e. Deuteromycetes
Jamur yang hifanya bersekat menghasilkan konidia namun jamur ini tidak atau belum diketahui cara pembiakan generatifnya. Dwidjoseputro, 1978.
Deuteromycetes disebut juga Fungi Imperfecti jamur tidak sempurna. Penamaan atau pengelompokan itu bersifat sementara. Karena segera setelah diketahui cara
reproduksi generatifnya pembentukan askus dikelompokkan ke Ascomycetes. Deuteromycetes secara filogenitik bukan merupakan suatu kelompok taksonomi
Gandjar,et al., 2006.
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fungi
Pada umumnya, pertumbuhan fungi jamur dipengaruhi oleh faktor substrat, cahaya, kelembaban, suhu, derajat keasaman substrat pH dan senyawa-senyawa
kimia di lingkungannya Gandjar,et al., 2006.
2.3.1 Substrat
Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi jamur. Nutrien-nutrien baru dapat dimanfaatkan sesudah jamur mengeksresi enzim-enzim ekstra seluler yang
dapat mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat tersebut menjadi senyawa- senyawa yang lebih sederhana, banyak jamur memiliki kemampuan mengeksresikan
beberapa jenis enzim ke lingkungan yang menguraikan karbohidrat kompleks, antara lain cellulase, amilase, pectinase, chitinase, dextranase, xylanase. Sebab selulosa
adalah polisakarida utama di dalam jaringan tumbuhan yang menjadi sumber karbon potensial bagi jamur Garraway, 1984.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Cahaya
Spektrum cahaya dengan panjang gelombang 380-720 nm relatif berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur, juga berpengaruh terhadap sporulasi Deacon, 1988.
Pengaruh cahaya terhadap reproduksi jamur cukup kompleks. Tingkat perkembangan yang berbeda membutuhkan sinar yang berbeda. Intensitas, durasi, kualitas cahaya
menentukan besarnya pengaruh cahaya terhadap jamur. Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap pembentukan struktur alat-
alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun proses reproduksi memerlukan cahaya, hanya fase tertentu saja yang memerlukan cahaya, atau secara bergantian
struktur berbeda di dalam sporokarp dapat memberi respon berbeda terhadap cahaya. Contoh spesies Discomycetes Sclerotina sclerotiorum akan terbentuk dalam kondisi
gelap, namun memerlukan cahaya untuk pembentukan pileusnya Purdy, 1956. Cahaya hanya diperlukan untuk pembentukan pileus dari spesies Basidiomycetes
Lentinus tuber-regium Galleymore, 1949. Menurut Landecker 1982 jamur dapat dibagi menjadi 5 lima kelompok
didasarkan atas respon terhadap cahaya, yaitu : 1 kelompok yang nyata tidak terpengaruh oleh cahaya; 2 kelompok yang sporulasinya mengalami penurunan atau
terhalang oleh paparan cahaya; 3 kelompok yang memerlukan cahaya secara bergantian antara terang dan gelap untuk proses sporulasi; 4 kelompok yang dapat
memproduksi spora fertil pada kondisi tanpa sinar tapi sporulasinya akan aktif pada kondisi banyak sinar; 5 kelompok yang memerlukan sinar yang cukup untuk
memproduksi struktur reproduktif dan spora-spora.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Kelembaban