8. Surat keterangan telah melakukan penelitian di SMP PGRI 12
Jakarta 9.
Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP 10.
Silabus SMP kelas VIII 11.
Keadaan guru, karyawan, sarana dan prasarana di SMP PGRI 12 Jakarta
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pendidikan tidak mungkin terbebas dari objek yang menjadi sasarannya, yaitu manusia. Sebagai manusia di wajibkan mencari ilmu, baik
ilmu yang berkaitan dengan dunia ataupun akhirat. Ilmu dunia terkait hubungan dengan sesama manusia, sedangkan ilmu akhirat terkait erat dengan Allah
SWT, atau lebih penulis kenal dengan ilmu Syariat. Namun kedua-duanya harus di genggam guna mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. ”Syariat Islam
tidak akan dihayati dan diamalkan kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan.”
1
Contohnya yaitu Pendidikan Agama Islam yang telah diajarkan di sekolah-sekolah.
Setiap manusia pasti mempunyai pemikiran-pemikiran masing-masing tentang suatu objek yang telah di amati. “Didalam ilmu psikologi ada suatu
istilah pemrosesan informasi yang di terima dari pengamatan yaitu sering kita dengar dengan istilah persepsi.”
2
Istilah persepsi berasal dari Bahasa Inggris, yaitu “Perception”, yang berarti pengamatan, tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu.
3
1
2 Menurut Thoha, “persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang
dialami setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman”.
4
Selain itu persepsi juga dapat disebut dengan kepuasan. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang atau dalam konteks ini penulis
menyamakan dengan siswa yang muncul setelah membandingkan antara
1
Zakiah Darajat,dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, Cet. 6, h.28.
2
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar, Jakarta:Prenada Media,2004, h.87.
3
Jhon M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggeris Indonesia, Jakarta: PT.Gramedia, 2003, h.424.
4
Thoha Miftah, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta:Raja Grafindo Persada, h.100.
persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil dalam hal ini bagaimana proses pengajaran guru dan harapan-harapannya.
Jadi, kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan harapan. Jika kinerja di bawah harapan pelanggan siswa maka tidak puas. Jika
kinerja cara pengajaran guru memenuhi harapan maka pelanggan siswa akan merasa puas. Jika kinerja melebihi harapan maka pelanggan amat puas atau
senang.Jadi, persepsi disini pada dasarnya sama dengan kepuasan pelanggan. Pelanggan yang dimaksud adalah siswa, bagaimana kesan mereka terhadap
kinerja guru dalam mengajar. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat di katakan bahwa persepsi yaitu
suatu proses psikis yang ada dalam diri seseorang, yang dapat berupa kesan, anggapan atau penilaian seseorang terhadap suatu objek atau lingkungannya.
Sehingga menghasilkan gambaran atau anggapan pada diri seseorang terhadap
apa yang telah diamatinya. Dalam dunia pengajaran, khususnya pengajaran Pendidikan Agama Islam
pasti tidak akan terlepas dari metode. Karena dengan adanya metode dapat memudahkan guru untuk mengajar lebih baik, sehingga apa yang diajarkan tetap
sistematis, fokus pada sasaran dan memperlancar proses pengajaran. Banyak sekali metode belajar mengajar yang telah di kenal guru akan tetapi , bagaimana
menggunakan suatu macam metode dengan pendekatan keterampilan proses agar dapat menunjang siswa belajar aktif. Karena siswa merupakan elemen yang
penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya siswa guru tidak dapat 3
mentransfer pengetahuan yang ia miliki. Begitu juga sebaliknya tanpa adanya guru, siswa tidak dapat belajar dengan sendirinya, bagaimanapun siswa butuh
seorang yang membimbing dia dalam belajar di sekolah. Sebelum menggunakan metode seorang guru harus mengetahui terlebih
dahulu startegi belajar mengajar. Strategi belajar mengajar adalah pola umum
perbuatan guru siswa dalam mencapai tujuan, baik yang sifatnya instruksional,
maupun pengiring. Jenis dan urutan perbuatan itu tampak digunakan dan
diragakan oleh guru-siswa dalam bermacam-macam peristiwa belajar. Setelah itu guru harus mengetahui tahap pendekatan. Pengajaran merupakan suatu
proses yang sangat kompleks. Untuk itu, agar pengajaran dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang direncanakan guru perlu pendekatan yang berpusat
pada siswa yakni siswa yang lebih aktif belajar, dalam pendekatan ini lebih menggunakan teknik bertanya, teknik akselerasi dan pengayaan. Lalu
pendekatan yang berpusat pada guru, yakni guru memegang peranan penting dalam mengajar, biasanya siswa hanya mendengarkan penjelasan yang
diberikan oleh guru, dan guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah Selanjutnya yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan murid. Kedua-
duanya aktif dalam proses belajar mengajar.
5
Dari sini penulis mencoba untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap proses pengajaran Pendidikan Agama Islam. Karena dengan
mengetahui persepsi siswa itu dapat mempengaruhi proses pengajaran, khususnya pengajaran Pendidikan Agama Islam, sehingga guru atau semua
pihak yang berkecimpung di dunia pendidikan dapat mengetahui bahwa sebenarnya proses pengajaran Pendidikan Agama Islam yang diharapkan siswa
itu seperti apa, dan menjadi sebuah masukan untuk para guru agar lebih baik
lagi dalam proses pengajaran, khususnya proses pengajaran Pendidikan Agama Islam.
4 Pada dasarnya dalam pendidikan Islam ada tujuan yang hendak dicapai oleh
manusia, dalam rangka menyelamatkan dirinya di akhirat kelak. Tujuan ini yaitu bertemu dengan Tuhan Yang Maha Esa atau Allah SWT, karena mau tidak
mau manusia akan bertemu dengan Tuhan-Nya yakni lewat jalan kematian. Namun untuk bertemu dengan Allah SWT manusia di bumi diperintahkan untuk
mengerjakan amal shaleh yakni amal-amal kebajikan dan dilarang
5
Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi, dan Aksi, Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000, h. 45-59.
mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Allah SWT. Karena hal tersebut bisa mendorong manusia menjadi musyrik, dan Allah tidak akan
mengampuni dosa orang yang musyrik kepada-Nya, sebagaimana Firman-Nya:
و ءﺎ ﻚ د نود ﺎ ﺮ ﻐ و ﻪ كﺮ نا ﺮ ﻐ ﻻ ﷲا نا ﺎ ﻈ ﺎ ﺛا ىﺮ ا ﺪ ﷲ ﺎ كﺮ
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.Q.S An-Nissa 4 Ayat: 48
6
Jadi, bagi manusia pertemuan dengan Allah SWT menjadi suatu hal yang amat penting, karena hal tersebut dapat mengantarkan manusia mencapai
kebahagian abadi. Dan itu hanya bisa di capai melalui mengerjakan kebajikan atau amal shaleh dan taat kepada Allah SWT, dengan mengikuti Rasulullah
SAW. Sebagaimana firman Allah SWT
☺
☺ ☺
⌧ ☺
⌧ ☯
☺
5 Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
6
Tim Disbintalad, al-Qur’an Terjemah Indonesia, Jakarta:Sari Agung 2005, h.203.
Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.Q.S.
Al-Kahfi 18 ayat: 110
7
M. Quraish Shihab, menafsirkan, Ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad SAW agar menyampaikan bahwa beliau tidak memiliki
pengetahuan kecuali apa yang diwahyukan, dan bahwa kalau ada pertanyaan mereka yang belum terjawab maka itu karena Allah tidak
menyampaikan kepada beliau dan karena memang risalah beliau bukan untuk mengungkapkan secara rinci sejarah tokoh-tokoh masa lampau. Ayat
ini tentang kesimpulan pokok prinsip-prinsip ajaran Islam.
8
Dari ayat tersebut jelas bahwa esensi tujuan pengajaran Pendidikan Agama Islam adalah mendorong siswa untuk berbuat baik terhadap sesama dan
menanamkan tauhid yang kuat kepada anak didik, sehingga ia tidak terjerumus kepada kemusyrikan.
Mengutip pendapat Prof. Abd. Rahman Al-Nahlawy, mengenai tujuan Pendidikan Agama Islam beliau memaparkan secara lengkap, antara lain:
1 Pendidikan akal dan persiapan pikiran: pendidikan Islam memandang
dengan penuh pemikiran, renungan dan meditasi. 2
Menumbuhkan kekuatan-kekuatan dan kesediaan-kesediaan bakat- bakat yang berawal pada masa anak-anak. Islam adalah agama fitrah,
maka tugas pendidik adalah menguatkan fitrah tersebut, menjauhkan dari kesesatan, dan tidak menyimpang dari kesucian fitrah tersebut.
3 Menaruh perhatian pada kekuatan generasi muda dan mendidik mereka
sebaik-baiknya, baik laki-laki maupun perempuan. 4
Berusaha untuk menyeimbangkan segala kekuatan-kekuatan dan kesediaan-kesediaan manusia. Pendidik tidak hanya memberikan
perhatian pada segi fikiran saja tetapi segi psikologis juga.
9
Jadi, dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam tidak hanya menyentuh pada aspek pikiran saja atau aspek kognitif, tetapi
jauh lebih penting dari itu adalah mampu menghayati dan memahami ajaran
6 Islam untuk kemudian diamalkan dan didakwahkan dalam rangka mendapatkan
keridhoaan Allah SWT.
7
Tim Disbintalad, al-Qur’an Terjemah Indonesia, Jakarta:Sari Agung 2005, h. 400.
8
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, h. 143.
9
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: UIN Press, 2005, cet. 1, h.189-190.
Namun tujuan yang indah tersebut terkadang tak sejalan dengan harapan, pengajaran Pendidikan Agama Islam belum mampu mencapai tujuan tersebut di
atas. Hal ini bisa penulis lihat misalnya, kurangnya rasa hormat pada guru, siswa tidak peduli dengan perintah Allah SWT, siswa membuang sampah
sembarangan, gaduh di kelas, berkata buruk, tidak punya rasa tanggung jawab, tidak disiplin. Yang kesemuannya itu adalah hal-hal yang seharusnya dihindari
oleh orang yang taat terhadap agamanya. Tetapi tidak semua siswa berbuat demikian, pasti ada satu atau dua orang
siswa yang masih senang dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam. Apapun yang telah dipelajari dan diajarkan oleh guru mereka, sebisa mungkin mereka
amalkan dan membawa mereka untuk lebih baik lagi. Boleh jadi ada kesalahan dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam,
apakah faktor internal siswa atau eksternal siswa. Faktor internal siswa adalah dorongan dalam diri siswa, apakah ada minat atau tidak siswa dalam belajar
Pendidikan Agama Islam, tetapi yang lebih berperan adalah Eksternal siswa, bagaimana lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Contohnya yaitu pihak pengajar atau guru yang kurang disenangi oleh siswa, karena dalam mengajar metode yang digunakan terlalu sederhana, kurang
variatif yaitu cenderung menggunakan metode ceramah saja. Jadi, siswa merasa belajar Pendidikan Agama Islam itu membosankan. Bisa juga materi yang
diberikan terlalu banyak, sehingga siswa kurang memahami atau mencerna materi yang diberikan.Dan mungkin materinya tidak sesuai dengan kebutuhan
siswa, sehingga tidak berpengaruh bagi mereka. Hal lain yang membuat proses pengajaran Pendidikan Agama Islam masih
kurang maksimal yaitu lingkungan kelas yang tidak kondusif yakni jumlah siswa yang terlalau banyak dalam satu kelas, sehingga membuat proses belajar
mengajar tidak berjalan secara efektif, sehingga masih banyak siswa yang acuh
tak acuh terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam .
7
Selain itu hal yang menjadi pengajaran Pendidikan Agama Islam belum maksimal yaitu kurangnya pemahaman siswa terhadap dasar-dasar Pendidikan
Agama Islam. Sarana dan prasarana juga menjadi salah satu hal yang yang membuat proses
pengajaran Pendidikan Agama Islam kurang diminati yaitu kurangnya fasilitas untuk mereka beribadah di sekolah, misalnya mereka tidak bisa shalat zuhur
berjama’ah karena ruangan atau musholahnya terlalu sempit, buku pegangan siswa yang belum diberikan secara merata dan lain-lain. Dan media yang
digunakan juga terbatas. Namun yang berperan penting dan bertanggung jawab adalah seorang pendidik, apakah ia mampu menghadirkan metode pengajaran
Pendidikan Agama Islam yang sesuai dengan tujuan, atau hanya sekedar memenuhi tugasnya dalam mengajar saja. Tanpa peduli dengan siswanya.
Dari permasalahan yang dijabarkan di atas, alasan penulis mengambil judul ini karena penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi atau tanggapan siswa
terhadap proses pengajaran Pendidikan Agama Islam, Adapun urgensi judul ini diangkat supaya proses pengajaran Pendidikan Agama Islam itu lebih baik lagi,
terutama untuk para guru yang mengajar pelajaran Pendidikan Agama Islam agar lebih meningkatkan kreativitas mereka dalam mengajar. Jadi, penulis
mencoba mencari faktor- faktor penyebab hal tersebut di atas, guna dicarikan solusi dan adanya perbaikan yang komprehensif dalam Proses Pengajaran
Pendidikan Agama Islam. Maka penulis mengambil judul penelitian yakni:
“ PERSEPSI SISWA TERHADAP PROSES PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PAI DI SMP PGRI 12 JAKARTA”
.
8
B. Identifikasi Masalah