Voluntary Counseling and testing VCT, dalam bahasa Indonesia disebut konseling dan tes sukarela, VCT merupakan kegiatan konseling bersifat sukarela dan rahasia, yang
dilakukan sebelum dan sesudah tes darah untuk HIV di Laboratorium. Tes HIV dilakukan setelah klien terlebih dahulu memahami dan menandatangani informed consent yaitu surat
persetujuan setelah mendapat penjelasan yang lengkap dan benarKPAI,2007
2.9.1. Proses Konseling
Konseling merupakan proses interaksi antara konselor dan klien yang membuahkan kematangan kepribadian pada konselor dan memberikan dukungan mental-emosional kepada
klien. proses konseling mencakup upaya-upaya yang realistik dan terjangkau serta dapat dilaksanakan.
Proses konseling hendaknya mampu : a.
Memastikan klien mendapatkan informasi yang sesuai fakta. b.
Menyediakan dukungan saat kritis. c.
Mendorong perubahan yang dibutuhkan untuk mencegah atau membatasi penyebaran infeksi.
d. Membantu klien memusatkan perhatian dan mengenali kebutuahan jangka pendek
serta jangka panjang dirinya sendiri. e.
Mengajukan tindakan nyata yang sesuai untuk dapat diadaptasikan klien dalam kondisi yang berubah.
f. Membantu klien memahami informasi peraturan perundang-undangan tentang
kesehatan dan kesejahteraan.
Universitas Sumatera Utara
g. Membantu klien untuk menerima informasi yang tepat, dan menghargai serta
menerima tujuan tes HIV baik secara teknik, sosial, etika dan implikasi hukum. Selama proses konseling konselor bertindak sebagai pantulan cermin bagi pikiran,
perasaan dan perilaku klien, dan konselor memandu klien menemukan jalan keluar yang diyakininya. konseling sering kali diperlukan, tergantung dari masalah dan kebutuhan klien.
2.9.2. Tahapan Konseling
13
a. Konseling pra tes Tahapan ini adalah permulaan pengenalan konseling dengan klien, hal – hal apa saja
yang akan dilakukan selama proses konseling dimulai dari tahap ini. tahapan ini adalah awal dari VCT . Dimulai dari pengenalan karakteristik klien, sampai ke pemahaman klien terhadap
HIVAIDS. Dalam tahap ini konselor harus dapat memahamkan klien tentang : 1.
Implikasi mengenai status serologi 2.
Cara beradaptasi dengan informasi baru 3.
Membuat persetujuan tes informed consent 4.
Dilakukan sebelum menjalani test, berisi : •
Pemahaman HIVAIDS dan tes •
Pemahaman profil risiko klien •
Diskusi seksualitas, relasi, perilaku seksual •
Perilaku berkaitan dengan penggunaan Napza •
Cara Prevensi b. Konseling pasca test
Universitas Sumatera Utara
Tahapan ini dilakukan setelah klien selesai melakukan tes darah di laboratorium. konseling pada tahapan ini sangat penting karena pada tahap ini emosional klien akan sangat
terungkap pada konseling, konseling ini seharusnya : 1.
Konseling pasca tes selalu harus ditawarkan pada klien 2.
Tujuan utama adalah memahami hasil tes dan beradaptasi dengan serologi Bila hasil Positif + :
1. Hasil segera disampaikan kepada klien dengan jelas dan nada suara datar, lakukan
dukungan emosional pada klien dan diskusikan tentang cara menghadapinya 2.
Pastikan klien mempunyai dukungan emosional cukup dan segera dari orang dekatnya 3.
Diskusi hubungan seks aman 4.
Konseling memberikan dukungan akan perlunya terapi perawatan diri – gaya hidup sehat
5. Bagi keluarga yang membutuhkan konseling agar dapat mendukung klien dan diri
sendiri. Bila hasil Negatif - :
1. Diskusikan perubahan perilaku ke arah hidup sehat
2. Motivasi klien untuk mengubah perilaku dengan memberikan akses rujukan pelayanan
3. Hasil negatif bukan berarti tak terinfeksi, ulangi tes 1 – 3 bulan lagi.
2.9.3. Pentingnya VCT