Macam-macam Pembiayaan Pembiayaan 1. Pengertian pembiayaan
perdagangan, yaitu untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
a. Pembiayaan Modal Kerja Dalam perbankan syariah pembiayaan ini diaplikasikan dalam bentuk skema
al -mudharabah, yaitu akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama shahibul maal menyediakan seluruh 100 ℅ modal, sedangkan
pihak kedua sebagai pengelolah mudharib. Selain skema mudharabah dalam pembiayaan bank syariah juga dapat diaplikasikan pada skema al-
musyarakah , dimana melalui kontrak ini dua pihak atau lebih termasuk
bank dan lembaga keuangan bersama nasabah dapat mengumpulkan modal mereka untuk membentuk sebuah perusahaan syirkah al-inan sebagai
sebuah badan hokum. Setiap pihak memiliki bagian secara proposional sesuai dengan kontribusi modal mereka.
Seperti yang telah diuraikan diatas, pembiayaan modal kerja dibagi atas : 1. Pembiayaan Modal Kerja Peningkatan Produksi
Pembiayaan modal kerja merupakan salah satu kombinasi dari pembiayaan likuiditas cash financing , pembiayaan piutang receivable financing dan
pembiayaan persediaan inventory financing . a. Pembiayaan likuiditas cash financing
Pembiayaan ini umumnya digunakan untuk memenuhi yang ditimbulkan akibat terjadinya ketidak sesuaian antara cash inflow dan cash outflow pada
perusahaan nasabah. Dalam perbankan syariah menyediakan fasilitas ini namun nasabah harus membuka rekening giro wadiah dan bank tidak
memberikan bonus atas wadiah tersebut. Bila nasabah mengalami ketidak sesuaian, nasabah dapat menarik dana melalui saldo yang tersedia sehingga
menjadi negative, atas fasilitas ini bank tidak dibenarkan meminta imbalan apapun, kecuali sebatas biaya administrasi dan pengolahan fasilitas tersebut.
b. Pembiayaan piutang receivable financing Dalam prakteknya pada bank syariah adalah dengan memberikan fasilitas
berupa: a. Pembiayaan piutang receivable financing
Dalam pembiayaan piutang bank syariah memberikan fasilitas yang disebut dengan al-qardul hasan, yaitu pemberian harta atau pinjaman dana kepada
pihak-pihak yang patut mendapatkannya. Secara syariah peminjam hanya berkewajiban membayar kembali pokok pinjamannya, walaupun syariah
membolehkan peminjam untuk memberikan imbalan sesuai dengan keikhlasannya, tetapi bank sama sekali dilarang untuk menerima imbalan
apapun. Jumlah uang yang dipinjamkan bank kepada nasabah masih tertanam dalam
piutang, maksimum sebesar piutang yang tertera dalam dokumen piutang wesel tagihan atau promes . Wesel atau promes tersebut diserahkan kepada
bank dengan suatu kuasa wakalah untuk menagih kepada pihak yang berhutng. Untuk keperluan tersebut bank dapat membebankan fee atas jasa
tagihan, bila ternyata pada saat waktu jatuh tempo, hasil tagihan itu digunakan untuk melunasi hutang nasabah kepada bank. Tetapi bila ternyata
piutang tersebut tidak ditagih, maka nasabah harus membayar kembali hutangnya kepada bank.
b. Anjak piutang fac toring Bank syariah memberikan fasilitas pengambil alihan piutang, yaitu yang
disebut hiwalah. Tetapi untuk fasilitas ini bank tidak dibenarkan meminta imbalan kecuali biaya layanan atau administrasi dan biaya tagihan.
3. Pembiayaan persediaan inventory financing Dalam memenuhi kebutuhan persediaan, bank syariah menggunakan prinsip
jual beli skema jual beli yang dipakai adalah : a. Murabahah
Salah satu yang paling banyak dipergunakan oleh perbankan syariah secara sederhana murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut
ditambah keuntungan yang disepakati bersama. Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
keuntungan margin yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam
murabahah ditentukan regured rate of propitnya keuntungan yang ingin diperolehnya
dalam prakteknya perbankan, bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli.
b. Istishna
Dalam fatwa DSN- MUI dijelaskan bahwa jual beli istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria
tertentu dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual. Istishna biasanya digunakan bank syariah untuk pembiayaan kontruksi dan
barang-barang manufaktur jangka pendek. Dalam hal ini bank bertindak sebagai pemesan atau penjual sedangkan nasabah bertindak sebagai pembeli
Bank syariah mandiri selain menghimpun dana dari masyarakat, juga menyalurkan dana melalui pembiayaan seperti :
a. Pembiayaan Mudharabah Dalam pembiayaan ini, bank menyalurkan seluruh 100
℅ dana sebagai modal untuk membiayai suatu usaha atau proyek. Sedangkan kontribusi
nasabah berupa keahlian, skill, keterampilan, dan manajemen. Keuntungan dari usaha dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati pada awal
perjanjian. Bank akan menerima bagi hasil dari nasabah pada setiap waktu yang telah disepakati. Sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik
modal selama bukan akibat kesalahan atau kelalaian si pengelolah. Tetapi seandainya kerugian diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si
pengelolah, maka si pengelolah harus bertanggung jawab. b. Pembiayaan Musyarakah
Yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
c. Pembiayaan Ijarah Muntahiyyah bi At-tamlik Dalam pembiayaan ini, pertama-tama bank akan membeli asset untuk
disewakan kepada nasabah dan dikata gorikan sebagai aktiva ijarah. Setelah dimiliki bank, selanjutnya nasabah akan menyewanya untuk jangka waktu
yang disepakati dengan membayar harga sewa. Selama jangka waktu yang disepakati aktiva ijarah masih milik bank dan akan dialihkan kepemilikannya
pada akhir masa sewa. d. Pembiayaan Murabaha
Dalam pembiayaan ini, bank berperan sebagai penjual barang. Sementara calon nasabah debitur sebagai pembeli, karena jual beli tidak dilakukan
secara tunai pada saat transaksi, maka besarnya margin keuntungan bank disesuaikan dengan jangka waktu pembayarannya atau secara angsuran
sampai lunas. Tingkat margin murabahah tidak berubah sepanjang jangka waktu, walaupun suku bunga dipasaran naik.
e. Pembiayaan Istishna Dalam pembiayaan ini, barang yang diperjual belikan belum jadi, tetapi
akan dikerjakan. Contohnya, pesanan atas rumah yang masih akan dibangun Nasabah memesan barang-barang yang akan dibangun kepada bank
kemudian bank akan memesan kepada developer atau kontraktor untuk mengerjakan rumah yang dipesan. Jadi mekanismenya dilakukan secara
pararel. Bank akan membayar kepada developer atau kontraktor secara lunas sesuai pekerjaan pembangunan. Setelah barang selesai dikerjakan dan
diserahkan kepada nasabah, bank akan membukukan sebagai asset istishna dan selanjutnya nasabah membayar secara lunas atau angsuran.
f. Pembiayaan Wakalah prinsip perwakilan Pada prinsipnya, wakalah adalah surat kuasa biasa. Kuasa ini sering
digunakan dalam pembiayaan murabahah. Adakalanya bank tidak bisa mencari dan membeli sendiri barang yang akan dijual kepada nasabah.dalam
kasus ini, bank dapat me-wakalah-kan atau menguasakan kepada nasabah untuk membeli barang yang diperlukan. Selanjutnya, nasabah memberikam
bukti-bukti kuitansi dan dokumen pembelian kepada bank. g. Pembiayaan Khusus Pekerja Bank Mandiri syariah
Sebagai upaya sosialisasi kepada pekerja, syariah mandiri juga menyalurkan dana pembiayaan khusus bagi pekerja bank syariah mandiri, dengan margin
rate khusus. Jangka waktu pembiayaan bisa sampai 5 tahun. Karena margin ratenya khusus, maka persyaratannya juga khusus harus dipenuhi, yaitu surat
keterangan atasan, surat permohonan pemotongan gaji melalui Automatic Fund
Transfer. h. Pembiayaan Qardhul Hasan
Pembiayaan ini sering disebut dengan istilah pembiayaan kebajikan, istilah ini muncul karena dana yang digunakan untuk jenis pembiayaan ini bukan
berasal dari dana produktif, melainkan diambil dari dana zakat, infaq dan shadaqah. Alokasi pembiayaan ini adalah untuk keperluan sosial baik secara
individu maupun kelompok. Dalam pembiayaan ini adalah dalam rangka
mewujudkan tanggung jawab sosial. Dari pembiayaan ini, bank tidak mengambil tambahan keuntungan sama sekali kalaupun pihak nasabah akan
menambahkan dari perputaran usahanya, maka dana tersebut hanya akan menambahkan jumlah dana zakat, infaq, dan shadaqah.