78 wujud dari fungsi reaksi jasmani dapat dilihat dengan mengambil contoh
pada saat manortor pada pesta adat perkawinan masyaraakat Batak Toba. Ketika pemain musik pargonsi memainkan musik dengan repertoar yang
baik, maka sipanortor akan manortor kegirangan sambil mengeluarkan seruan “eee..mmada...” yang secara harafiah diartikan “ya inilah
kegembiraan kita” Sebaliknya ketika lagu atau repertoar yang dimainkan oleh pargonsi
pemusik kurang keindahannya bagi panortor, maka dengan spontan para audiance akan mendapat teriakan dan sorakan negatif dari para panortor.
Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa nikmat atau tidaknya sajian sebuah musik akan memperoleh reaksi jasmani positif
maupun negatif pula dari orang yang mendengarkan.
3.4 Musik pada Upacara Adat Perkawinan Batak Toba sebagai kajian Kontinuitas dan Perubahan
3.4.1 Kajian perubahan musik pada upacara adat perkawinan
Dalam pembahasan ini penulis mefokuskan ensambel musik yang berkembang pada masyarakat Batak Toba. Dalam hal ini penulis
memfokuskan kajian pada musik yang masih berlanjut hingga sekarang ini pada penggunaannya dalam upacara adat perkawinan masyarakat Batak
Toba. Penulis akan mengkaji musik yang digunakan pada upacara adat perkaawinan di Kota Medan mulai dari era 80-an hingga sekarang. Ada
yang berlanjut dan ada perubahan yang terjadi pada musik yang dipakai dalam upacara adat perkawinan di Kota Medan. Seperti menurut Soekanto,
perubahan terjadi karena usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri sesuai
79 kebutuhan situasi dan kondisi yang timbul sejalan dengan pertumbuhan
masyarakat Soekanto 1992:21. Musik yang pada era 80-an dengan pada era zaman sekarang telah
mengalami perubahan dan perkembangan dalam struktur musiknya. Seperti hasil wawancara dengan Marsius Sitohang selaku dosen uning-
uningan di Departemen Etnomusikilogi bahwa pada era 80-an musik perkawinan terbagi menjadi 3 tiga bagian; yakni gondang sabangunan,
uning-uningan, dan musik tiup. Penggunaan dari ketiga bagian musik tersebut dimainkan harus sesuai dengan rasa dan perpaduan yang cocok
pada saat proses mangulosi berlangsung, dengan kata lain ada saatnya masing-masing dari bagian musik tersebut dimainkan. Namun setelah
jaman opera masuk dan berkembang, mulailah terjadi perubahan dari segi struktur musiknya. Musik yang di pakai telah terjadi pencampuran, seperti
mulai berlakunya permainan sulim dengan taganing, hasapi, doal, garantung, hesek. Mulai dari tahun 90-an disitulah mulai terjadi perbahan
dalam struktur musiknya, ada yang tetap digunakan, ada yang tidak lagi digunakan, dan telah terjadi pengkolaborasian dengan alat musik modern
seperti zaman sekarang ini. Tabel 1. Struktur musik perkawinan era 80-an
Ensambel Instrumen
Sifat Gondang
sabangunan Taganing
Sarune Ogung oloan ihutan,
panggoran, doal
Berdiri sendiri
80 Hesek
Uning-uningan Garantung
Sulim Hasapi
Hesek Berdiri sendiri
Musik tiup Terompet
Tuba Trombone
drum tenor Berdiri sendiri
Tabel 2. Struktur musik perkawinan era 90-an Ensambel
Instrumen Sifat
Vokal Musik tiup
Terompet Sulim
Taganing Ogung
Hasapi Hesek
Campuran yang berasal
dari gondang
sabanguna n dan
gondang hasapi dan
musik tiup Lazimnya
repertoar pada saat
mangulos i telah
terdapat nyanyian
, diiringi oleh
vokal dan
musik.
81 Tabel 3. Struktur musik perkawinan era 2000-an
Ensambel Instrumen
Sifat Vokal
Musik Terompet
Saxophone Taganing
Hasapi Kibod
sulim Telah terjadi
pengkolabo rasian
dengan alat musik
modern. Lagu yang
digunakan makin
bervariasi; lagu Batak
Toba, lagu pop, lagu
pop diluar tradisi Batak
Toba. Jenis vokal pun
makin beragam,
yakni: solo, trio, grup.
3.4.2 Kajian kontinuitas musik pada upacara adat perkawinan