Analisis Korelasi Antara Faktor Fisik dan Keanekaragaman Jenis

Hemiselulosa rantainya pendek dibandingkan selulosa dan merupakan polimer campuran dari berbagai senyawa gula, seperti xylosa, manosa, arabinosa, dan galaktosa.

4.6. Analisis Korelasi Antara Faktor Fisik dan Keanekaragaman Jenis

Berdasarkan pengukuran faktor fisik lingkungan yang telah dilakukan pada setiap lokasi penelitian, dan dikorelasikan dengan Indeks Keanekaragaman H’, maka diperoleh nilai Indeks Korelasi seperti pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Analisis Korelasi Antara Faktor Fisik dan Keanekaragaman Jenis Korelasi Pearson Kelembaban Udara Suhu Udara Intensitas Cahaya pH H’ 0,698 - 0,528 - 0,707 - 0,137 Keterangan: Nilai + = Arah Korelasi Searah Nilai - = Arah Korelasi Berlawanan Tanda = Berpengarauh sangat nyata Dari Tabel 4.8. dapat dilihat bahwa hasil uji analisa korelasi Pearson antara beberapa faktor fisik kimia lingkungan berbeda tingkat korelasi dan arah korelasinya dengan indeks Keanekaragaman H’. Nilai positif + menunjukkan semakin besar nilai faktor fisik kimia maka nilai indeks keanekaragaman akan semakin besar pula, begitu juga sebaliknya, sedangkan nilai negatif - menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara nilai faktor fisik lingkungan dengan nilai H’, artinya semakin besar nilai faktor fisik kimia lingkungan maka nilai H’ akan semakin kecil, Universitas Sumatera Utara begitu juga sebaliknya, jika semakin kecil nilai faktor fisik kimia maka nilai H’ akan semakin besar. Kelembaban rata-rata yang terdata selama penelitian adalah 88. Menurut Santoso, et al., 1999 pertumbuhan jamur memerlukan kelembaban 70-80 dan menurut Deacon 1984 pertumbuhan jamur dapat berlangsung dengan kelembaban minimal 70. Dari data ini menunjukkan bahwa kelembaban berkorelasi searah atau nilai positif dengan keanekaragaman jenis jamur sesuai dengan Tabel 4.8., korelasi antara kelembaban dengan keanekaragaman jenis. Suhu lingkungan udara yang terdata selama penelitian rata-rata 27°C. Menurut Garraway dan Evans 1984 jamur makro memerlukan suhu diatas 20°C dan menurut Deacon 1984, suhu optimum untuk pertumbuhan jamur 25-35°C. Kondisi suhu berhubungan dengan kelembaban, bila suhu semakin tinggi akan menyebabkan penguapan semakin besar sehingga kelembaban menurun. Bila kelembaban menurun akan menurunkan kemampuan pertumbuhan jamur yang selanjutnya menurunkan keanekaragaman jenis, sesuai dengan Tabel 4.8. tentang korelasi suhu udara dengan keanekaragaman yang bernilai negatif arah korelasi berlawanan. Korelasi antara cahaya dengan keanekaragaman jenis bernilai negatif atau korelasi berlawan, semakin besar cahaya, indeks keanekaragaman semakin kecil. Korelasi antara pH dengan keanekaragaman jenis bernilai negatif, semakin besar pH, nilai indeks keanekaragaman semakin kecil. Universitas Sumatera Utara V . KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan