Pengertian Literatur Kelabu Grey literature

yang dipublikasikan ada pula yang tidak. Kandungan informasi dari dokumen tersebut adakalanya sangat penting. Bahkan adakalanya merupakan informasi satu- satunya.” 29 Menurut Sulistyo ‐Basuki dalam Rasiman, yang dimaksud dengan koleksi lokal adalah koleksi buku, peta, cetakan, ilustrasi dan materi lainnya yang berkaitan dengan lokasi khusus. 30 Terdapat berbagai definisi muatan lokal untuk bidang ilmu perpustakaan dan informasi. Muatan lokal = Literatur kelabu + Koleksi lokal atau Local Content = Grey literature + Local Collection Menurut Harrods librarians glossary and reference book dalam Liauw, literatur kelabu adalah bahan-bahan perpustakaan yang tidak dipublikasikan melalui jalur publikasi formal semi-published atau tidak tersedia secara komersial. Literatur kelabu pada umumnya sulit dilacak secara bibliografis. Sedangkan koleksi lokal didefinisikan sebagai bahan- bahan perpustakaan yang berhubungan dengan lokasi atau tempat dari perpustakaan di mana koleksi lokal tersebut disimpan. 31 Dalam hal ini kriteria literatur kelabu lebih menekankan pada karakteristik produksi - yang lokal - dari bahan-bahan perpustakaan tersebut, sedangkan kriteria koleksi lokal lebih menekankan pada karakteristik dari topik atau subjeknya yang lokal. Liauw mendefinisikan muatan lokal sebagai: 29 Purwono, Dokumentasi Jogjakarta: Graha Ilmu, 2010, h. 36 30 Rasiman, “Digitalisasi Local Content:Peluasan Pemanfaatan dan Akses Layanan Perpustakaan.” Makalah seminar dan workshop Pemberdayaan Repositori Perpustakaan untuk Meningkatkan Mutu dan Pelayanan Perpustakaan 1 Desember 2011 Medan: Universitas HKBP Nommensen, 2011, h. 3. 31 Tjiek, Liauw Toong, “Open Access: Menyuburkan Plagiarisme?” Jurnal Visi Pustaka Vol. 11 Desember 2009. Artikel diakses pada 18 April 2015 dari http:www.pnri.go.idMajalahOnlineAdd.aspx?id=130. “Sumber-sumber informasi yang memiliki karakteristik sebagai produksi lokal dan atau mengandung karakteristik dari suatu entitas lokal orang atau kelompok, institusi, kejadian, lokasi geografis, budaya, dll.” 32 Seperti telah dijelaskan bahwa literatur kelabu merupakan bahan-bahan atau koleksi perpustakaan yang tidak dipublikasikan secara komersial. Koleksi-koleksi perpustakaan yang termasuk kedalam jenis grey literature atau literatur kelabu seperti yang dikatakan oleh Alberani berikut ini adalah beberapa jenis utama grey literature adalah laporan pra-cetak, perkembangan awal dan laporan lanjutan, laporan teknis, laporan statistik, memorandum, state-of-the-art, laporan riset pasar, dan lainnya, tesis, laporan konferensi, spesifikasi teknis dan standar, terjemahan non-komersial, bibliografi, dokumentasi teknis dan komersial, dan dokumen resmi tidak dipublikasikan secara komersial terutama laporan pemerintah dan dokumen. 33 Sekarang grey literature tidak hanya dalam bentuk fisik seperti kertas kerja, laporan-laporan, video, dan mikrofiche saja, menurut Ranger,grey literature kini termasuk di dalamnya lebih luas dari sekedar dokumen, kini termasuk website, dataset elektronik, dan artikel elektronik yang diterbitkan dan laporan-laporan. Sebelumya, grey literature hanya terdiri dari kategori dari dokumen seperti laporan teknis, tesis dan disertasi, 32 Ibid 33 Alberani V. Pietrangeli PDC. Mazza AMR. “The Use of Grey Literature in Health Sciences: A Preliminary Survey.” Bulletin of the Medical Library Association, Vol. 784, h. 358- 363. Diakses dari http:www.ncbi.nlm.nih.govpmcarticlesPMC225438pdfmlab00125- 0040.pdf. newsletter, dan dataset, seringnya tidak dikatalogisasi dan tersembunyi dari pandangan publik. 34 Dari pengertian-pengertian dan penjelasan mengenai literatur kelabu diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa literatur kelabu memiliki sifat yang ekslusif dan mempunyai nilai informasi yang tinggi. Karena publikasi ini ditujukan untuk melayani komunitas ilmiah dengan menyajikan data yang menyeluruh dan topik yang menarik. Seperti yang disimpulkan oleh Crowford mengatakan “I believe I was right in my conclusion: the grey literature of librarianship is the most compelling, worthwhile, and –I’ll add- important literature in the field at this point. I doubt that librarianship is the only field where this is true- where the grey literature has become more compelling, worthwhile, and important than the formal literature.” 35 Dalam kesimpulannya ia mengatakan bahwa literatur kelabu kepustakawanan adalah yang paling menarik, bermanfaat, dan merupakan sastra penting di lapangan pada saat ini. Ia ragu bahwa kepustakawanan adalah satu-satunya bidang di mana ini adalah benar- mana literatur kelabu yang menjadi lebih menarik, berharga, dan penting daripada literatur formal. 34 Ranger, Sara L, “Grey Literature in Special Libraries: Access and Uses.” Publishing Research Quarterly, h. 53. Artikel diakses pada 05 Agustus 2015 dari http:e- resources.perpusnasa.go.id 35 Crawford, Walt, “Thingking About Library Literature.” Crawford at Large, h. 58. Artikel diakses pada 05 Agustus 2015 dari http:www.e-resources.pnri.go.id

2. Pemanfaatan Grey literature di Perpustakaan

Grey literature seringnya merupakan penelitian diawal pengembangan dan mungkin alat yang baik untuk mengungkap informasi yang inovatif dan untuk mempersingkat waktu antara penelitian dan praktek. 36

a. Pengguna Grey Literature

Sama seperti jenis koleksi perpustakaan lainnya, koleksi grey literature di perpustakaan juga dapat dimanfaatkan oleh siapa pun yang membutuhkannya. Koleksi grey literature yang tersedia di perpuatakaan biasanya merupakan hasil terbitan atau produk dari suatu badan atau lembaga dimana perpustakaan itu berada walaupun tidak menutup kemungkinan perpustakaan juga mengkoleksi jenis- jenis grey literature yang didapatkan dari lembaga lain yang berkaitan dengan lembaga induk yang menaungi perpustakaan. Sehingga tentunya ada pengguna potensial yang memanfaatkan koleksi grey literature tersebut. Menurut Jeffery dalam Ranger, pengguna potensial yang memanfaatkan grey literature adalah sebagai peneliti, pegawai universitas, pegawai dewan riset, perniagaan dan industri, perantara-perantara, media, dan masyarakat umum. Dengan kata lain, menurutnya siapapun dapat menjadi pengguna grey literature. 37 Pendapat dari Jeffery juga didukung oleh Auger dalam Ranger,dalam list organisasi-organisasi yang 36 Pappas and Williams, “Grey Literature:Its Emerging Importance” Journal of Hospital Librarianship Vol. 11 No. 3 Tahun 2011, h. 228. Artikel diakses pada 17 Agustus 2015 dari http:dx.doi.org10.108015323269.2011.587100. 37 Ranger, Sara L, “Grey Literature in Special Libraries: Access and Uses.” Publishing Research Quarterly, h. 54. Artikel diakses pada 05 Agustus 2015 dari http:e- resources.perpusnasa.go.id memberikan kontribusi kepada Comittee on Scientific and Technical Information COSATI, mengidentifikasikan hampir semua orang merupakan pengguna potensial, dari pejabat pemerintah, akademisi, dan para ahli perusahaan, guru-guru, dan kalangan yang termasuk masyarakat umum dan organisasi-organisasi. 38 Sehingga dapat disimpulkan bahwa grey literature yang dihasilkan dari lembaga-lembaga seperti pemerintahan, akademisi, bisnis, industri dan lain sebagainya dapat dimanfaatkan oleh siapa saja yang memang membutuhkan informasi yang terdapat di dalamnya. Pengguna yang memanfaatkan koleksi grey literature jenis tertentu tentunya bekerja dan memahami bidang tempat dimana literatur- literatur kelabu tersebut diterbitkan, jadi mereka dapat disebut sebagai pengguna potensial dari koleksi grey literature yang dimiliki oleh perpustakaan.

b. Mengapa Pengguna Memanfaatkan Grey Literature

Dalam pemanfaatan literatur kelabu, sebelumnya perlu mengidentifikasi jenis dan sumber informasi yang dibutuhkan serta metode penelusurannya. Sehingga pemanfaatannya bisa optimal. Berdasarkan jenisnya, pustaka kelabu memiliki 2 dua bentuk, yaitu: tercetak dan non cetak. Bentuk tercetak berupa kertas kerja, proseding, kumpulan rapat kerja. Literatur kelabu tersebut merupakan hasil dari berbagai forum ilmiah. Dalam menelusur informasinya secara manual dapat menggunakan bibliografi 38 Ibid yangditerbitkan lembaga penelitian atau assosiasi ilmiah atau pusat informasi penelitian Rattahpinusa, n.d. 39 Berdasarkan jenisnya, masing-masing literatur kelabu memiliki pemanfaatan yang berbeda-beda. literatur kelabu yang diterbitkan setiap lembaga juga memiliki pemanfaatan yang berbeda oleh pemustaka perpustakaan. Karena hal itu dipengaruhi oleh kebutuhan informasi dari para pencari informasi. Seperti jenis literatur kelabu yang dihasilkan oleh akademisi yang antara lain skripsi, tesis, disertasi, laporan-laporan penelitian, jurnal ilmiah, dan lain sebagainya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tatik Ilmiyah, menyimpulkan bahwa latar belakang mahasiswa memanfaatkan koleksi local content untuk mendapatkan referensi terkait skripsi atau tugas akhir yang mereka tulis, berupa gambaran umum teori dan format penulisan skripsi yang dibimbing oleh dosen yang sama dengan dosen pembimbingnya sekarang. 40 Selain itu, ada sebagian mahasiswa yang memanfaatkan koleksi local content sebagai bahan perbandingan untuk menyempurnakan penulisan skripsinya. Pengaruh pemanfaatan koleksi local content antara lain adalah sebagai berikut untuk bahan referensi dan sumber informasi sekunder, panduan penulisan skripsi, bahan acuan dan inspirasi dalam menentukan judul skripsi yang akan ditulis. Pemanfaatan 39 R attahpinusa, “Pemanfaatan Kepustakaan Kelabu bagi Penelitian.” Artikel diakses pada 17 Agustus 2015 dari http:pustakawan.pnri.go.iduploadsjournalsubmission248- Pemanfaatan-Grey-Literature-Bagi-Penelitian.doc. 40 Tatik Ilmiyah, “Pengaruh Pemanfaatan Koleksi Local Content Terhadap Kegiatan Penelitian... ,” Jurnal Ilmu Perpustakaan Vol. 2 No. 2 Tahun 2013, h. 8. Artikel diakses pada 08 Mei 2015 dari http:ejournal-s1.undip.ac.idindex.phpjip. koleksi local content sangat berpengaruh dalam kegiatan penelitian mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi atau tugas akhir. Selain bahan pustaka grey literature yang dihasilkan oleh lembaga akademisi, bahan pustaka grey literature yang dihasilkan oleh lembaga pemerintahan atau khusus lainnya juga memiliki pemanfaatan yang berbeda. Bahan pustaka grey literature yang dihasilkan lembaga pemerintahan atau khusus antara lain seperti laporan pemerintah, hasil- hasil rapat, laporan penelitian, pernyataan kebijakan-kebijakan, dan lain sebagainya dimanfaatkan oleh pemustaka yang berbeda dan penggunaan yang berbeda pula. Hal ini didasari pada kebutuhan informasi pemustaka dan keberadaan perpustakaan yang menyimpan koleksi grey literature yang berbeda.

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan dan penelitian tersebut berkaitan dengan judul penelitian ini diambil dari judul skripsi. Skripsi pertama yaitu Pemanfaatan Laporan Penelitian di Pusat Perpustakaan, Dokumentasi, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial PPDI-LP3ES oleh Pemakai Non Karyawan LP3ES dan Tinjauannya dari Ajaran Islam yang disusun oleh Arizon, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Yarsi tahun 2005. Dengan tujuan mengetahui pemanfaatan laporan penelitian di perpustakaan LP3ES oleh pengguna dari luar LP3ES, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi