BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah harta yang tidak ternilai. Anak adalah karunia dan amanat yang Allah titipkan kepada para orang tua untuk dijaga agar dapat menjadi
manusia-manusia yang berkualitas. Keberadaan anak yang merupakan amanat itulah yang menjadikan anak sangat istimewa dan rumit dalam
menghadapinya dan Dia memberikannya kepada siapa saja yang dikehendaki- Nya. Allah S.W.T berfirman :
☺
ءاﺮ ا :
-
Artinya : “Dia memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak lelaki kepada siapa yang Dia
kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis lelaki dan perempuan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia
menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.
. Q.S Asy-Syuraa : 49-50
Hubungan antara orang tua dan anak dianggap sangat penting karena dari hubungan inilah tercipta manusia-manusia yang peduli sesama dan saling
menghormati. Hubungan yang tidak akan pernah terputus oleh kondisi apapun. Hubungan yang paling abadi yang pernah dimiliki oleh antar sesama
manusia. Hubungan dimana ada pertanggungjawaban yang besar di hadapan Allah baik bagi orang tua maupun bagi anak karena Allah tidak hanya
menekankan pentingnya bersikap baik kepada orang tua tetapi juga menekankan pentingnya orang tua memperlakukan anaknya dengan baik,
seperti pada firman Allah :
⌧ اﺮ ﻷا
:
Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kami lah yang memberi rizki kepada mereka dan kepadamu.
Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar.” Q.S Al-
Israa : 31 Negara juga mengaturnya hal tersebut dalam Undang-Undang Nomor
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 13, ayat 1 yang berbunyi :
“ Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggungjawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlidungan
dari perlakuan : 1. Diskriminasi
2. Eksploitasi baik ekonomi maupun seksual. 3. Penelantaran
4. Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan 5. Ketidakadilan, dan
6. Perlakuan salah lainnya.”
Akan tetapi, hubungan yang seharusnya penuh kasih sayang dan harmonis ini semakin berkurang pada zaman sekarang ini. Banyak sekali anak
yang menerima perlakuan yang kurang baik dari orang tuanya bahkan tindakan tersebut sudah dapat dikatakan sebagai sebuah tindak pidana yang
dilakukan oleh orang tua kepada anaknya mulai dari memukul sampai kepada penganiayaan yang berakibatnya nyawa anak tersebut melayang. Sangat sulit
dipercaya ketika seorang anak meninggal ditangan orang yang sangat diharapkan untuk dapat melindungi dan menjaga dirinya. Padahal anak
tersebut adalah darah daging mereka sendiri, penerus generasi keluarga, penjaga kehormatan keluarga dan kalau dipikirkan lebih jauh lagi, anak
merupakan aset negara yang sangat mahal dan penting sehingga mereka perlu dilindungi terutama oleh kedua orang tua mereka. Oleh karena itu banyak
harapan dan cita-cita dipanjatkan untuk anak-anak agar dapat menjalani kehidupan dengan jauh lebih baik daripada keadaan kedua orang tua mereka.
Salah satu kasus yang dapat dijadikan bukti tentang tindak pidana ini adalah kasus yang cukup menggemparkan adalah kasus pembunuhan yang
terjadi pada tahun 2006 di Bandung yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap ketiga anaknya yang karena alasan kekhawatiran yang berlebihan
atas nasib ketiga anaknya
1
. Kasus lain terjadi pada tahun 2008 adalah seorang ayah membunuh anak kandungnya yang masih berumur empat bulan karena
tertekan akan kebutuhan sehari-hari
2
. Kasus-kasus seperti ini akan terus
1
Tempointeraktif, “Ibu Pembunuh Tiga Anak Diduga Mengidap Paranoid”. Diakses pada tanggal 22 Februari 2008, http:www.tempointeraktif.comhgnusajawamadura20060615brk,20060615-
78943,id.html
2
Tribun Jabar, “Pembunuh Anak kandung Serahkan Diri”. Diakses pada tanggal 17 Februari 2008, http:www.tribunjabar.co.idartikel_view.php?id=2050kategori=9
bertambah pada tiap tahunnya jika permasalahan ini tidak ditanggapi secara serius oleh seluruh komponen masyarakat.
Melihat dari contoh kasus di atas, pada dasarnya tindak pidana pembunuhan di Indonesia sendiri sudah diatur di dalam KUHP, BAB XIX
Kejahatan Terhadap Nyawa, pasal 338 : “Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.
Kemudian diperkuat dengan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan diperkuat lagi dengan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Di dalam Islam sendiri, ada sebuah konsep yang dapat membantu memahami dan juga merupakan tujuan dari agama islam yang disebut dengan
Maqasidu Syari’ah yang terdiri dari : 1.
Memelihara Agama 2.
Memelihara Jiwa 3.
Memelihara Akal 4.
Memelihara Keturunan 5.
Memelihara Harta Kelima tujuan di atas saling berhubungan karena pemeliharaan diri
kita dari salah satu tindak pidana berarti memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
Dari penjelasan tentang tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya, maka dapat dipahami bahwa alasan -alasan yang melatarbelakangi
penulis untuk membahas tentang tindak pidana pembunuhan ini adalah : 1.
Banyaknya tindak pidana pembunuhan anak oleh orang tuanya sendiri di Indonesia.
2. Belum ada pembahasan mengenai tindak pidana pembunuhan anak oleh
orang tuanya sendiri ditinjau dari hukum pidana positif dan hukum pidana Islam.
Dengan alasan-alasan yang telah dikemukakan di atas maka penulis akan
membahasnya dengan judul “ Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Ditinjau Dari Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Positif ”.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah