Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Kemerataan E

hujan yang cukup tinggi selama jalannya penelitian. Curah hujan tinggi ini merupakan salah satu ciri dari hutan hujan tropis Barnes,et al., 1998. Banyaknya jamur yang tumbuh di hutan Bukit Lawang juga didukung oleh faktor pH. Nilai pH yang diukur sebagai parameter pengamatan adalah pH tanah atau substrat tempat tumbuhnya jamur. Selama penelitian pH rata-rata tercatat adalah 6,6 Tabel 4.3.. Ini mengindikasikan bahwa tanah di lokasi penelitian cenderung asam dan keadaan ini sangat sesuai untuk kehidupan jamur. Menurut Barnes,et al., 1998, jamur yang tumbuh di lantai hutan umumnya pada kisaran pH 4–9, dan optimumnya pada pH 5–6 Carlile dan Watkinson, 1994. Konsentrasi ion hydrogen pH pada substrat bisa mempengaruhi pertumbuhan meskipun tidak langsung tetapi berpengaruh terhadap ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan atau beraksi langsung pada permukaan sel. Hal ini memungkinkan nutrisi yang diperlukan jamur untuk tumbuh dengan baik cukup tersedia. Kebanyakan jamur tumbuh dengan baik pada pH yang asam sampai netral Carlile dan Watkinson, 1994.

4.3. Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Kemerataan E

Indeks keanekaragaman jenis berfungsi untuk menunjukkan keanekaragaman jenis dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah jenis di antara jumlah total individu seluruh jenis yang ada. Indeks kemerataan digunakan untuk mengetahui penyebaran suatu jenis pada daerah tertentu. Michael 1994, mengemukakan bahwa keanekaragaman jenis juga sangat penting dalam menentukan batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistem alam oleh campur tangan manusia atau alam itu sendiri. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan analisis data yang dilakukan, indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan jamur makroskopis di daerah ekowisata Bukit Lawang dapat dilihat pada tabel Tabel 4.4. di bawah ini. Tabel 4.4. Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Kemerataan E 1 2 4 11 1-2 Seluruh Lokasi H’ 2,732 2,05 2,243 2,333 2,842 3,645 E 0,820 0,695 0,749 0,807 0,7991 0,825 Dari Tabel 4.4. dapat kita lihat bahwa trail 1-2 memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi yaitu 2,842, dan terendah pada trail 2 dengan nilai indeks keanekaragaman 2,05. Indeks keanekaragaman pada seluruh kawasan penelitian adalah 3,645. Odum 1993 menyatakan bahwa semakin banyak jumlah jenis, maka semakin tinggi keanekaragamannya. Sebaliknya, bila nilainya kecil maka komunitas tersebut didominasi oleh satu atau sedikit jenis. Keanekaragaman jenis juga dipengaruhi oleh pembagian penyebaran individu dalam tiap jenisnya, tetapi bila penyebaran individu tidak merata maka keanekaragaman jenis dinilai rendah. Menurut Smith 1992, keanekaragaman jenis di dalam dan diantara berbagai komunitas melibatkan 3 komponen yaitu ruang, waktu, dan makanan. Dari tabel 4.4. juga dapat dilihat nilai Indeks Kemerataan. Nilai indeks kemerataan tertinggi pada trail 1. Hal ini menunjukkan bahwa kemerataan jenis pada trail 1 lebih tinggi dibandingkan trail yang lainnya. Indeks kemerataan pada kawasan Universitas Sumatera Utara penelitian adalah 0,825, tergolong tinggi. Menurut Krebs 1985, kemerataan dikatakan rendah apabila 0E0,5 dan kemerataan tinggi apabila 0,5E1.

4.4. Indeks Similaritas IS