Pembagian Jenis Barang Manajemen Persediaan Inventory Management

Barang jenis ini biasanya macamnya cukup banyak, pemakainya tidak tergantung dari perlatan, harganya relatif lebih kecil, dan kebutuhannya relatif lebih gampang. b. Suku Cadang spare parts Barang jenis ini macamnya sangat banyak, harganya biasanya lebih mahal, pemakaiannya tergantung dari peralatan, dan penentuan kebutuhannya lebih sulit. 2 Menurut Harga a. Barang berharga tinggi high value items Barang ini biasanya berjumlahh sekitar hanya 10 dari jumlah item persediaan, namun jumlah nilainya mewakili sekitar 70 dari seluruh nilai persediaan, dan oleh sebab itu memerlukan tingkat pengawasan yang sangat tinggi. b. Barang berharga menengah medium value items Barang ini biasanya berjumlah kira-kira 20 dari jumlah item persediaan, dan jumlah nilainya juga sekitar 20 jumlah nilai persediaan, sehingga memerlukan tingkat pengawasan cukup saja. c. Barang berharga rendah low value items Berlawanan dengan barang berharga tinggi, jenis barang ini biasanya berjumlah kira-kira 70 dari keseluruhan pos persediaan, namun nilai harganya hanya mewakili 10 saja dari seluruh nilai barang persediaan, sehingga hanya memerlukan tingkat pengawasan rendah. 3 Menurut Frekuensi Penggunaan a. Barang yang cepat pemakaiannya atau pergerakannya fast moving items Barang jenis ini frekuensi penggunaannya dalam 1 tahun lebih dari sekian bulan tertentu, misalnya lebih dari 4 bulan, sehingga barang jenis ini memerlukan frekuensi perhitungan pemesanan kembali yang lebih sering. b. Barang lambar pemakaian atau pergerakannya slow moving items Barang yang frekuensi penggunaannya dalam 1 tahun kurang dari sekian bulan tertentu, misalnya dibawah 4 bulan, sehingga barang jenis ini memerlukan frekuensi perhitungan pemesanan kembali yang tidak sering. 4 Menurut Tujuan Penggunaan a. Barang pemeliharaan, perbaikan, dan operasi MRO Materials Barang jenis ini sifatnya habis pakai, digunakan untuk keperluan pemeliharaan, perbaikan, atau reparasi dan operasi, dan kalau pada suatu saat perediaan habis, operasi masih dapat berjalan sementara. b. Barang program program materials Barang yang sifatnya juga habis pakai, jumlah kebutuhannya sesuai dengan tingkat produksi kegiatan yang bersangkutan, dan kalau pada suatu saat persediaan habis, kegiatan perusahaan akan langsung berhenti. 5 Menurut Jenis Anggaran a. Barang Operasi operation materials Barang yang digunakan untuk keperluan operasi biasa, yang dianggarkan dalam anggaran operasi, dan apabila digunakan, akan dibukukan sebagai biaya, dan proses persetujuan anggarannya biasanya lebih cepat dan sederhana. b. Barang investasi capital materials Barang yang biasanya berbentuk peralatan dan digunakan untuk penambahan, perluasan atau pembangunan proyekm atau sebagai asset perusahaan, dianggarkan dalam anggaran investasi, bukan dalam anggaran operasi, dan dibukukan dalam akun asset perusahaan, sedangkan biayanya dihitung dengan metode penyusutan sesuai dengan metode perhitungan yang telah ditentukan, dan proses persetujuan anggarannya biasanya lebih sulit dan lama. 6 Menurut Cara Pembukuan Perusahaan a. Barang persediaan stock items Jenis barang yang setibanya barang tersebut dari proses pembelian, dibukukan dalam akun “persediaan barang perusahaan” dan barangnya sendiri disimpan di gudang persedian. Setelah barang tersebut digunakan oleh suatu bagian, baru dibebankan pada akun bagian yang bersangkutan. Penggunaan barang ini berulang-ulang sehingga memang perlu disediakan di gudang. b. Barang dibebankan langsung direct charged materials Jenis barang yang setelah dibeli langsung dikirimkan dan dibebankan ke bagian yang akan menggunakan. Barang jenis ini memang biasanya tidak disediakan dalam persediaan, karena jarang sekali digunakan. 7 Menurut Hubungannya dengan Produksi a. Barang Langsung direct materials Jenis barang yang langsung digunakan dalam produksi yang akan menjadi bagian dari produksi akhir. Jadi, bahan mentah, bahan penolong, barang setengah jadi, barang jadi, dan barang komoditas termasuk dalam kategori ini. b. Jenis barang yang tidak ada hubungannya dengan proses produksi, namun diperlukan untuk memelihara mesin dan fasilitas yang digunakan untuk produksi. Yang masuk dalam kategori ini adalah MRO suku cadang dan barang umum dan barang proyek.

2.6.4 Beberapa Hambatan dalam Manajemen Persediaan

Banyak hal yang mengakibatkan sistem persediaan supply chain tidak efektif. Sebab-sebab tersebut sangat bervariasi, ada yang teknis dan ada juga yang terkait dengan perilaku individu maupun organisasi. Lee dan Billington dalam tulisannya di Sloan Management Review tahun 1992 mengemukakan 14 jebakan yang bisa muncul dalam mengelola persediaan pada supply chan. Beberapa diantaranya adalah Nyiman, 2005: 1 Tidak ada metrik kinerja yang jelas Kinerja supply chain banyak terkait dengan persediaan. Misalnya tingkat perputaran persediaan inventory turnover rate, rata-rata lama permintaan atau kebutuhan bisa dipenuhi oleh persediaan inventory days of supply, banyaknya persediaan yang kadarluwarsa, dan sebagainya. Walaupun ukuran-ukuran tersebut relatif jelas, definisi dan cara pengukurannya dilapangan, memilih ukuran mana yang pas dan berapa target yang harus dicapai bukanlah hal yang simpel. 2 Status pesanan tidak akurat Ketika pelanggan memesan suatu produk ke pemasok, mereka berharap bisa mendapatkan informasi kapan pesanan tersebut bisa dipenuhi. Walaupun pada awalnya pelanggan sudah mendapatkan informasi tersebut, mereka tetap mengharapkan informasi yang mutakhir tentang perkembangan pesanan mereka dari waktu ke waktu. Namun sangat sering terjadi supplier tidak mampu memberikan informasi tentang status pengiriman yang akurat. Akibatnya, pesanan ketidakpastian tinggi dan mendorong pelanggan untuk menyimpan cadangan persediaan yang lebih layak. 3 Sistem informasi tidak handal Perusahaan tidak akan bisa memberikan status pesanan kalau sistem informasi antar bagian di dalam perusahaan maupun sistem yang bisa menghubungkan perusahaan dengan pelangga tidak handal. Sering kali tiap bagian dalam perusahaan tidak memiliki informasi yang sama tentang persediaan. Catatan di gudang berbedda dengan catatan yang dimiliki oleh bagian perencanaan produksi. 4 Kebijakan persediaan terlalu sederhana dan mengabaikan ketidakpastian. Di literature kita banyak menjumpai model-model persediaan. Model-model tersebut biasanya sederhana dan menggunakan berbagai asumsi yang sering tidak berlaku di lapangan. Dasar-dasar tersebut memang sangat penting sebagai landasan, namun dalam kenyataannya staf dan manajer perlu pemahaman situasi lapangan dengan banyak melakukan analisis data seperti lead time, permintaan, akurasi catatan persediaan, persentaasi kerusakan reject defect rate, dan sebagainya. 5 Biaya-biaya persediaan tidak ditaksir dengan benar. Ketika perusahaan mencari solusi terhadap lead time, pengiriman yang panjang dan tidak pasti, transportasi udara biasanya tidak masuk sebagai pertimbangan. Banyak orang sejak awal mengambil keputusan tanpa analisis bahwa pengiriman