6. Peningkatan atau penciptaan bagian pendapatankeuntungan yang dapat diperoleh petani dan kegiatan off farm pengelolaan dan pemasaran melalui
koperasi dan kemitraan Bappeda Kab. Karo, 2006.
Pengembangan komoditas hortikultura diprioritaskan pada komoditas unggulan yang mengacu pada besarnya pangsa pasar, keunggulan kompetitif, nilai ekonomi,
sebaran wilayah produksi dan kesesuaian agroekologi. Berdasarkan hal tersebut ditetapkan komoditas unggulan hortikultura sebagai berikut: tanaman buah terdiri
atas pisang, mangga, manggis, jeruk, durian; tanaman sayuran terdiri atas kentang, cabe merah, bawang merah; tanaman hias terdiri atas anggrek dan tanaman
biofarma terdiri atas rimpang. Disamping komoditas unggulan nasional, juga dikembangkan komoditas unggulan daerah disesuaikan dengan permintaan pasar
regional maupun nasional Anonimous, 2009
.
http:www.hortikultura.deptan.go.id.
2.1.2. Agroforestri
Agroforestri merupakan sistem pengelolaan lahan yang mensinergiskan antara kelebihan pertanian dan kehutanan. Ruang temu interface antara pohon dan
tanaman pertanian merupakan kunci dalam pengelolaan agroforestri menurut Huxley 1985 kunci untuk memahami potensi biologi dan pengendalian sistem
agroforestri dan respon komponen tanaman terhadap lingkungan dalam sistem agroforestri yaitu treecrop interface. Di dalam ruang temu ini sebenarnya
kepentingan petani untuk menghadirkan komponen penyusun dari pohon dan tanaman semusim, sehingga kehadiran dua komponen tersebut harus
memperhatikan interaksinya. Menurut Nair 1993 dalam sistem ilmu pertanian
Universitas Sumatera Utara
agroforestri dikenal adanya beberapa interaksi yang bersifat positip pada wilayah pertemuan antara pohon dan tanaman semusim tree-crop interface Suryanto,
2005. http:docs.google.com
.
Konsep agroforestri didapat dari observasi sistem hutan buatan yang dikelola masyarakat di Indonesia. Di berbagai daerah di kepulauan, para petani telah
menciptakan dan melestarikan sistem-sistem yang tepat guna, yang memadukan tradisi pengelolaan hutan dengan perkembangan pertanian. Sistem ini
menggunakan struktur-struktur hutan buatan pada lahan-lahan pertanian. Apakah sistem ini disebut “hutan”, “kebun” atau “agroforestri” tidaklah penting.
“agroforestri” hanyalah istilah yang dipakai untuk menekankan interaksi yang erat antara komponen-komponen pertanian dan kehutanan dalam konteks pengelolaan
sumberdaya alam. Agroforestri merupakan konsep baru bagi para ilmuwan dan para pembuat kebijaksanaan Anonymous, 2009.
http:www.worldagroforestricentre.org .
Program pengembangan agribisnis kehutanan dapat terlaksanadilakukan dengan cara rehabilitasi dan konservasi lahan kritis yang bertujuan untuk menghijaukan
kembali lahan-lahan kritis. Program ini mencakup: 1 Reboisasi dan penghijauan lahan kritis
2 Pengembangan hutan tanaman industri 3 Pengembangan hutan kemasyarakatan agroforestri
4 Pengembangan hutan rakyat
Universitas Sumatera Utara
5 Konservasi lahan melalui pembuatan terasering dan check dam Tim teknis kelompok kerja, 2005.
Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 6 ayat 1 dan2, membagi hutan menurut fungsi pokoknya menjadi 1 hutan konservasi, 2 hutan
lindung dan 3 hutan produksi. Definisi yang diberikan untuk ”hutan produksi” adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
Interpretasi menyimpang membuat hutan tersebut dikhususkan untuk tujuan produksi saja tanpa memperhatikan fungsi yang lain seperti pengaturan tata air,
pencegahan banjir dan erosi, memelihara kesuburan tanah, pelestarian lingkungan hidup, konservasi keanekaragaman hayati dan sebagainya irwanto,2006.
http:coba1.netai.netbahankuliahkehutananjadul.
Konservasi atau conservation dapat diartikan sebagai suatu usaha pengelolaan yang dilakukan oleh manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Konservasi
dapat menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya secara berkelanjutan untuk generasi manusia saat ini, serta tetap memelihara potensinya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi generasi generasi yang akan datang. Dalam jangka panjang harus sudah dimulai pengelolaan hutan berdasarkan
kesesuaian lahan, membentuk unit-unit ekologis berdasarkan kaidah ekosistem yang mempunyai respon yang sama baik dalam produktivitas maupun jasa
lingkungannya. Aspek ini tampak semakin penting belakangan ini terutama bila dikaitkan dengan desakan pihak lain untuk menyelenggarakan agribisnis di areal
hutan produksi. Terlepas dari berbagai faktor yang berpengaruh mulai dari politik,
Universitas Sumatera Utara
sosial, ekonomi dan kelembagaannya, masalah ini dapat didekati dengan menyusun klasifikasi lahan yang baik, agar dapat dideliniasi dengan jelas
kawasan-kawasan yang bisa ditolerir untuk agribisnis dan kawasan yang harus dilakukan pengelolaan hutan berbasis konservasi, sehingga kualitas lingkungan
yang menjadi tanggungjawab hutan produksi dapat tetap dipertahankan irwanto,2006. http:coba1.netai.netbahankuliahkehutananjadul.
Beberapa Perbedaan Penting antara Agroforestri Tradisional dan Agroforestri Modern.
Aspek Tinjauan Agroforestri Tradisional
Agroforestri Modern Kombinasi Jenis Tersusun atas banyak
jenispolyculture, dan hampir keseluruhannya
dipandang penting; banyak dari jenis-jenis lokal dan
berasal dari permudaan alami
Hanya terdiri dari 2-3 kombinasi jenis, di mana salah
satu-nya merupakan komoditi yang diunggulkan; seringkali
diperkenalkan jenis unggul dari luar exotic species
Struktur Tegakan
Kompleks, karena pola tanamnya tidak teratur,
baik secara horizontal ataupun vertikal
acakrandom Sederhana, karena biasanya
menggunakan pola lajur atau baris yang berselang-seling
dengan jarak tanam yang jelas.
Orientasi Penggunaan
Lahan Subsisten hingga semi
komersial meskipun tidak senantiasa dilaksanakan
dalam skala kecil Komersial, dan umumnya
diusahakan dengan skala besar dan oleh karenanya padat
modal capital intensive
Keterkaitan Sosial Budaya
Memiliki keterkaitan sangat erat dengan sosial-
budaya lokal karena telah dipraktekkan secara turun
temurun oleh masyarakatpemilik lahan
Secara umum tidak memiliki keterkaitan dengan sosial
budaya setempat, karena diintrodusir oleh pihak luar
proyek atau pemerintah
Sardjono dkk., 2003. http:www.worldagroforestricentre.orgsea.
Pengembangan agroforestri, menurut Raintree 1983 meliputi tiga aspek, yaitu: 1 Meningkatkan produktivitas sistem agroforestri,
Universitas Sumatera Utara
2 Mengusahakan keberlanjutan sistem agroforestri yang sudah ada dan 3 Penyebarluasan sistem agroforestri sebagai alternatif atau pilihan dalam
penggunaan lahan yang memberikan tawaran lebih baik dalam berbagai aspek adoptability Anonimous, 2009.
http:acehpedia.org .
Sistem agroforestri telah dilaksanakan sejak dahulu kala oleh para petani di berbagai daerah dengan aneka macam kondisi iklim dan jenis tanah serta berbagai
sistem pengelolaan. Sistem pengelolaan yang berbeda-beda itu dapat disebabkan oleh perbedaan kondisi biofisik tanah dan iklim, perbedaan ketersediaan modal
dan tenaga kerja, serta perbedaan latar belakang sosial-budaya. Oleh karena itu produksi yang dihasilkan dari sistem agroforestri juga bermacam-macam,
misalnya buah-buahan, kayu bangunan, kayu bakar, getah, pakan, sayur-sayuran, umbi-umbian, dan biji-bijian Widianto dkk, 2003.
http:www.worldAgroforestri centre.orgsea
.
Pengembangan setiap komoditi unggulan meliputi produktivitas jenis bibit unggul, metode produksi, biaya investasi, biaya produksi, harga jual, dan
pendapatankeuntungan per Ha atau per unit usahatani. Dengan adanya skenario atau road map serta mempertimbangkan masalah-masalah yang dihadapi maka
jelas cara pengembangan kawasan agropolitan, sehingga target setiap komoditi dan skala usaha yang diperlukan petani untuk mencapi target pendapatan sebesar
US 3000 per kapita dalam 10 tahun Bappeda Kab. Karo, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Inventarisasi Agroforestri