Pengertian Tindak Pidana KONSEP TINDAK PIDANA

BAB II KONSEP TINDAK PIDANA

MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

A. Pengertian Tindak Pidana

Istilah tindak pidana, di dalam hukum pidana Islam sendiri ada dua kata yang cukup mewakili kata tersebut, yaitu jinayah dan jarimah. Jinayah ﺔ ﺎ merupakan bentuk mashdar dari kata ﻰ – ﻰ – ﺔ ﺎ . Menurut istilah adalah hasil perbuatan seseorang yang terbatas pada perbuatan yang dilarang dan pada umumnya, para fuqaha menggunakan istilah tersebut hanya untuk perbuatan-perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa seperti pemukulan dan pembunuhan. Selain itu, para fuqaha memakai istilah tersebut pada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud dan qishash . 7 Sedangkan jarimah, menurut Al-Mawardi adalah : ﺮ تارﻮﻈ ﺋاﺮ ا ﺮ ﺰ وا ﺪ ﺎﻬ ﻰ ﺎ ﺔ اﺮ ز ﺔ Artinya: “Segala larangan syara’ melakukan hal-hal yang dilarang dan atau meninggalkan hal-hal yang diwajibkan yang diancam dengan hukum had atau takzir”. Larangan-larangan tersebut adakalanya berupa mengerjakan perbuatan yang dilarang atau meninggalkan suatu perbuatan yang telah diperintahkan. Dengan melihat kedua pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan 7 H.A Dzajuli, Fiqh Jinayah Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam, Jakarta, P.T RajaGrafindo Persada, 1997, h 1. bahwa pada dasarnya pemakaian istilah tindak pidana dalam hukum pidana islam dengan menggunakan kata jinayah atau jarimah adalah sama. Di dalam hukum pidana positif, “ Tindak Pidana” terdiri dari dua kata, yaitu kata “tindak” dan kata “pidana”. Kata “tindak” berasal dari bahasa Jawa yang berarti perbuatan, tingkah laku, kelakuan, sepak terjang sedangkan kata “pidana” artinya adalah kejahatan, kriminal dan pelanggaran. 8 Istilah tindak pidana sendiri merupakan hasil terjemahan dari kata Strafbaar feit yang berasal dari bahasa Belanda yang merupakan istilah yang dipakai dalam wetboek van strafrecht atau kitab undang-undang hukum pidana KUHP. Ada banyak pendapat mengenai pengertian dari tindak pidana atau Strafbaar feit ini, diantaranya adalah : 1. Hazewinkel-Suringa telah membuat teori yang menyatakan bahwa rumusan umum dari “Strafbaar feit” adalah “suatu perilaku manusia yang pada suatu saat tertentu telah ditolak di dalam sesuatu pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang harus ditiadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan sarana-sarana yang bersifat memaksa yang terdapat di dalamnya”. 9 2. Profesor Simmons merumuskan “Strafbaar feit” sebagai berikut “suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan 8 W.J.S Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1976, h. 1074 9 P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung, P.T Citra Aditya Bakti, 1997, Cet III, h. 181. atas tindakannya dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum”. 10 3. Prof. Moeljatno mengatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman sangsi yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut. 11 Dilihat dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli sarjana hukum maka dapat disimpulkan bahwa Strafbaar feit atau tindak pidana adalah perbuatan yang bertentangan atau melawan hukum dan diancam dengan pidana yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab atas perbuatannya.

B. Bentuk-bentuk Tindak Pidana