23
1.4.2 Teori
Teori dapat digunakan sebagai landasan kerangka berfikir dalam membahas permasalahan. Teori merupakan prinsip-prinsip umum yang
ditarik dari fakta-fakta, dan juga dugaan yang menerangkan sesuatu Marzuki 1999:33. Serangkaian konsep atau konstruk yang berhubungan
dengan lainnya, dan juga suatu rangkaian dari proporsi yang mengadung suatu pandangan sistematis dari fenomena merupakan pemahaman teori
menurut Kerlinger 1973. Teori juga dapat berarti sebagai suatu analisis terhadap suatu hal yang sudah terbukti dan teruji kebenarannya. Teori juga
merupakan landasan berpikir secara ilmiah untuk menguji, membandingkan, atau menerapkan untuk objek penelitian. Dalam
pembahasan ini teori dapat digunakan sebagai landasan dan kerangka berpikir dalam membahas setiap permasalahan. Oleh karena itu, penulis
mengadopsi beberapa teori sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini. Untuk melihat fungsi peada upacara perkawinan Batak Toba, penulis
mengunakan pendekatan
yang dikemukakan oleh Soedharsono yang mengelompokkan seni pertunjukan ke dalam tiga kategoriyaitu 1 sebagai sarana
ritual, 2 sebagai hiburan pribadi, dan 3 presentasi estetis. Pendekatan ini tidak jauh berbeda dengan Merriam dalam bukunya The Antropology of Music
1964:219-226 yang membagi musik ke dalam 10 kategori fungsi, yaitu fungsi : 1 pengungkapan emosional, 2 penghayat estetis, 3 hiburan, 4 komunikasi,
5 perlambangan, 6 reaksi jasmani, 7 berkaitan dengan norma-norma social, 8 pengesahan lembaga social, 9 kesinambungan kebudayaan, 10
24 pengintegrasian masyarakat. Namun Soedharsono lebih memperkecil fungsi seni
untuk memudahkan penulis menganalisis fungsi upacara tersebut. Menurut Soekanto, perubahan terjadi karena usaha masyarakat
untuk menyesuaikan diri sesuai kebutuhan situasi dan kondisi yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat Soekanto 1992:21. Suatu
kebudayaan tidaklah bersifat statis, melainkan selalu berubah dengan kemajuan zaman sebab kebudayaan bukanlah suatu hal yang lahir hanya
sekali Ihromi 1987:32. Herskovits dalam Merriam mengemukakan bahwa perubahan dan
kelanjutan kontinuitas merupakan suatu tema yang digunakan untuk memahami sifat stabil dan dinamis yang melekat dalam setiap kebudayaan.
Berkaitan dengan fenomena ini, teori kebudayaan secara umum mengasumsikan bahwa setiap kebudayaan beroperasi dalam kerangka
waktu yang terus mengalami kelanjutan, dimana variasi-variasi dan perubahan yang terjadi adalah hal yang tidak dapat dielakkan Merriam
1964:303. Selain itu penulis juga menggunakan teori perubahan budaya.
Menurut Herskovitz perubahan kebudayaan dapat dilihat dari dua titik pandang, yaitu bagaimana yang terjadi di masa lampau dan masa sekarang.
Berdasarkan titik pandang pertama, mereka selalu mempergunakannya dalam istilah difusi yang didefenisikan sebagai transmisi budaya dalam
proses. Perubahan dapat dipandang dari bagaimana asal-usul sebuah kebudayaan tersebut apakah karena faktor internal atau eksternal.
Perubahan yang terjadi karena faktor internal disebut inovasi, dan perubahan karena faktor eksternal disebut akulturasi 1948 : 525.
25 Sependapat dengan uraian tersebut, Koentjaraningrat 1965:135 juga
mengemukakan tentang salah satu faktor yang menyebabkan perubahan kebudayaan, yaitu: inovasi innovation adalah suatu proses perubahan
kebudayaan yang besar tetapi yang terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Proses ini meliputi satu penemuan baru, jalannya unsur itu disebarkan ke lain
bagian masyarakat dan cara unsur kebudayaan tadi diterima, dipelajari, dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Kemudian Lauwer juga
berpendapat bahwa terjadinya suatu perubahan dapat diakibatkan oleh adanya akulturasi acculturation, dimana akulturasi disini mengacu pada pengaruh suatu
kebudayaan lain atau saling mempengaruhi antara dua kebudayaan yang mengakibatkan terjadinya suatu perubahan 1989:402. Perubahan kebudayaan
adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh sejumlah warga masyarakat yang terdapat dalam aturan-aturan atau nomra-norma,
nilai-nilai, teknologi, selera dan rasa keindahan atau kesenian dan bahasa. Perubahan kebudayaan bisa mencakup salah satu unsurnya dan mempengaruhi
unsur-unsur kebudayaan lainnya, atau juga dapat merubah seluruh unsur-unsur kebudayaan tersebut. Suparlan, 2004:24.
Gondang sabangunan pada kebudayaan Batak Toba khususnya dalam Upacara Perkawinan telah mengalami perkembangan dan
masyarakat Toba itu sendiri menerima perubahan musik tersebut. Perubahan yang terjadi adalah dengan bertambahnya instrument musik
modern seperti keyboard, saxophone, dan terompet yang ikut menjadi kesatuan dengan alat musik tradisional tersebut. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kebudayaan luar dapat mempengaruhi kebudayaan lain, hal ini dikemukakan oleh L. Dyson dalam Sujarwa 1987:39 yang
26 mengatakan bahwa sikap menerima dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu: faktor kebutuhan, keuntungan langsung yang dapat dinikmati, senang pada satu hal yang baru, dan sifat inovatif yang ingin
berkreasi. Ada juga sikap menolak yang disebabkan oleh anggapan bahwa hal-hal yang baru tersebut merugikan, atau bertentangan dengan tata nilai
yang dianut sebelumnya. Kontinuitas merupakan perwujudan dari pelestarian dan regenerasi
terhadap masalah yang digarap untuk mencapai pengembangan yang diharapkan. Pada ranah sosiologis, kontinuitas diwujudkan dalam bentuk
kesepahaman komunitas untuk melakukan pemberdayaan atas masalah yang diangkat ke dalam penetapan yang diinginkan secara representatif
menghasilkan perilaku budaya, respons internalisasi pengembangan yang diharapkan dalam mencapai tujuan yang menjadi komitmennya.
Gondang sabangunan merupakan music rakyat folk music yang dipelajari secara oral oleh seniman Batak Toba telah mengalami
kontinuitas dan perubahan dalam musiknya, hal ini diungkapkan oleh Bruno Nettl dan Gerald Behague 1991:4 yang mengatakan bahwa:
“…in a folk or nonliterature..a song must be sung, remembered, and taught by one generation to the next. If this does, not happen,
it dies and is lost forever. There is another alternative: if it is not accepted by it’s audience, it may be change to fit the need and
desires of the people who perform and hear it. Bruno Nettl dan Gerald Behague mengatakan bahwa sebuah
kebudayaan rakyat atau kebudayaan tidak tertulis, sebuah lagu music harus dinyanyikan, diingat dan diajarkan dari satu generasi ke genarasi
27 berikutnya. Jika hal itu tidak terjadi maka lagu atau musik tersebut akan
hilang atau punah. Tetapi ada alternative lain, jika lagu atau musik tersebut tidak diterima oleh penonton audiens, hal ini mungkin dapat diubah atau
diberi inovasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan orang- orang yang mempertunjukkan atau mendengarnya.
1.5 Metode Penelitian