Pengaturan Penyalahgunaan Psikotropika dalam Undang-Undang No.5 2. Ketentuan Perlindungan Korban Penyalahgunaan Psikotropika

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PERUNDANGAN TERHADAP ANAK PELAKU PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA

A. Pengaturan Penyalahgunaan Psikotropika dalam Undang-Undang No.5

Tahun 1997 tentang Psikotropika A. 1. Ketentuan Pidana Terhadap Penyalahgunaan Psikotropika Tindak pidana penyalahgunaan psikotropika diatur dalam Pasal 59 ayat 1 huruf a Undang-Undang Psikotropika No. 5 Tahun 1997, yaitu yang berbunyi sebagai berikut : Barangsiapa : a. menggunakan psikotropika golongan I selain untuk tujuan ilmu pengetahuan, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 empat tahun, paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah, dan paling banyak Rp.750.000.000,- tujuh ratus lima puluh juta rupiah.

A. 2. Ketentuan Perlindungan Korban Penyalahgunaan Psikotropika

Pasal 37 1 Pengguna psikotropika yang menderita sindroma ketergantungan berkewajiban untuk ikut serta dalam pengobatan danatau perawatan. 2 Pengobatan danatau perawatan sebagaimana dimaksud ayat 1 dilakukan pada fasilitas rehabilitasi. Pengobatan dan perawatan terhadap pecandu narkotika dilakukan melalui fasilitas rehabilitasi. Rehabilitasi bagi pecandu narkotika dilakukan dengan maksud untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan fisik, mental dan sosial penderita yang bersangkutan. Sesuai ketentuan Pasal 39 Undang-Undang No.5 Tahun 1997 tentang psikotropika, terdapat 2 dua macam rehabilitasi, yaitu Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Rehabilitasi medis pecandu narkotika dilaksanakan di rumah sakit yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun swasta yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. Meskipun demikian, Undang- Undang memberi kesempatan kepada lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh masyarakat dapat melaksanakan rehabilitasi medis, dengan syarat adanya persetujuan dengan Menteri Kesehatan. Upaya penanganan medis bertujuan untuk menyembuhkan kondisi fisik dari korban, karena orang yang mengkonsumsi narkotika organ tubuhnya seperti jantung, paru-paru, ginjal maupun jaringan saraf mengalami kerusakan, kadar kerusakan masing-masing korban berbeda-beda, tergantung berat ringannya dalam mengkonsumsi narkotika.melalui penanganan medis ini diharapkan organ tubuh yang terganggu dapat berfungsi kembali secara normal, sehingga kondisi fisik dapat dipulihkan. Setelah kondisi fisik penderita pulih maka dilakukan penanganan psikis melalui rehabilitasi sosial. Rehabilitasi sosial pecandu psikotropika diselenggarakan oleh masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan tradisional. Walaupun kondisi fisik pecandu psiotropika telah membaik, namun rehabilitasi sosial terhadap bekas pecandu narkotika harus dilakukan karena korban penyalahgunaan psikotropika juga mengalami gangguan psikis yang sangat labil dan ketergantungan narkotika menyebabkan pengguna mengalami kerusakan moral Oleh karena itu diperlukan penanganan melalui bimbingan keagamaan untuk mengembalikan ke kondisi yang normal. Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009

B. Pengaturan Penyalahgunaan Narkotika dalam Undang-Undang No. 22