6
dicerai, maka ia dapat mengajukan upaya hukum untuk mempertahankan haknya. Bahkan, jika ia tidak bisa mendapatkan haknya pada Pengadilan tingkat pertama
dengan cara banding, maka ia masih bisa mengajukan upaya hukum pada tingkat Mahkamah Agung yang biasa disebut dengan kasasi.
Dari semua realita tersebut, dapat ditemukan indikasi adanya perbedaan antara hukum fiqih dengan hukum positif di Indonesia. Yakni, jika fiqih terkesan
tidak memberikan hak bagi seorang istri untuk terlibat dalam talak lebih-lebih dapat mengajukan penolakan terhadap talak yang diajukan suaminya, maka hukum positif
Indonesia justru sebaliknya memberikan hak kepada seorang istri untuk dapat turut andil dalam proses talak dan pada beberapa pasalnya menyatakan secara implisit
bahwa istri dapat mengajukan hak-nya untuk menolak talak yang diajukan suaminya. Berdasarkan sebuah kesimpulan awal bahwa terdapat perbedaan antara fiqih
dengan hukum positif di Indonesia berkenaan dengan ada atau tidaknya hak istri dalam menolak talak yang diajukan suaminya, maka penulis terinspirasi mengambil
judul untuk skripsi ini adalah: “Hak Istri Untuk Menolak Talak Perspektif Fiqih dan Hukum Positif”
.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Untuk mempertegas arah pembahasan dalam skripsi ini, maka penulis akan merinci rumusan permasalahannya dalam bentuk pertanyaan. Adapun rumusan
permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana otoritas istri dalam menerima dan menolak talak?
7
2. Bagaimana batas hak wanita dapat menolak talak berdasarkan Fiqih klasik dan kontemporer?
3. Bagaimana batas hak wanita dapat menolak talak berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan UUP dan Kompilasi Hukum Islam
KHI?. 4. Bagaimana perbandingan antara Fiqih dan Hukum Positif dalam memandang
permasalahan hak istri untuk menolak talak?. Agar pokok permasalahan dalam memahami skripsi ini tidak terlalu meluas
dan tetap pada pembahasan utamanya sehingga dapat lebih terfokus, oleh karena itu penulis akan mengemukakan batasan-batasan persoalan dalam skripsi ini hanya pada
beberapa permasalahan. Secara lebih spesifik penulis hanya membatasi pada masalah perbedaan hak seorang istri untuk menolak talak perspektif fiqih lintas lima madzhab
Syafi’i, Hambali, Maliki, Hanafi dan Ja’fari dan hukum positif.
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari kajian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengungkapkan tentang ada tidaknya hak seorang istri dalam menerima dan menolak talak.
2. Untuk mengungkapkan bagaimana batasan peran seorang istri dalam menolak talak berdasarkan kajian lintas perspektif Fiqih lintas lima madzhab; Syafi’i,
Hambali, Maliki, Hanafi dan Ja’fari.
8
3. Untuk mengungkapkan bagaimana batasan peran seorang istri dalam menolak talak berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
UUP dan Kompilasi Hukum Islam KHI. 4. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan Fiqih dan Hukum Positif dalam
memandang permasalahan hak istri dalam menolak talak. Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengertian secara akademis mengenai hak istri dalam permasalahan talak.
2. Memberikan wacana tentang peran seorang istri dalam menolak talak ditinjau dari kajian lintas perspektif Fiqih lintas lima madzhab; Syafi’I, Hambali, Maliki,
Hanafi dan Ja’fari dan Hukum Positif serta perbandingan dari kedua perspektif tersebut.
3. Memberikan kesadaran bagi wanita agar dapat mengerti tentang hak-hak dan peran sertanya dalam permasalahan talak.
D. Studi Kajian Terdahulu