6. 2. Penggolongan Tindak Pidana di Bidang Narkotika

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 Mengenai kejahatan menyangkut transito psikotropika dalam Pasal 63 ayat terdiri atas 2 dua kegiatan yaitu melakukan kegiatan Negara tujuan ekspor dan melakukan pengemasan kembali psikotropika tanpa izin. Kedua ketentuan tersebut hanya ditujukan kepada pengangkut asing yang melakukan transit di Indonesia dan tujuannya untuk mencegah penyelundupan psikotropika. 9. Kejahatan yang menyangkut pelaporan kejahatan di bidang psikotropika Sesuai dengan Pasal 65 Undang-Undang psikotropika No.5 tahun 1997, setiap orang dilarang untuk bertindak pasif apabila melihat atau mengetahui peristwa pemilikan maupun penyalahgunaan psikotropika karena dianggap oleh undang-undang sengaja menbiarkan kejahatan di bidang psikotropika yang sangat merugikan bangsa dan Negara. 10. Kejahatan yang menyangkut saksi dalam perkara psikotropika Sesuai dengan Pasal 66 Undang-Undang Psikotropika, saksi dalam pengadilan dilarang untuk menyebutkan identitas pelapor. Larangan dalam Pasal tersebut ditujukan selain kepada saksi, juga kepada jaksa, pengacara, dan panitera. 11. Kejahatan yang menyangkut pemusnahan psikotropika Sesuai dengan Pasal 63 ayat 3 huruf d bahwa pemusnahan psikotropika harus dilakukan dengan mematuhi ketentuan yang berlaku.

E. 6. 2. Penggolongan Tindak Pidana di Bidang Narkotika

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 Sebelum membahas penggolongan tindakpidan di bidang narkota haruslah terlebih dahulu mengetahui pengertian narkotika. Yang pertama kali mengunakan istilah narkotika adalah orang Yunani. Mereka menggunakan istiah “narkotikos”, yang berarti kaku seperti patung atau tidur. Di Yunani orang yang mengantuk disebut “narkotikos”. Lma kelamaan perkataan narkotikos mengalami perubahan makna menjadi bahan yang menyebabkan seseorang manjadi tidur. Pengertian narkotika berkembang terus dan tidak hanya terbatas pada pengertian obat yang menyebabkan tidur. Namun narkotika juga meliputi obat yang menyebabkan sebaliknya yaiti menyebabkan seseorang tidak dapat tidur, bersemangat dan memperoleh tenaga. Obat semacam ini disebut perangsang susunan saraf pusat, contohnya amphetamine. Dengan lahirnya Undang-Undnag No.22 tahun 1997 tentang Narkotika, maka pengertuian narkotika mengalami perubahan. Pada Pasal 1 butir I Undang- Undang No.22 tahun 1997 tentang Narkotika yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Mengenai rumusan tindak pidana yang termasuk dalam perbuatan pidana narkotika pada dasarnya harus mengacu kepada ketentuan perundag-undangan yang mengatur mengenai narkotika yaitu Undang-Undang No.22 Tahun 1997 yaitu dalam ketentuan Pasal 78 sampai dengan Pasal 100 Undang-Undang No.22 tahun 1997 tentang Narkotika yang merupakan ketentuan khusus. Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 Walaupun Undang-Undang No.22 tahun 1997 tentang Narkotika tidak menyebutkan bahwa tindak pidana yang diatur di dalamnya adalah tindak kejahatan, akan tetapi tidak perlu disangsikan lagi semua tindak pidana dalam undang-undang tersebut merupakan kejahatan. Alasannya, kalau narkotika hanya untuk pengobatan dan kepentingan ilmu pengetahuan, maka apabila ada perbuatan di luar kepentingan-kepentingan tersebut sudah merupakan kejahatan, mengingat besarnya akibat yang ditimbulkan dari pemakaian narkotika secara tidak sah sangat membahayakan bagi jiwa manusia. 29 Dari ketentuan pidana yang diatur dalam Bab XII Undang-Undang No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika dapat dikelompokkan dari segi bentuk perbuatannya menjadi sebagai berikut : 30 1. Kejahatan yang menyangkut produksi narkotika 2. Kejahatan yang menyangkut jual beli narkotika 3. Kejahatan yang menyangkut pengangkutan dan transito narkotika 4. Kejahatan yang menyangkut penguasaan narkotika 5. Kejahatan yang menyangkut penyalahgunaan narkotika 6. Kejahatan yang menyangkut tidak melaporkan pecandu narkotika 7. Kejahatan yang menyangkut label dan publikasi narkotika 8. Kejahatan yang menyangkut jalannya peradilan narkotka 9. Kejahatan yang menyangkut penyitaan dan pemusnahan narkotika 10. Kejahatan yang menyangkut keterangan palsu 11. Kejahatan yang menyangkut penyimpangan fungsi lembaga 12. Kejahatan yang menyangkut pemanfaatan anak di bawah umur. Mengenai bagaimana bentuk masing-masing kejahatan di atas, akan dibicarakan sebagaimana di bawah ini : 1. Kejahatan yang menyangkut produksi narkotika 29 Gatot Supramono, Op. Cit., hal. 198. 30 Ibid., hal.200. Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 Kejahatan yang menyangkut produksi narkotika diatur dalam Pasal 80 Undang-Undang No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika, namun yang diatur dalam pasal tersebut bukan hanya perbuatan secara tanpa hak dan melawan hukum memproduksi saja melainkan perbuatan yang sejenis dengan itu, berupa mengolah, mengekstraksi, mengkonversi, merakit dan menyediakan narkotika untuk semua golongan. 2. Kejahatan yang menyangkut jual beli narkotika Kejahatan yang menyangkut jual beli narkotika di sini, bukan hanya jual beli dalam arti arti sempit, akan tetapi termasuk pula perbuatan ekspor , impor dan tukar menukar narkotika diatur dalam Pasal 81 Undang-Undang No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika. 3. Kejahatan yang menyangkut pengangkutan dan transito narkotika Kejahatan narkotika dalm arti luas termasuk perbuatan membawa, mengirim dan mentransito narkotika diatur dalam Pasal 81 Undang-Undang No.22 tahun 1997 tentang Narkotika. 4. Kejahatan yang menyangkut penguasaan narkotika Dalam kejahatan ini, undang-undang membedakan antara tindak pidana menguasai narkotika golongan I dengan tindak pidana menguasai narkotika golongan II dan III di lain pihak karena dipengaruhi adanya penggolongan narkotika tersebut yang memiliki fungsi dan akibat yang berbeda Untuk tindak pidana menguasai narkotika golongan I diatur dalam pasal 78 undang-Undang No.22 tahun 1997 tentang narkotika. Sedangkan untuk tindak Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 pidana menguasai narkotika golongan II dan III diatur dalam Pasal 79 Undang- Undang No.22 tahun 1997 tentang narkotika. 5. Kejahatan yang menyangkut penyalahgunaan narkotika Dalam Undang-Undang No.22 tahun 1997 tentang Narkotika, tindak pidana penyalahgunaan narkotika dibedakan atas 2 dua macam yaitu perbuatannya untuk orang lain dan untuk diri sendiri. Tindak pidana penyalahgunaan narkotika terhadap orang lain diatur dalam Pasal 84 Undang-Undang No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika, sedangkan tindak pidana penyalahgunaan narkotika untuk diri sendiri diatur dalam Pasal 85 Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika. 6. Kejahatan yang menyangkut tidak melaporkan pecandu narkotika Undang-Undang No. 22 tahun 1997 mengamanatkan agar keluarga pecandu narkotika atau pecandu narkotika melaporkan atau melaporkan diri. Mengenai hal ini tersebut diatur dalam Pasal 46, 86 dan Pasal 88 Undang-Undang No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika. 7. Kejahatan yang menyangkut label dan publikasi Pasal 41 Undang-Undang No.22 tahun 1997 menyebutkan bahwa pabrik obat diwajibkan mencantumkan kemasan narkotika baik dalam bentuk obat jadi maupun bahan baku narkotika. Kemudian dalam Pasal 42 dan pasal 89 Undang- Undang No.22 tahun 1997 menyebutkan bahwa untuk dapat dipublikasikan syaratnya harus dilakukan pada media cetak ilmiah kedokteran atau media cetak farmasi. Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 8. Kejahatan yang menyangkut jalannya peradilan narkotika Dalam Undang-Undang Narkotika No.22 tahun 1997 perbuatan yang menghalang-halangi atau mempersulit jalannya proses peradilan merupakan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 92. 9. Kejahatan yang menyangkut penyitaan dan pemusnahan narkotika Terhadap barang-barang yang ada kaitannya dengan suatu tindak pidana dilakukan penyitaan untuk selanjutnya dijadikan barang bukti perkara bersangkutan dan barang bukti tersebut harus diajukan dalam persidangan di pengadilan. Apabila barang bukti tersebut terbukti dipergunakan dalam tindak pidana maka harus ditetapkan dirampas untuk dimusnahkan. Dalam perkara narkotika ada kemungkinan barang bukti yang disita berupa tanaman yang jumlahnya sangat banyak, sehingga tidak mungkin semuanya diajukan ke pengadilan. Berdasarkan Pasal 71, terhadap barang bukti yang demikian dilakukan penyisihan yang wajar dan selebihnya dimusnahkan. Tindakan penyidik yang berupa penyisihan, penyitaan dan pemusnahan wajib dibuat dalam berita acara dan dimasukan kedalam berkas perkara. Sehubungan dengan perkara tindak pidana narkotika, apabila terdapat penyidik yang tidak melaksanakan tugas dengan baik maka berdasarkan Pasal 94 Undang-Undang No.22 tahun 1997 Tentang Narkotika tindakan penyidik tersebut merupakan tindak pidana. 10. Kejahatan yang menyangkut keterangan palsu Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 Berdasarkan Pasal 95 undang-Undang No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika, apabila saksi dalam perkara narkotika tidak memberikan keterangan dengan benar dapat dipidana 11. Kejahatan yang menyangkut penyimpangan fungsi lembaga Lembaga-lembaga yang diberi wewenang oleh Undang-Undang Narkotika No.22 Tahun 1997 untuk memproduksi, menyalurkan, atau menyerahkan narkotika yang ternyata melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan Undang- Undang atau melakukan penyalahgunaan narkotika, maka sesuai dengan Pasal 99 Undang-Undang Narkotika No.22 Tahun 1997, pimpinan lembaga yang bersangkutan dapat dijatuhi pidana 12. Kejahatan yang menyangkut pemanfaatan anak di bawah umur Kejahatan di bidang narkotika tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa,melainkan juga dilakukan bersama-sama dengan anak dibawah umur belum genap 18 tahun. Dalam hal ini orang dewasa mempengaruhi anak-anak untuk melakukan perbuatan yang berhubungan dengan narkotika. Pemanfaatan anak di bawah umur untuk melakukan kegiatan narkotika merupakan tidak pidana dan diatur dalam Pasal 87 Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika

E. 7. Anak Pengguna Narkotika dan Psikotropika sebagai Korban