6. Penggolongan Tindak Pidana di Bidang Psikotropika dan

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 h. Berdasarkan perlu tidaknya pengaduan dalam hal penuntutan, maka dapat dibedakan atas tindak pidana biasa gewone delicten dan tindak pidana pengaduan klacht delicten. i. Berdasarkan berat ringannya pidana yang diancamkan maka dapat dibedakan antara tindak pidana dalam bentuk pokok, tindak pidana yang diperberat dan tindak pidana yang diperingan. j. Berdasarkan kepentingan hukum yang dilindungi, maka dapat dibedakan atas tindak pidanaperbuatan pidana terhadap nyawa, harta benda, tindak pidana kesusilaan dan sebagainya. k. Dari sudut berapa kali perbuatan untuk menjadi suatu larangan dibedakan atas tindak pidana tunggal dan tindak pidana berangkai.

E. 6. Penggolongan Tindak Pidana di Bidang Psikotropika dan

Narkotika E.

6. 1. Penggolongan Tindak Pidana di bidang Psikotropika

Sesuai dengan pengertian pasal 1 butir I Undang-Undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika yang dimaksud dengan Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Rumusan perbuatan pidana yang dilarang dalam tindak pidana di bidang psikotropika pada dasarnya harus mengacu pada ketentuan perundang- undangan yang mengatur mengenai psikotropika tersebut yaitu Undang Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, yaitu dalam ketentuan Pasal 59 sampai dengan 72 Undang-Undang No.5 Tahun 1997 yang merupakan ketentuan khusus. Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 Dari seluruh tindak pidana yang diatur di dalam Undang-Undang psikotropika No.5 tahun 1997, dilihat dari segi bentuk perbuatannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sebagai berikut : 28 1. Kejahatan yang menyangkut produksi psikotropika 2. Kejahatan yang menyangkut peredaran psikotropika 3. Kejahatan yang menyangkut ekspor dan impor psikotropika 4. Kejahatan yang menyangkut penguasaan psikotropika 5. Kejahatan yang menyangkut penggunaan psikotropika 6. Kejahatan yang menyangkut pengobatan dan rehabilitasi psikotropika 7. Kejahatan yang menyangkut label dan iklan psikotropika 8. Kejahatan yang menyangkut transito psikotropika 9. Kejahatan yang menyangkut pelaporan kejahatan di bidang psikotropika 10. Kejahatan yang menyangkut saksi dalam perkara psikotropika 11. Kejahatan yang menyangkut pemusnahan psikotropika Mengenai bagaimana bentuk masing-masing kejahatan di atas, akan dibicarakan sebagai berikut: 1. Kejahatan yang menyangkut produksi psikotropika Kejahatan yang menyangkut produksi psikotropika diatur pada Pasal 59 ayat 1 huruf b, Pasal 59 ayat 2 dan ayat 3, dan pasal 60 ayat 1 Undang- Undang Psikotropika. Pengertian produksi psikotropika dalm Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No.5 tahun 1997 tidak hanya kegiatan membuat psikotropika, akan tetapi lebih luas lagi dari itu, yaitu berupa kegiatan atau proses menyiapkan, mengolah, membuat, menghasilkan, mengemas,danatau mengubah bentuk psikotropika. 2. Kejahatan yang menyangkut peredaran psikotropika 28 Gatot Supramono, Hukum Narkoba Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2004, hal. 66. Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 Untuk Kejahatan yang menyangkut peredaran psikotropika terdapat pada Pasal 59 ayat 1 huruf c dan Pasal 60 ayat 2, ayat 3 dan ayat 4 Undang- Undang Psikotropika No.5 tahun 1997. Yang termasuk dalam kegiatan peredaran psikotropika yaitu setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan psikotropika, baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan maupun pemindahtanganan. 3. Kejahatan yang menyangkut ekspor dan impor psikotropika Kejahatan yang termasuk kegiatan ekspor dan impor psikotropika diatur pada Pasal 59 ayat 1 huruf d, Pasal 61 ayat 1 dan ayat 2, dan Pasal 63 ayat 1 Undang- Undang Psikotropika No.5 tahun 1997. 4. Kejahatan yang menyangkut penguasaan psikotropika Kata penguasaan di sini diartikan dengan memiliki, menyimpan atau membawa. Sehubungan dengan itu, kejahatan yang menyangkut penguasaan psikotropika diatur dalam Pasal 59 ayat 1 huruf e, Pasal 62 ayat 1 huruf a Undang-Undang Psikotropika. 5. Kejahatan yang menyangkut penggunaan psikotropika Hanya ada satu pasal saja yang mengatur mengenai kejahatan penggunaan psikotropika yaitu Pasal 59 ayat 1 huruf a. Ketentuan Pasal ini khusus penggunaan psikotropika golongan I. Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 Selain untuk kepentingan ilmu pengetahuan, tujuan penggunaan psikotropika sesuai Undang-Undang No.5 Tahun 1997 adalah ntuk kepentingan pelayanan kesehatan, oleh karena itu penggunaan psikotropika selain untuk kepentingan pengetahuan dan kesehatan merupakan kejahatan yang menyangkut penggunaan psikotropika. 6. Kejahatan yang menyangkut pengobatan dan rehabilitasi psikotropika Kejahatan menyangkut pengobatan dan rehabilitasi hanya diatur dalam 1 satu pasal yaitu Pasal 64 Undang-Undang Psikotropika No.5 tahun 1997. Kejahatan yang menyangkut pengobatan dan rehabilitasi meliputi kegiatan menghalang-halangi penderita sindroma ketergantungan untuk menjalani perawatan danatau pengobatan pada fasilitas rehabilitasi dan kegiatan menyediakan fasilitas rehabilitasi tanpa izin. Perbuatan menghalang-halangi caranya bisa bermacam-macam seperti dengan ancaman, paksaan atau bujukan, sehingga si penderita tidak dapat menjalani pengobatan atau perawatan penyakitnya. Delik ini bukan delik materiil, karena tidak perlu menunggu timbulnya akibat, cukup korban merasa terhalang niatnya untuk melakukan pengobatan. Mengenai larangan untuk menyelenggarakan rehabilitasi secara gelap, tijuannya supaya tidak merugikan pasien dan kegiatannya dapat dikontrol pemerintah. 7. Kejahatan yang menyangkut label dan iklan psikotropika Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 Kejahatan menyangkut label dan iklan psikotropika yaitu diatur dalam Pasal 63 ayat 2 huruf a, huruf b dan huruf c Undang-Undang Psikotropika. Hampir semua hasil produksi yang dikeluarkan oleh pabrik dan dijual kepada masyarakat lebih banyak diiklankan, karena dengan mengiklankan menjadikan masyarakat mengenal akan sebuah produk dan sekaligus mengetahui akan kegunaannya. Sehubungan dengan hal tersebut, karena psikotropka tersebut hanya dapat diproduksi dalam bentuk obat dan salah satu fungsinya untuk pelayanan kesehatan, tentu tidak terlepas dari masalah iklan untuk kepentingan menawarkan produk tersebut. Undang-Undnag Psikotopika pada prinsipnya melarang mengiklankan psikotropika, baik secara terang-terangan maupun secara terselubung. Larangan itu dimaksudkan untuk melindungi masyarakat terhadap penyalahgunaan psikotropika atau penggunaan psikotropika yang merugikan. 8. Kejahatan yang menyangkut transito psikotropika Kejahatan yang menyangkut transito psikotropika diatur dalam Pasal 63 ayat 1 huruf b dan huruf c. Transito adalah pengangkutan psikotropika di wilayah Republik Indonesia dengan atau tanpa berganti sarana dua Negara lintas Pasal 1 angka 10 Undang- Undang Psikotropika, yang dimaksudkan di sini, pengangkut psikotropika ke Negara tertentu sebelum sampai ke tujuannya singgah atau transit terlebih dahulu di suatu Negara. Pada waktu transit wajib memenuhi syarat-syarat yang ditentukan pada Negara yang disingggahi. Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 Mengenai kejahatan menyangkut transito psikotropika dalam Pasal 63 ayat terdiri atas 2 dua kegiatan yaitu melakukan kegiatan Negara tujuan ekspor dan melakukan pengemasan kembali psikotropika tanpa izin. Kedua ketentuan tersebut hanya ditujukan kepada pengangkut asing yang melakukan transit di Indonesia dan tujuannya untuk mencegah penyelundupan psikotropika. 9. Kejahatan yang menyangkut pelaporan kejahatan di bidang psikotropika Sesuai dengan Pasal 65 Undang-Undang psikotropika No.5 tahun 1997, setiap orang dilarang untuk bertindak pasif apabila melihat atau mengetahui peristwa pemilikan maupun penyalahgunaan psikotropika karena dianggap oleh undang-undang sengaja menbiarkan kejahatan di bidang psikotropika yang sangat merugikan bangsa dan Negara. 10. Kejahatan yang menyangkut saksi dalam perkara psikotropika Sesuai dengan Pasal 66 Undang-Undang Psikotropika, saksi dalam pengadilan dilarang untuk menyebutkan identitas pelapor. Larangan dalam Pasal tersebut ditujukan selain kepada saksi, juga kepada jaksa, pengacara, dan panitera. 11. Kejahatan yang menyangkut pemusnahan psikotropika Sesuai dengan Pasal 63 ayat 3 huruf d bahwa pemusnahan psikotropika harus dilakukan dengan mematuhi ketentuan yang berlaku.

E. 6. 2. Penggolongan Tindak Pidana di Bidang Narkotika