Klasifikasi Fungi TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Klasifikasi Fungi

Mc. Kane 1996 mengatakan setiap fungi tercakup di dalam satu kategori taksonomi, dibedakan atas tipe spora, morfologi hifa, dan siklus seksualnya. Kelompok-kelompok ini adalah : Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Kecuali Deuteromycetes semua fungi menghasilkan spora seksual. Berikut tabel untuk membedakan lima kelompok fungi. Tabel 2.1. Pengelompokan Jamur dan Ciri-ciri Umum Kelompok Hifa Spora Seksual Spora aseksual yang umum diamati Beberapa genera yang penting Oomycetes Nonseptate Oospora Zoospora Plasmopora Sclerospora Phytophfora Zygomycetes Nonseptate Zygospora Sporangiospora Mucor Rhizopus Ascomycetes Septate Ascospora Conidia Arthospora Blastophora Aspergillus Peniccilium Basidiomycetes Septate Basidiospora Tidak ada karakteristik khusus Cryptococcus Amanita Deuteromycetes Septate Tidak ada Conidia Arthospora Blastophora Chlamydospora Candida Sporotrix Sumber : Mc. Kane 1996 a. Oomycetes Sebagian besar anggotanya hidup di air atau dekat badan air. Miselium terdiri atas hifa tidak bersekat, bercabang dan banyak mengandung inti. Hidup sebagai saprofit dan ada juga yang parasit. Pembiakan aseksual dengan zoospora, pembiakan seksual dengan oospora. Beberapa contoh : Saprolegnia sp., Achyla sp., Sclerospora sp., Phytophtora sp. Gambar berikut menunjukkan Siklus hidup Oomycetes menurut Alexopoulos 1979. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1. Siklus Hidup Saprolegnia A. Hifa somatic; B. Zoosporangia; C. Zoospor primer; D. Sista; E. Germinasi; F. Zoospor sekunder; G. Sista; H. Germinasi; I. Gametangia; J. Gametangia hasil meiosis; K. Diferensiasi oospor; L. Plasmogami; M. Kariogami; N. Oospor; O. Germinasi oospor yang dihasilkan oogonium. Universitas Sumatera Utara b. Zygomycetes Memiliki hifa yang tidak bersekat dan memiliki banyak inti disebut hifa senositik dari bahasa latin coenocytic. Kebanyakan kelompok ini saprofit. Berkembang biak secara aseksual dengan spora, secara seksual dengan zigospora. Ketika sporangium pecah, sporangiospora tersebar, dan jika jatuh pada medium yang cocok akan tumbuh menjadi individu baru. Hifa yang senositik akan berkonjugasi dengan hifa lain membentuk zigospora. Gambar berikut menunjukkan Siklus hidup Zygomycetes menurut Landecker 1982. Gambar 2.2. Siklus Hidup Mucor mucedo dari kelompok Zygomycetes Universitas Sumatera Utara c. Ascomycetes Golongan jamur ini memiliki ciri dengan spora yang terdapat di dalam kantung yang disebut askus. Askus adalah sel yang membesar yang di dalamnya terdapat spora yang disebut akospora. Setiap askus biasanya memiliki 2-8 askospora. Kelompok ini memiliki 2 stadium perkembangbiakan yaitu stadium konidium atau stadium seksual dan stadium askus atau stadium aseksual. Kebanyakan ascomycetes bersifat mikroskopis, sebagian kecil bersifat makroskopis yang memiliki tubuh buah. Gambar berikut menunjukkan Siklus hidup Ascomycetes menurut Landecker 1982. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3.Siklus Hidup dari a Saccharomyces cereviseae b Saccharomyces ludwigii c Dipodases aggregatus d. Basidiomycetes Basidiomycetes memiliki spora yang disebut basidiospora. Sebagian besar makrofungi yang kita kenal adalah Basidiomycota Gandjar,et al., 2006. Universitas Sumatera Utara Kebanyakan anggota basidiomycetes adalah cendawan, jamur payung, dan cendawan berbentuk bola yang disebut juga jamur berdaging. Basidiospors yang dilepas dari cendawan menyebar dan berkecambah menjadi hifa vegetatif yang haploid disebut miselium primer. Pada banyak spesies miselium ini pada mulanya berinti banyak, kemudian terjadi persekatan sehingga miselium berinti satu yang haploid. Selanjutnya terjadi plasmogami antara dua hifa yang kompatibel membentuk miselium sekunder yang berinti dua yang masing-masing haploid. Miselium sekunder berbiak dengan cara khusus. Tiap inti membelah diri dan belahan berkumpul lagi tanpa mengadakan karyogami, sehingga miselium sekunder tetap berinti dua. Miselium sekunder yang telah terhimpun banyak membentuk jaringan teratur membentuk basidiokarp dan basidiofor disebut miselium tersier. Pada gills lamella di bagian ujung hifa berinti dua terbentuk probasidium setelah terjadi karyogami, selanjutnya inti probasidium mengalami meiosis dan menghasilkan Basidiospora. Basidiospora dapat bertangkaikan sterigma atau langsung duduk pada Basidiumepibasidum Dwidjoseputro, 1978. Gambar berikut menunjukkan tubuh buah basidiomycetes dan siklus hidup dari basidiomycetes, menurut Bold 1987. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.4. Skematik dari jamur Amanita A. Stadium kancing, B. Jamur Dewasa Gambar 2.5. Siklus Hidup dari jamur makro kelompok Basidiomycetes Universitas Sumatera Utara e. Deuteromycetes Jamur yang hifanya bersekat menghasilkan konidia namun jamur ini tidak atau belum diketahui cara pembiakan generatifnya. Dwidjoseputro, 1978. Deuteromycetes disebut juga Fungi Imperfecti jamur tidak sempurna. Penamaan atau pengelompokan itu bersifat sementara. Karena segera setelah diketahui cara reproduksi generatifnya pembentukan askus dikelompokkan ke Ascomycetes. Deuteromycetes secara filogenitik bukan merupakan suatu kelompok taksonomi Gandjar,et al., 2006.

2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fungi