76 Dalam hal ini, fungsi musik pada upacara adat perkawinan sebagai media
komunikasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu komunikasi secara vertikal dan komunikasi secara horizontal. Komunikasi secara vertikal yakni
komunikasi antara manusia dengan pencipta, sedangkan komunikasi secara horizontal yakni komunikasi antara manusia dengan sesama. Sebagai
bentuk komunikasi yang bersifat vertikal dapat kita lihat ketika musik memainkan repertoar gondang tertentu seperti repertoar Gondang Somba-
somba yang memiliki makna penghormatan dan penyembahan kepada sang Pencipta, dimana sang Pencipta dalam repertoar ini menyampaikan
sebuah pesan kepada semua yang hadir pada acara tersebut. Sedangkan bentuk komunikasi yang bersifat horizontal dapat dilihat pada saat
sipargonsi memainkan repertoar seperti repertoar Gondang Elek-elek,
Gondang Liat yang mencerminkan komunikasi antara pargonsi pemain musik dengan panortor orang yang menari.
3.3.5 Fungsi perlambangan
Dalam berbagai budaya bangsa yang masih mempertahankan tradisi nenek moyang mereka, musik digunakan sebagai sarana mewujudkan simbol-
simbol dari nilai-nilai tradisi dan budaya setempat. Kesenangan, kesedihan, kesetiaan, kepatuhan, penghormatan, rasa bangga, atau
perasaan-perasaan khas mereka disimbolkan melalui musik baik secara sendiri maupun menjadi bagian dari tari, syair, dan upacara.
Alan P. Merriam juga mengatakan bahwa musik dapat berfungsi sebagai perrlambangan atau simbol dari tingkah laku manusia
23
23
Alan P. Merriam, 1964, hal. 119-222
. Berbicara
77 mengenai tingkah laku, orang lain diluar etnis Batak pada umumnya
memandang bahwa masyarakat Batak Toba dikenal dengan sifatnya yang keras, tegas, prinsipil, yang terkesan kasar dan cepat dalam berbicara. Jika
ditinjau dari segi musiknya, hal tersebut bisa diterima karena bukti tersebut dapat dilihat dari musik dan repertoar yang disajikan pada setiap acara adat
masyarakat Batak Toba, biasanya repertoar gondang selalu dibawakan dengan nuansa intonasi yang tegas, nada dan lirik yang sangat rapat
dengan tempo dan durasi yang berbeda-beda. Hal ini membuktikan bahwa musik dapat menunjukkan identitas dari masyarakat pendukungnya, dan
musik atau repertoar yang mereka sajikan sesungguhnya melambangan gambaran umum tentang tingkah laku dari masyarakat Batak Toba itu
sendiri. Melalui repertoar gondang yang dimainkan juga dapat diketahui bahwa
repertoar tersebut adalah lambangidentitas dari kelompok tertentu, misalnya gondang sampur marmeme atau pasu-pasua dimana kelompok
hula-hula manortor bersama dengan hasuhutan maka gerakan mengangkat tangan sejajar bahu dengan posisi telungkup adalah melambangkan bahwa
hula-hula adalah sumber berkat bagi borunya.
3.3.6 Fungsi reaksi jasmani
Fungsi musikal musik pada upacara perkawinan sebagai reaksi jasmani sejalan dengan fungsinya sebagai pengungkapaan emosional dan
fungsinya sebagai penghayatan estetis, karena reaksi jasmani muncul ketika adanya penghayatan yang menghasilkan emosional, dan emosional
tersebut yang kemudian diungkapkan melalui reaksi jasmani. Sebagai
78 wujud dari fungsi reaksi jasmani dapat dilihat dengan mengambil contoh
pada saat manortor pada pesta adat perkawinan masyaraakat Batak Toba. Ketika pemain musik pargonsi memainkan musik dengan repertoar yang
baik, maka sipanortor akan manortor kegirangan sambil mengeluarkan seruan “eee..mmada...” yang secara harafiah diartikan “ya inilah
kegembiraan kita” Sebaliknya ketika lagu atau repertoar yang dimainkan oleh pargonsi
pemusik kurang keindahannya bagi panortor, maka dengan spontan para audiance akan mendapat teriakan dan sorakan negatif dari para panortor.
Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa nikmat atau tidaknya sajian sebuah musik akan memperoleh reaksi jasmani positif
maupun negatif pula dari orang yang mendengarkan.
3.4 Musik pada Upacara Adat Perkawinan Batak Toba sebagai kajian Kontinuitas dan Perubahan