Dasar Pendidikan Agama Islam

berlangsung. Didalam hadist Nabi berisi tentang aqidah, syariah, dan akhlak seperti Al-Qur’an, yang juga berkaitan dengan pendidikan. Yang lebih penting lagi ialah dalam hadist Nabi tercermin tingkah laku dan suru tauladan Nabi Muhamad yang harus diikutin setiap muslim sebagi satu model kepribadian Islam. 24 Selanjutnya, untuk menetapkan atau mentukan suatu hukum syariat Islam dalam hal-hal tertentu yang ternyata belum dijelaskan dalam Al-Qur’an dan al- Sunnah, maka diperlukan ijtihad para fuqaha dengan menggunakan seluruh ilmu yang mereka miliki. Begitu pula dalam masalah pendidikan Islam diperlukan juga ijtihad para fuqaha. Masalah pendidikan Islam terus berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kurun waktu kewaktu. 25 Hasil ijtihad para ulama Islam dijadikan sebagai landasan pengembangan pendidikan Islam. Maksudnya, landasan pengembangan pendidikan Islam ialah hasil pemikiran ulama Islam yang berkaitan dengan masalah pendidikan, kemudian dijadikan sebagi rujukan atau dasar untuk melaksanakan kegiatan pendidikan. Dari uraian diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa, sumber nilai yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan pendidikan Islam secara general adalah Al-qur’an, dan sunnah Nabi, serta hasil ijtihad umat Islam. Didalam ketiga sumber tersebut, al-Qur’an dioposisikan sebagai sumber ideal, hadist sebagi sumber operasional dan ijtihad sebagai sumber dinamika pengembangan pendidikan Islam. Hasil ijtihad dikatakan sebagai dinamika pendidikan Islam, karena pemiran manusi ulama dalam kurun waktu tertentu dalam kontekst sosia-historisnya selalu mengalami perubahan. Hal ini menghendaki pemikiran pendidikan Islam juga harus selalu berkembang, agar bisa dijadikan sebagai sumber atau landasan 24 Djumransjah, Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam Menggali Tradisi Mengukuhkan Eksisntensi, Malang : UIN Malang Press, 2007, cet. I, h. 53 25 Ibid, h.56 pelaksanaan pendidikan Islam yang kontekstualnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 26

C. Tujuan Pendidikan Islam

Istilah “tujuan” secara etimologi, mengandung arti arah, maksud, atau haluan. Dalam bahasa Ingris diistilahkan dengan “goal, purpose, objectives atau am”.secara terminologi berarti sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan”. Selain itu merujuk kepada konsep rububiyah Allah terhadap manusia. Maka pendidikan Islam berfungsi untuk mempersiapkan manusia agar mampu melaksanakan tugas dan fungsi kekholifahan di muka bumi ini. Dikatakan oleh Dr. Zakiah Daradjat bahwa : Tujuan pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kerpibadian seorang yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola taqwa, insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah SWT. Ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan mengahasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan sesamanya dapat mengambil manfaat yang semakin yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup didunia kini dan diakhirat nanti. Tujuan ini kelihatanya terlalu ideal, sehingga sukar dicapai. Tetapi, dengan kerja keras yang dilakukan secara berencana dengan kerangka-kerangka kerja yang konsepsional mendasar, pencapaian tujuan ini bukanlah suatu yang mustahil. Imam Al- Ghazali mengatakan bahwa: “ Ada dua tujuan pendidikan yang ingin dicapai, yaitu kesempurnaan manusia yang bertujuan mendekatkan diri dalam arti kualitatif- kepada Allah Swr, serta kesempurnaan manusia yang bertujuan kebahagiaan dunia dan akherat. Walaupun terbentuknya hanya satu tetapi ibarat pisau bermata dua. Untuk menjadikan manusia Insan Kamil tidaklah tercipta hanya sekejap mata tapi melalui proses yang panjang dan ada syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu dengan mempelajari berbagai ilmu, mengamalkannya, dan menghadapi berbagai cobaan yang munkin terjadi dalam proses pendidikan”. 26 Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, Malang: UIN Malang Press, 2008, h. 47- 49 “Secara umum pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan bernegara.” Sedangkan menurut Ibnu Taymiah bahwa tujuan pendidikan Islam itu adalah: 1. Pembinaan pribadi muslim yang mampu berfikir, merasa dan berbuat sebagai mana yang dieperintahkan oleh ajaran Islam , terutama dalam menanamkan akhlak Islam seperti bersikap benar dalam segala aspek kehidupan. 2. Mewujudkan masyarakat islam yang mampu mengatur hubungan sosial sejalan dengan syariat Islam dalam hal ini mampu menciptakan kultur yang Islami kerena ikatan Aqidah Islam. 3. Mendakwahkan ajaran Islam sebagai tatanan universal dalam pergaulan hidup. Perumusan tujuan pendidikan ini menjadi penting artinya bagi proses pendidikan, karena dengan adanya tujuan yang jelas dan tepat maka arah proses itu akan jelas dan tepat pula. Tujuan pendidikan Islam dengan jelas mengarah kepada terbentuknya insal kamil yang berkepribadian muslim, merupakan perwujudan manusia seutuhnya, taqwa cerdas, baik budi pekerinya, terampil kuat kepribadiannya, berguna bagi diri sendiri, agama, keluarga, masyarakat dan negara. Ia menjadi “kholifah fil ardl” yang cakap sesuai dengan bidang masing- masing. Dari berbagai uraian diatas jelaslah bahwasanya tujuan pendidikan islam itu tidak sempit. Tujuan pendidikan Islam menjangkau seluruh aspek kehidupan manusia yang selalu berorientasi kepada penyerahan diri kepada Allah Swt. Cita- cita dan nilai-nilai yang ingin diwujudkan adalah kebahagian kehidupan dunia dan akhirat.

D. Pola Asuh 1. Pengetian Pola Asuh

Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi orang yang berkepribadian baik, sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji. Orang tua sebagai pembentukpribadi yang pertama dalam kehidupan anak harus menjadi teladan yang baik begi anak-anaknya. Sebagai mana dikatakan Zakiah Darajat, bahwa: “ kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup merupakan unsur-unsur pendidikan yang secara tidak langsung akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh’. 27 Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa, keluarga merupakan: “ pusat pendidikan” yang pertama yang terpenting karena sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai kini, keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Disamping itu, orang tua dapat menanamkan benih kebatinan yang sesuai dengan kebatinannya sendiri kedalam jiwa anak-anaknya. Inilah hak orang tua yang utama dan tidak bisa dibatalkan oleh orang lain. 28 Dalam mendidik anak, terdapat bermacam bentuk pola asuh yang bisa dipilih dan digunakan orang tua. Sebelum berlanjut kepembahasan berikutnya, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian pola asuh itu sendiri. “Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola asuh berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk struktur yang tetap”. 29 “Sedangkan kata asuh dapat berarti menjaga atau merawat dan mendidik, memimpin mengepalai dan menyelenggarakan suatu lembaga.” 30 Lebih jelasnya kata asuh adalah mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, bantuan, sehingga orang tetap berdiri menjalani hidupnya secara sehat. Menurut Yaumil Agoes Achir “Pola asuh adalah tata sikap dan prilaku orang tua dalam membina kelangsungan hidup anak, perlindungan anak secara menyeluruh baik fisik, sosial maupun rohani”. 31 “Pola asuh di dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai perilaku dan sikap orang tua ketika bergaul dan berkomunikasi dengan anaknya, karena secara 27 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1996, h. 56 28 Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua, Jakarta: PT, Rineka Cipta, 2000 h. 10 29 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, h. 54 30 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, cet. Ke.I, h 692 31 Soegeng Santoso, Problematika Pendidikan dan Cara Pemecahannya , Jakarta: Kreasi Pena Gading, 2001 h. 148