 15 Ibid., h. 123 47 untuk mengantarkan hantaran balasan berupa seperangkat pakaian bagi pemuda serta kue- kue Hal ini disebut “tongkebban” artinya ditengkurapkan. 16 e. Prosesi Pertunangan Lamaran Setelah acara nale’e pagar dilanjutkan dengan meresmikan pertunangan yang disebut oleh orang madura dengan lamaran. Pertunangan ini menjadi resmi Kalau orang tua si pemuda mengirimkan “penyengset” bahasa tinggi Madura yang berarti ikat pinggang. 17 Biasanya dalam penyengset berupa pisang susu maka pihak pemuda minta agar segera kesusu disusul dengan perkawinan. Jumlah dari pisang tersebut menandakan jumlah bulan bila 3 sisir berarti 3 bulan Sedangkan kue-kue tak bo leh lupa disertai kue “ tettel” 18 Hal di atas dijalankan oleh keluarga-keluarga madura yang masih berpegang pada adat dan terutama di desa-desa. Kalau di kota-kota sering disertai dengan resepsi pertunangan yang mempertemukan kedua muda-mudi tersebut, lengkap dengan saling mempertukarkan cincin. f. Nyeddek Temo Setelah resmi bertunangan jika beberapa bulan kemudian pihak laki-laki ingin ingin melangsungkan perkawinan maka pihak pemuda mengirimkan 16 Tongkebban adalah Upacara balasan berupa kunjungan dari pihak wanita kepada pihak keluarga pria. 17 Penyengset adalah pengikat dalam ikatan tunangan berupa hantaran atau seserahan pihak laki-laki kepada pihak perempuan yang terdiri dari seperangkat pakaian dan beraneka ragam kue dan buah. 18 tettel” makanan dari beras ketan yang sifatnya rekat yang melambangkan agar hubungan yang rekat atau lengket .