SYARAT DAN RUKUN PERKAWINAN

22

2. Laki-Laki Dan Perempuan Yang Kawin

Islam hanya mengakui perkawinan antara laki-laki dan perempuan dan tidak boleh lain dari itu, seperti sesama laki-laki atau sesama perempuan, karena ini yang tersebut dalam Al-Quran. Adapun syarat-syarat yang mesti dipenuhi untuk laki-laki dan perempuan yang akan kawin adalah sebagai berikut: 22 a. Keduanya jelas identitasnya dan dapat dibedakan dengan yang lainnya, baik menyangkut nama, jenis kelamin, keberadaan, dan hal lain yang berkenaan dengan dirinya. b. Keduanya sama-sama beragama Islam. c. Antara keduanya tidak terlarang melangsungkan perkawinan. Seperti larangan karena hubungan nasab, musaharah dan persusuan. d. Kedua belah pihak setuju untuk kawin dan setuju pula dengan pihak yang akan mengawininya. e. Keduanya telah mencapai usia yang layak untuk melangsungkan perkawinan.

3. Wali

Wali memegang peranan penting terhadap kelangsungan suatu pernikahan. Menurut Maliki dan Syafii, bahwa keberadaan wali termasuk salah satu rukun nikah. Maka jika perikahan tanpa dihadiri oleh wali dari pihak perempuan adalah batal atau tidak sah. 22 Ibid., h. 64. 23 Sedangkan menurut Hanafi dan Hanbali bahwa wali merupakan syarat nikah. Maka wali hanya dikhususkan untuk perempuan yang masih kecil dan belum baligh. Sedangkan perempuan dewasa yang sudah bisa mencari nafkah sendiri boleh menikahkan dirinya sendiri dan tanpa wali. 23 syarat-syarat wali a. Telah dewasa dan berakal sehat dalam arti anak kecil atau orang gila tidak berhak menjadi wali. b. Laki-laki. Tidak boleh perempuan menjadi wali. c. Muslim tidak sah orang yang tidak beragama Islam menjadi wali untuk muslim. d. Orang merdeka. e. Tidak berada dalam pengampunan atau mahjur alaih. f. Berpikiran baik g. Adil dalam arti tidak pernah terlibat dengan dosa besar. h. Tidak sedang melakukan ihram, untuk haji atau umrah.

4. saksi

Akad pernikahan mesti disaksikan oleh dua orang saksi supaya ada kepastian hukum dan untuk menghindari timbulnya sanggahan dari pihak-pihak yang berakad di belakang hari. Dasar hukum kesaksian saksi dalam akad pernikahan ada yang dalam bentuk ayat Al- Quran dan hadis. 23 Mohammad Asmawi, Nikah Dalam Perbincangan Dan Perbedaan, h. 59-63 24 Adapun ayat Al-Quran adalah surat At-Thalaq ayat 2: ع ا ش ف ع ق ف ف ع س ف غ ا إف ا ا ق Artinya : Apabila mereka Telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu Karena Allah . Adapun hadis nabi adalah dari Muslim Ibnu Khalid dan Sa’id telah menceritakan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari Abdullah Ibnu Usman Ibnu Khaitsam, dari Said Ibnu Jubair dan mujahid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan: 24 ش ع اإ ا Artinya : tiada nikah kecuali dengan adanya dua orang saksi yang adil dan seorang wali yang mursyid. Saksi dalam pernikahan mesti memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Saksi itu berjumlah paling kurang dua orang. b. Kedua saksi itu adalah beragama Islam. c. Kedua saksi itu adalah orang yang merdeka. d. Kedua saksi itu adalah laki-laki. e. Kedua saksi itu bersifat adil dan tidak pernah melakukan dosa besar. f. Kedua saksi itu dapat mendengar dan melihat. 24 Syekh Muhammad Abid As-Sindi, Musnad Syafii, Penerjemah Bahrun Abu Baker, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2006, cet 3, juz 2, h. 980 25

C. HIKMAH DAN TUJUAN PERNIKAHAN

1. Tujuan Perkawinan

Sebagai lembaga hukum, perkawinan sudah tentu memiliki tujuan yang diatur oleh pranata hukum. Karena hakikat perkawinan pada dasarnya bukan hanya sebagai media pemenuhan kebutuhan biologis semata, tetapi lebih dari pada itu yakni pemenuhan hak dan kewajiban antar kedua belah pihak suami- isteri. 25 Adapun tujuan perkawinan adalah sebagai berikut: a. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan, hidup seseorang akan seperti makanan tanpa garam terasa hambar dan tidak nyaman jika selama hidupnya tidak mempunyai keturunan. b. Memenuhi hajat manusia menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan kasih sayangnya. c. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan yang ada di muka bumi ini. d. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang halal. e. Menyadari tanggung jawab beristri dan menanggung anak-anak akan menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam memperkuat bakat dan pembawaan seseorang. 25 Luthfi Surkalam, Kawin Kontrak Dalam Hukum Nasional Kita, h. 3 26 f. Membangun rumah tangga untuk membangun masyarakat yang tentram atas dasar cinta dan kasih sayang. 26 g. Menciptakan ketenangan jiwa bagi suami dan isteri karena telah ada seseorang yang diharapkan dapat menjadi teman dalam suka maupun duka dalam mengarungi kehidupan di dunia sampai akhirat. h. Pendewasaan diri bagi pasangan suami isteri sehingga melalui pernikahan diharapkan suami dan isteri makin mandiri dan makin berprestasi karena keduanya saling mendukung bagi kemajuan masing-masing. i. Melahirkan generasi yang jauh berkualitas daripada pasangan suami-isteri itu sendiri. Suami dan isteri dapat sama-sama belajar hal-hal positif dari orang tua masing-masing. 27

2. Hikmah Perkawinan

Sesungguhnya pernikahan tidak sekedar memadukan dua orang manusia berbeda jenis kelamin. Ada banyak hikmah yang terkandung dalam pernikahan. Hikmah seperti tertera dibawah ini terkait dengan kemaslahatan suatu umat atau masyarakat. a. Melestarikan spesies manusia melalui proses reproduksi yang elegan, yaitu dengan jalan yang halal dan diridhoi Allah. 26 Zakiah Darajat Dkk, Ilmu Fikih Jakarta: Depag RI, 1985 jilid 3 h. 64. 27 Sururin, Masfufah, Najib, Nur Rofiah, Muzainah Zaen, Panduan Fasilitator Pelatih Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Calon Pengantin, Jakarta: Pucuk Pimpinan Fatayat Nadhlatul Ulama, 2006, h. 45. 27 b. Menyalurkan hasrat libido kepada lawan jenis secara halal sehingga kehormatan manusia terpelihara dengan baik. c. Mengatur hubungan antara laki-laki dan wanita sesuai dengan prinsip- prinsip syariah sehingga terjalin kerja sama yang produktif dalam sebuah paying bernama keluarga. d. Bahu-membahu mendidik anak-anak sehingga terbentuklah generasi pelanjut yang lebih baik. Selain itu masih ada lagi hikmah pernikahan yang lain. Hikmah pernikahan ini akan dirasakan langsung oleh yang bersangkutan suami-istri. Adams, seorang pakar psikologi, mengungkapkan beberapa hikmah pernikahan bagi suami dan istri sebagai berikut. 28 a. Usia orang menikah lebih panjang daripada orang yang tidak menikah. Disebabkan semua hormon yang ada di tubuh manusia berfungsi dengan baik, karena kalau tidak nikah hormon testoron tidak berfungsi. b. Kemungkinan orang yang menikah menjadi gila jauh lebih kecil daripada orang yang membujang. c. LP lembaga pemasyarakatan lebih banyak dihuni oleh orang yang membujang daripada orang yang menikah. d. Kasus bunuh diri lebih banyak dilakukan oleh orang yang membujang daripada orang yang menikah. 28 Mohammad zaka al-Farisi, when I love you Menuju Sukses Hubungan Suami Istri, Jakarta, Gema Insani, 2008, h. 15.