15
3 Analisa Data
Seluruh data yang diperoleh kemudian dianalisa dan disusun secara sistematis dengan mengunakan metode deskriptif analitis yakni dengan
memberikan gambaran terhadap objek permasalahan, sekaligus memberikan analisanya dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis.
Adapun untuk teknik penulisan, penulis merujuk kepada buku panduan penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Fakultas Syari’ah Dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan
Adapun untuk menjaga sistematika penulisan sehingga terfokus pada kajian yang dimaksudkan, maka penulisan ini disusun berdasarkan sistematika berikut ini.
Pada bab pertama, dikemukakan mengenai pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan skripsi ini. Dalam hal ini penulis mengemukakan kronologis
permasalahan yang muncul berkenaan dengan perbedaan yang terjadi dalam masalah otoritas talak perspektif fiqih dan hukum positif di Indonesia. Selain itu juga
permasalahan sejauh mana eksistensi seorang istri dalam sebuah proses perceraian. Setelah itu, dikemukakan batasan dan rumusan permasalahan yang akan
dikemukakan pada skripsi ini. Penulis menjelaskan bahwa kajian ini merupakan kajian analisa hukum tentang kuasa seorang istri dalam menolak talak dari
suaminya. Kemudian dijelaskan mengenai tinjauan review kajian terdahulu, objek penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
16
Pada bab kedua, akan dikemukakan tentang tinjauan teoritis tentang akad nikah sebagai sebuah perikatan. Penulis memulai tinjauan teoritisnya dari
permasalahan perikatan yang kemudian dikaitkan dengan perikatanakad nikah sampai pada berakhirnya sebuah perikatanakad nikah. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui tentang subtansi perikatanakad nikah. Dari sini, penulis akan dapat mengetahui apakah talak itu merupakan sebuah “aqad” yang di dalamnya terkandung
unsur ijab dan qabul atau ia tidak mengandung unsur ijab dan qabul. Hal ini sangat berpengaruh dalam menganalisa tentang ada tidaknya hak istri untuk menolak talak.
Jika talak itu merupakan sebuah akad maka dibutuhkan adanya orang yang akan menjadi pengucap ijab dan qabul dan hal ini memerlukan kesepakatan keduanya agar
akad tersebut menjadi absah. Sebaliknya, jika shigat talak ini tidak mempunyai unsur-unsur ijab dan qabul maka dalam keabsahannya tidak dibutuhkan adanya
kesepakatan dari kedua belah pihak. Dalam pembahasan ini akan diuraikan tentang perikatan dan aqad, yang kemudian mengarah pada masalah akad nikah hingga
berakhirnya pernikahan tersebut.
Pada bab ketiga, akan diungkapkan pembahasan tentang hak istri untuk
menolak talak. Pada bab ini pembahasan sudah mulai mengarah pada pembahasan inti tentang hak istri menolak talak suami perspektif fiqih dan hukum positif. Pada
sub bab-nya akan membahas hak istri untuk menolak talak perspektif fiqih klasik dan kontemporer juga menurut perspektif hukum positif, dalam hal ini adalah KHI dan
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.
17
Pada bab keempat, akan dikemukakan tentang analisa penulis tentang perbandingan otoritas istri untuk menolak talak setelah melihat dari berbagai
perspektif yang sudah dikemukakan sebelumnya. Adapun yang menjadi pembahasan adalah persamaan dan perbedaan serta analisa dari penulis sendiri berkenaan dengan
masalah yang dikaji. Pembahasan itu meliputi apakah kontradiktif permasalahan ini bagian dari perbedaan dinamis atau bahkan perbedaan kontradiktif antara hukum
fiqih dan hukum positif, memahami subtansi perbedaan dan bagaimana solusi menghadapi perbedaan.
Pada bab kelima, disajikan penutup yang berupa kesimpulan dari kajian dalam tulisan ini. Dalam hal ini, penulis akan menyimpulkan tentang ada atau
tidaknya otoritas istri untuk menolak talak suaminya yang secara lansung akan menjadi jawaban dari permasalahan yang dirumuskan sebelumnya. Selain itu,
kesimpulan ini juga disertai dengan saran yang berhubungan dengan kajian ini.
18
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG AKAD NIKAH
SEBAGAI SEBUAH PERIKATAN
A. Perikatan