Tehnik Analisis Data METODOLOGI PENELITIAN

Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, tamat tahun 1965 B,A dan 1968 Doktorandus”. 5 Setamat dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Nurcholish Madjid bekerja sebagai dosen di almamaternya, mulai tahun 1972-1976. Setelah berhasil meraih gelar Doktor pada tahun 1985, ia ditugaskan memberikan kuliah tentang filsafat di Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, sejak tahun 1978 ia bekerja sebagai peneliti pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesi LIPI. 6 “Basis, bobot, dan peralatan intelektual Nurcholish menjadi jauh lebih terasa lebih tajam ketika ia melanjutkan studinya ke program doktor di Universitas Chicago, Amerika Serikat. Nurcholish menyelesaikan program doktornya di Universitas Chicago pada tahun 1984”. Dia mengambil spesialisasi di bidang filsafat atau pemikiran islam. Dia menulis disertasi yang berjudul Ibn Taimiya on Kalam and Falsafah: Problem of Reason and Revelation in Islam di bawah bimbingan Profesor Fazlur Rahman , seorang sarjana muslim Pakistan. Profesor Fazlur Rahman terkenal sebagai sarjana yang sangat mendalami bidang studi pemikiran islam yang mengajar di Universitas Chicago pada saat itu. 7 Nurcholish sebagai aktivis mahasiswa, tidak hanya serius menekuni studinya di fakultasnya, akan tetapi juga terlibat secara aktif dalam kegiatan- kegiatan kemahasiswaan dan diskusi diluar kampus dan berkecimpung pula dalam berbagai kancah aktivitas ekstra kurikuler. Nurcholish pernah menjadi ketua umum PB HMI Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam selama dua periode 1967-1969 dan 1969-1971. Antara tahun 1967-1969, dia mendapat amanat untuk menjabat sebagai Presiden persatuan Mahasiswa Islam se-Asia Tenggara PERMIAT. Salah satu wakilnya adalah Anwar Ibrahim yang kemudian pernah menjabat sebagai Deputi Perdana Menteri Malaysia. 8 5 Ismail, Op.cit, h. 20 6 Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2005, ed-1, h.323 7 Faisal Ismail,Membongkar Kerancuan Pemikiran Nurcholish Madjid, Jakarta: Lasswell, 2010, h. 20-21 8 Ibid, h. 22 Nurcholish Madjid pernah bekerja sebagai peneliti di Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial Leknas LIPI, 1978-1984, peneliti senior LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1984-2005, kemudian menjadi anggota MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat selama dua periode sepuluh tahun 1987- 1992 dan 1992-1997 di masa pemerintahan Orde Baru. Dia tercatat pula sebagai pakar dan anggota Dewan Riset Nasional dan dikenal sebagai penggagas pendirian Komite Independen Pemantau Pemilu KKIP. Karena jasa-jasanya kepada negara dan bangsa, dia pada tahun 1998 dianugrahi Bintang Mahaputra oleh Pemerintah Republik Indonesia. 9 “Kiprah, karya, dan kepedulian Nurcholish Madjid juga merambah ke masalah-masalah peka kemanusiaan dimana ia terlibat secara aktif sebagai anggota Komnas HAM Hak- Hak Asasi Manusia, 1993-2005. Kerja-kerja mulai kemanusiaan seperti itu sangat erat bersentuhan dengan minatnya sehingga mengangkat dan menobatkan dirinya sebagai sosok intelektual humanis, penggagas toleransi, dan aktivis penggalang keharmonisan antar umat beragama di negeri ini. “Dia adalah penyeru ulung kerukunan antar umat beragama, baik dalam ide maupun dalam praktik. Pluralisme , inklusivisme, harmoni, dan toleransi antar umat beragama sudah menjadi bentangan benang merah visi humanitasnya dan menjadi bagian penting yang mencuat dalam tema-tema besar pemukiran Nurcholish, disamping tema Neo-Modernisme Islam”. 10 Nurcholish Madjid adalah sosok intelektual yang dikenal luas, terutama dikalangan sarjana dan ilmuwan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pada tahun 1991, Nurcholish menjadi dosen tamu di Institute of Islamics Studies, Universitas McGill. Montreal, Kanada. Pengalaman akademis ini semakin mengkukuhkan dirinya sebagai akademiskus yang bertaraf internasional. Sebagai profesor tamu di Universitas McGill, dia menempatkan diri sejajar dengan para profesor yang telah mempunyai nama terkenal dan reputasi tingkat Internasional. 9 Faisal Ismail,Membongkar Kerancuan Pemikiran Nurcholish Madjid, Jakarta: Lasswell, 2010, h. 21 10 Ibid, h. 21- 22