a. Pendidikan jasmani yaitu kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh dan dalam keluarga terhadap perkembangan fisik anak tidak berarti hanya
perkembangan otot dan tenaga saja, melainkan juga menyiapkan kontruksi fisiknya secara sehat dan baik.
b. Pendidikan intelektual yaitu kegiatan orang tua yang dapat merangsang intelektual anak. Sebagai contoh dengan cara menumbuhkan kesadaran
untuk membaca buku pada diri anak, yaitu dengan menyediakan perpustakaan kecil dikamar anak.
c. Pendidikan emosional, hal terpenting dalam pengembangan emosi anak adalah menciptakan mengarahkan emosinya. Pencapaian kearah ini,
perlu diwujudkan lingkungan dan suasana harmonis antara orang tua dan anaknya. Serta perlu ditumbuh kembangkan jalinan cinta kasih dan
sikap positif orang tua terhadap anaknya.
d. Pendidikan sosial, dalam hubungan keluarga akan terjadi interaksi antara orang tua dan anak-anak yang lain. Dengan interaksi tersebut
terjadilah sosialisasi antara mereka untuk menentukan norma-norma tertentu, agar anak memahami kewajibannya sebagai anggota keluarga.
Untuk mengoptimalkan pendidikan sosial pada anak orang tua dapat memberikan beberapa kegiatan misalnya, anak diberikan kesempatan
bergaul secara terbuka dengan masayarakat.
e. Pendidikan moral dan agama, dalam keluarga orang tua sebaiknya menanamkan sejak dini, pendidikan agama, dasar-dasar etika dan
moral melalui keteladanan atau uswah hasanah karena dengan contoh yang posisif dari orang tua akan mebentuk kepribadian anak karena
pada masa perkembangan seorang anak banyak mengadopsi pola perilaku apa saja yang ditampilkan dalam keluarganya.
41
G. Peranan Pendidikan Agama dalam Keluarga
Barangkali sulit untuk mengabaikan peran keluarga dalam pendidikan. Anak-anak sejak masih bayi hingga usia sekolah memiliki lingkungan tunggal,
yaitu keluarga. Makanya tak mengherankan bila Gilbet Highest menyatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anak-anak sebagian besar terbentuk oleh
pendidikan keluarga. “Sejak dari bangun tidur hingga ke saat akan tidur kembali, anak-anak menerima pengaruh dan pendidikan dari lingkungan keluarga.”
42
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dan pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu
baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peranan ibu dalam keluarga
41
A.Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, Malang :Uin Malang Press,2008, cet. Ke-1, h. 210-213
42
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakata: PT. Aja Gafindo, 2005 cet. I, h. 227
amat penting. Dialah yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi syurga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan
suaminya. Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan yang
pertama dan pendidiknya adalah orang tuanya. Orang tua adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrat ibu dan bapak diberikan
anugrah oleh Tuhan pencipta berupa naluri orang tua. “Karena naluri itu timbul rasa kasih sayang para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara moral
keduanya merasa terbeban tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi, melindungi serta membimbing keturunan mereka.”
43
“Menurut Rasulallah Saw, fungsi dan peran orang tua bahkan mampu untuk membentuk kearah keyakinan anak-anak mereka. Menurut beliau setiap
bayi dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan agama yang akan di anut anak sepenuhnya tergantung dari bimbingan,
pemeliharaan, dan pengaruh kedua orang tua mereka”.
44
Suasana keluarga yang aman dan bahagia, adalah wadah yang baik dan subur bagi pertumbuhan jiwa anak yang lahir dan dibesarkan dalam
keluarga itu. Semua pengalaman yang dilalui si anak sejak lahirnya itu merupakan pendidikan agama, yang diterimanya secara tidak langsung,
baik melalui penglihatan, pendengaran dan perlakuan yang diterimanya. Kalau dia sering menyaksikan kedua orang tuanya sembahyang, berdo’a,
berpuasa, dan tekun menjalan kan ibadah, maka apa yang dilihatnya itu, merupakan pengalaman yang akan menjadi bagian dari pribadinya, serta
akan masuklah unsur agama dalam pembinaan pribadinya. Demikian pulalah dengan pengalaman melalui pendengaran dan perlakuan orang tua
mencerminkan ajaran agama.
45
Keluarga adalah basis awal pengembangan pendidikan bagi anak-anak. Keluarga sebagai institusi yang sejak dini dan awal telah menanamkan
sendi-sendi kehidupan bagi masa depan manusia terutama bagi anak-anak yang masih sangat membutuhkan arahan, bimbingan dan pedoman hidup
kedepan. Namun demikian, orang tua dalam kehidupan keluarga harus memposisikan diri sebagai fasilitator dalam segala kebutuhan anak, baik
sebagai tempat mengadu, meminta, dan tempat berkonsultasi bagi
43
Zakiah Drajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: CV. Ruhama, 1995, h. 47
44
Jalaludin, Op. Cit. h. 230.
45
Zakiah Drajat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, Jakarta: PT. Bulan Bintang h. 95
perkembangan pendidikan anak dalam kehidupannya. Islam memandang bahwa orang tua memiliki tanggung jawab penuh dalam mengantarkan
anak-anaknya, untuk bekal kehidupan kelak, baik kehidupan dunia maupun ukhrawi.”
46
Pendidikan agama di lingkungan keluarga sangat besar peranannya dalam pembentukan kepribadian bagi anak-anak, karena di lingkungan keluargalah anak-
anak pertama kali menerima pendidikan yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Agar anak-anak memiliki kepribadian yang baik dan terhindar
dari pelanggaran-pelanggaran moral, maka perlu adanya pembinaan agama sejak dini kepada anak-anak dalam keluarga.
Proses pembinaan nilai-nilai agama dalam membentuk kepribadian aak- anak dapat dimulai sejak anak lahir sampai ia dewasa. Ketika lahir diperkenalkan
dengan kalimah thoyyibah, kemudian setelah mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak, maka yang pertama harus ditanamkan ialah nilai-nilai agama
yang berkaitan dengan keimanan, sehingga anak meyakini adanya Allah dan dapat mengenal Allah dengan seyakin-yakinnya . Bersamaan dengan itu, anak-anak juga
dibimbing mengenai nilai-nilai moral, seperti cara bertutur kata yang baik, berpakaian yang baik, bergaul dengan baik, dan lain-lainnya. Kepada anak-anak
juga ditanamkan sifat-sifat yang baik, seperti nilai-nilai kejujuran, keadilan, hidup serderhana, sabar dan lain-lainnya. Selain itu, agar anak-anak memiliki nilai-nilai
moral yang baik, juga di dalam keluarga, khususnya antara ibu dan bapak harus menjaga harmonisasi hubungan antara keduanya dan harus menjadi suri tauladan
bagi anak-anaknya
H. Hasil Penelitian yang Relevan
Sepanjang pengetahuan dan kajian pustaka yang penulis lakukan, terdapat beberapa karya tulis, baik berbentuk skripsi, tesis maupun karya buku utuh yang
telah mengkaji lebih dahulu terkait dengan pemikiran Nurcholish Madjid. Namun demikian berdasarkan analisis penulis, dari seluruh kajian ilmiah tersebut, belum
ada satupun penelitian yang mengangkat tentang pendidikan agama dalam keluarga menurut Nurcholish Madjid. Untuk menunjukan asumsi tersebut, maka
46
Yasin, op. cit, h. 220