Perlindungan Anak Anak dan Kedudukannya

Membicarakan anak, tidak lepas dari keberadaan orang tua. Hubungan diantara keduanya adalah hubungan timbal balik dan seharusnya saling menguntungkan. Hubungan antara orang tua dengan anaknya adalah hubungan yang alamiah dan berjalan dengan apa adanya. Tidak ada peraturan yang dapat mengatur bagaimana jalannya hubungan tersebut. Islam sebagai agama yang paling mulia hanya mengatur bagaimana orang tua memperlakukan anaknya begitu juga sebaliknya. Di dalam hukum positif, yaitu UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pembahasan mengenai orang tua dan anak lebih dititik beratkan kepada hak dan kewajiban. Di dalam islam, anak merupakan amanat dari hasil kerja yang terbaik sehingga setiap anak mempunyai keistimewaan tersendiri jadi orang tua tidak boleh membedakan perlakuan antara anak yang satu dengan anak lainnya dan mengasuhnya sehingga dapat menjadi manusia-manusia yang dapat dibanggakan.

2. Perlindungan Anak

Banyak sekali peraturan yang mengatur tentang kepentingan anak selain dari keberadaan KUHP dari segi pidana dan KUH Perdata dari segi keperdataan. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan adalah awalnya dimana anak dibahas pada Bab IX pasal 42-47 kemudian lahirnya Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan juga dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1988 tentang Usaha Kesejahteraan Anak dan terakhir adalah Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Orang tua adalah pihak yang paling diwajibkan dalam menjaga dan memelihara tumbuh kembangnya anak di dalam menjalani kehidupan. Kewajiban ini juga diatur di dalam pasal 26 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang pada dasarnya, kewajiban orang tua adalah sebagai berikut : 1. Mengasihi, memelihara, mendidik dan melindungi anak 2. Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuannya, bakat dan minatnya dan mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak- anak. Kesejahteraan dan perlindungan anak bukan masalah milik orang tua saja tapi juga milik semua elemen di dalam masyarakat. Di dalam Undang- Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga dijelaskan bahwa ada kewajiban yang dibebankan kepada seluruh warga Negara dan pemerintah, yaitu sebagai berikut : 1. Bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak 2. Berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak 3. Menjamin perlindungan pemeliharaan dan kesejahteraan anak 4. Menjamin penyelenggaraan perlindungan anak 5. Menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat 28 . Di dalam islam, anak adalah milik dan tanggung jawab dari orang tua. Hal ini dijelaskan dalam suatu hadits : نأ ﷲا ﺪْ ْ ﺮ ﺎ ْ ﻰ ن إ ﷲا ل ْﻮ ر ﺎ ل ﺎ ر ﺎ ﻷ نإ و اﺪ و و ﺪْ ﺮ ﻰ أ ﻚ ﻷ ﻚ ﺎ و ْأ ل ﺎ ى ﺎ ح ﺎ ْ ْنأ ﺎ ا اور Artinya :“Datang seorang laki-laki kepada Nabi S.A.W lalu berkata : “Sesungguhnya Aku mempunyai harta dan juga banyak anak tapi sesungguhnya Ayahku menghabiskan hartaku”, Nabi S.A.W menjawab : “Engkau dan hartamu adalah kepunyaan ayahmu”. H.R Ibnu Majah Di dalam hadits di atas, Allah menegaskan bahwa sampai kapan pun, anak adalah anak dan tetap menjadi milik orang tua. Anak merupakan hasil kerja terbaik dari orang tua sehingga Allah memperbolehkan orang tua menikmati harta dari anaknya tersebut. Walaupun anak sepenuhnya adalah milik orang tua yang diamanatkan dari Allah, orang tua tetap tidak boleh seenaknya saja menghilangkan miliknya tersebut. Allah bahkan menegaskan bahwa keberadaan anak adalah anugerah tersendiri bagi orang tua sehingga para orang tua tidak boleh berusaha menghilangkan anaknya hanya karena takut miskin hanya karena adanya anak. Allah sudah sangat menjamin keberadaan setiap anak-anak yang lahir di dunia ini sehingga tidak alasan bagi orang tua 28 Prinst, Darwan. Hukum Anak Indonesia. P.T Citra Aditya Bakti. Bandung. 2003, h. 156 untuk tidak dapat melindungi anaknya dengan baik. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya : ⌧ ⌧ ☯ ⌧ ⌧ ☺ ⌧ م ﺎ ا : − Artinya : “151. Katakanlah, “Marilah kubacakan apa yang dihadapkan atas kamu oleh Tuhan-Mu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan Dia dengan sesuatu, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak- anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak di antaranya maupun yang tersembunyi dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya melainkan dengan sesuatu sebab yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhan-Mu kepadmu supaya kamu memahami. 152. dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabatmu, dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat”. Q.S Al-An’aam : 151-152

B. Pengertian Pembunuhan Anak oleh Orang Tuanya