Pengaturan Perlindungan Anak sebagai korban penyalahgunaan Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Pelaksanaan Diskresi

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 Upaya penanganan medis bertujuan untuk menyembuhkan kondisi fisik dari korban, karena orang yang mengkonsumsi narkotika organ tubuhnya seperti jantung, paru-paru, ginjal maupun jaringan saraf mengalami kerusakan, kadar kerusakan masing-masing korban berbeda-beda, tergantung berat ringannya dalam mengkonsumsi narkotika.melalui penanganan medis ini diharapkan organ tubuh yang terganggu dapat berfungsi kembali secara normal, sehingga kondisi fisik dapat dipulihkan. Setelah kondisi fisik penderita pulih maka dilakukan penanganan psikis melalui rehabilitasi sosial. 50

C. Pengaturan Perlindungan Anak sebagai korban penyalahgunaan

Narkoba dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Rehabilitasi sosial pecandu narkotika diselenggarakan oleh masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan tradisional. Walaupun kondisi fisik pecandu narkotika telah membaik, namun rehabilitasi sosial terhadap bekas pecandu narkotika harus dilakukan karena korban penyalahgunaan narkotika juga mengalami gangguan psikis yang sangat labil dan ketergantungan narkotika menyebabkan pengguna mengalami kerusakan moral Oleh karena itu diperlukan penanganan melalui bimbingan keagamaan untuk mengembalikan ke kondisi yang normal. Dalam Undang-Undang No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 52 sampai dengan Pasal 66 tercantum hak anak. Salah satunya mengatur hak 50 Parasian Simanungkulangit, Meningkatkan Peran serta Masyarakat Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba, Jakarta: Yayasan Wajar Hidup, 2004, hal. 74-76. Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 anak untuk memperoleh perlindungan dari berbagai bentuk penyalahgunaan narkotika dan psikotropika. Pengaturan tersebut yaitu : Pasal 65: “Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi dan pelecehan seksual, penculikan, perdagangan anak, serta dari berbagai bentuk penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya.”

D. Pengaturan Perlindungan Anak Sebagai Korban Penyalahgunaan

Narkotika Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dalam rangka mengembangkan upaya perlindungan anak, maka harus waspada dan sadar akan akibat-akibat yang tidak diinginkan yang mungkin menimbulkan korban, kerugian karena pelaksanaan perlindungan anak yang tidak rasional positif, tidak bertanggungjawab dan tidak bermanfaat. Oleh sebab itu harus diusahakan adanya suatu ketentuan yang mengatur dan menjamin pelaksanaan perlindungan anak. Berkaitan dengan dengan kebijakan perlindungan anak dalam Undang- Undang Perlindungan Anak, ada diatur mengenai perlindungan anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika dalam bentuk peerlindungan khusus yang tertuang dalam ketentuan Bagian Kelima mengenai Perlindungan Khusus Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yaitu sebagai berikut : Pasal 59 Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 “Pemerintah dan lembaga Negara lainnya berkewajiban dan bertanggungjawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi danatau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya NAPZA, anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan fisik danatau mental, anak penyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran”. Pasal 67 Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya NAPZA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, dan terlibat dalam produksi dan distribusinya, dilakukan melalui upaya pengawasan, pencegahan, perawatan, dan rehabilitasi oleh pemerintah dan masyarakat. Ketentuan dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak tersebut Pasal 59 dan 67, dalam hal pelaksanaannya berkaitan dengan ketentuan dalam Pasal 47 dan Pasal 48 Undang-Undang No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika yaitu anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika dalam Undang-Undang Narkotika dikatakan sebagai penggunapecandu berhak mendapatkan pengobatan danatau perawatan dimana bentuk perlindungan tersebut dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Perlindungan anak sebagai korban penyalahgunaan narkotika diatur dalam ketentuan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak merupakan dasar pertimbangan bagi polisi untuk melaksanakan diskresi kepolisan terhadap penggunapecandu narkotika yang masih tergolong usia anak-anak menurut Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tersebut. Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009

BAB IV DISKRESI KEPOLISIAN DALAM TINDAK PIDANA

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

A. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Pelaksanaan Diskresi

Kepolisian Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika yang Dilakukan Oleh Anak. Sebelum membahas mengenai faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan diskresi kepolisian dalam tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, tentulah harus meninjau dasar hukum pelaksanaan diskresi kepolisian tersebut. Adapun landasan hukum pelaksanaan diskresi kepolisian, adalah sebagai berikut: 1. Pasal 18 Undang-Undang Kepolisian No. 2 Tahun 2002 Konsep mengenai diskresi Kepolisian terdapat dalam Pasal 18 Undang- Undang Kepolisian Nomor 2 tahun 2002, yang berbunyi : 1 Untuk kepentingan umum, pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri. 2 Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 Rumusan kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Pasal 18 ayat 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 ini merupakan kewenangan yang bersumber dari asas kewajiban umum Kepolisian plichtmatigheids beginsel yaitu suatu asas yang memberikan kewenangan kepada pejabat kepolisian untuk bertindak atau tidak bertindak menurut penilaiannya sendiri, dalam rangka kewajiban umumnya menjaga, memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum. Secara umum, kewenangan ini dikenal sebagai diskresi kepolisian yang keabsahannya didasarkan pada pertimbangan keperluannya untuk tugas kewajiban PFLICHTMASSIGES ERMESSEN. Substansi Pasal 18 ayat 1 Undang-undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002 merupakan konsep kewenangan kepolisian yang baru diperkenalkan walaupun dalam kenyataan sehari-hari selalu digunakan. Oleh karena itu, pemahaman tentang diskresi kepolisian dalam pasal 18 ayat 1 harus dikaitkan juga dengan konsekuensi pembinaan profesi yang diatur dalam pasal 1, 32, dan 33 Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 sehingga terlihat adanya jaminan bahwa petugas Kepolisisan Negara Republik Indonesia akan mampu mengambil tindakan secara tepat dan professional berdasarkan penilaiannya sendiri dalam rangka pelaksanaan tugasnya. Rumusan dalam pasal 18 ayat 2 merupakan rambu-rambu bagi pelaksanaan diskresi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yaitu selain asas keperluan, tindakan diskresi tetap harus sesuai dan memperhatikan peraturan Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 perundang-undangan serta kode etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. 51 2. Pasal 7 ayat 1 KUHAP Konsep pelaksanaan diskresi juga terdapat dalam pasal 7 ayat 1 KUHAP, yang berbunyi: 1. Penyidikan pejabat polisi negara Republik Indonesia akan akan kewajibannya mempunyai wewenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal tersangka d. Melakukan penangkapan, penahanan,pengeledahan, penyitaan e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang g. Memanggil orang untuk di dengan dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi h. Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara i. Mengadakan penghentian penyelidikan j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah batasan-batasan atau ukuran yang harus dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan menerapkan diskresi kepolisian di berbagai wilayah penegakan hukum dan ketertiban. Dengan demikian polisi akan terjaga dari tindakan yang dapat dikategorikan sebagai penyalahgunaan wewenang atau melakukan penyimpangan. Secara teoritis, 51 http:www.contohskripsitesis.com.Diakses pada tanggal 28 Juli pukul 11.50 wib. Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 ketentuan di atas juga selaras dengan asas-asas hukum kepolisian yang mnetapkan ukuran-ukuran penggunaan diskresi. Ukuran itu adalah asas kewajiban yang meliputi empat sub asas, yakni: 52 1. Asas keperluan, artinya diskresi dilakukan apabila tindakan itu memang diperlukan, untuk meniadakan gangguan yang menimbulkan kerugian. 2. Asas masalah, yaitu bahwa tindakan yang dilakukan polisi harus dikaitkan dengan permasalahan dan tindakan polisi tidak memiliki motivasi pribadi. 3. Asas tujuan, bahwa tindakan itu dilakukan untuk mencapai tujuan mencegah kerugian dan gangguan,dan 4. Asas keseimbangan, bahwa tindakan diskresi polisi harus seimbang antara tindakan yang keras dan lunak, seimbang dengan alat yang digunakan dengan ancaman yang dihadapi. Dengan demikian kewenangan polisi untuk melakukan pilihan-pilihan tindakan yang diangggap perlu berdasarkan penilaian dan kata hati institusi atau petugas itu sendiri, bukanlah tanpa batas. Keputusan diskresi haruslah berorientasi pada tujuan penegakkan hukum dan ketertiban, tindakannya tidak berlebihan, tidak melanggar HAM, sesuai dengan keperluannya, dan tidak memiliki motivasi pribadi. Dengan demikian keputusan diskresi, sekalipun menyimpang dari aturan formal, dapat dibenarkan karena tindakannya sesuai dengan koridor karena berorientasi pada tujuan dan manfaat bagi masyarakat luas. Dari sisi organisasi kepolisian, penggunaan diskresi merupakan jawaban untuk mengatasi keterbatasan sumber daya. Untuk memutuskan masalah mana dan bagaimana cara mengatasinya, pembuat kebijakan kepolisian dan petugas lapangan mendasarkan pada asas keperluan. Ini artinya polisi baru akan 52 Subroto Brotodiredjo Sitompul dalam Saeffurochman Ahmad, Diskresi Kepolisian Dalam Penyidikan Tindak Pidana Narkoba di Polda Metro Jaya, Tesis, Pasca Sarjana UI Jakarta, 2001, hal. 26-27. Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 menggunakan diskresi kalau memang hal itu diperlukan atau seperlunya saja. Dengan demikian harus dicegah agar pelaksanaan diskresi tidak melanggar hak- hak masyarakat. Dalam rangka pelaksanaan penegakkan hukum, diskresi sangat penting karena: 53 1. Tidak ada peraturan perundang-undangan yang sedemikian lengkapnya, sehingga dapat mengatur semua perilaku manusia. 2. Adanya kelambatan-kelambatan untuk menyesuaikan perundang- undangan dengan perkembangan-perkembangan di dalam masyarakat, sehingga menimbulkan ketidakpastian. 3. Kurangnya biaya untuk menerapkan perundang-undangan sebagaimana yang dikehendaki oleh pembentuk undang-undang. 4. Adanya kasus-kasus individual yang memerlukan penanganan khusus. Anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri, dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang. Pelaksanaan pembinaan dan memberikan perlindungan terhadap anak diperlukan dukungan baik menyangkut kelembagaan maupun perangkat hukum yang lebih mantap dan memadai. Oleh karena itu ketentuan mengenai penyelengaraan penyidikan bagi anak yang bersangkutan dengan hukum perlu dilakukan secara khusus. Perlakuan khusus tersebut dapat berupa diskresi yang dilakukan kepolisian yaitu pemberian diskresi terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan 53 Djoko Prakoso, Op. Cit., hal. 167. Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 psikotropika yang dilakukan oleh anak-anak. Bentuk diskresi tersebut yaitu dengan memberikan perlakuan khusus kepada anak-anak penyalahguna narkoba. Anak penyalahguna narkoba diperlakukan sebagai korban, bukan pelaku. Jadi polisi diwajibkan memberikan perlindungan terhadap anak dengan cara mengirim anak ke panti rehabilitasi untuk mendapatkan perawatan sehingga dapat pulih dari ketergantungan. Terobosan hukum di bidang pemberantasan narkoba ini dinyatakan oleh Kapolri Jenderal Polisi Sutanto di Gedung Graha Pena Jawa Pos, Surabaya dalam penandatangan Mou kerjasama antara Grup Jawa Pos dengan Badan Narkotika Nasional BNN. Diskresi terhadap anak-anak pengguna narkotika dan psikotropika merupakan salah satu upaya kepolisian dalam pemberantasan kejahatan di bidang narkotika dan psikotropika. Pemberian diskresi ini khusus diberikan terhadap anak-anak di bawah umur yang menjadi penyalahguna narkotika dan psikotropika. Yang dimaksud anak-anak penyalahguna yaitu anak-anak yang menjadi pecandu atau pengguna narkotika dan psikotropika. Dalam pelaksanaan diskresi, polisi mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan untuk dapat memberlakukan diskresi terhadap anak-anak penyalahguna narkotika dan psikotropika. Adapun pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan diskresi terhadap anak yang menyalahgunakan narkoba, yaitu: 1. Diskresi terhadap anak penyalahguna narkoba merupakan bentuk perlindungan terhadap anak Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 Perlindungan anak adalah meletakkan hak anak ke dalam status sosial anak dalam kehidupan masyarakat, sebagai bentuk perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan anak yang mengalami masalah sosial. Perlindungan dapat diberikan pada hak-hak dalam berbagai proses edukasional terhadap ketidak pahaman dan ketidakmampuan anak dalam melakukan tugas-tugas sosial kemasyaraktan. Perlindungan anak adalah suatu usaha mengadakan kondisi dan situasi, yang memungkinkan pelaksanaan hak dan kewajiban anak secara manusiawi positif. Perlindungan anak merupakan suatu bidang pembangunan nasional. Melindungi anak adalah melindungi manusia, dan membangun manusia seutuh mungkin. Akibat tidak adanya perlindungan anak akan menimbulkan berbagai permasalahan sosial yang dapat mengganggu penegakan hukum, ketertiban, keamanan, dan pembangunan sosial. Maka ini berarti bahwa perlindungan anak harus diusahakan apabila ingin mengusahakan pembangunan nasional dengan baik. Perlindungan anak dalam arti luas adalah semua usaha untuk melindungi anak melaksanakan hak dan dan kewajibannya secara positif. Setiap anak dapat melaksanakan haknya, ini berarti dilindungi untuk memperoleh dan mempertahankan haknya untuk hidup, mempunyai kelangsungan hidup, bertumbuh kembang dan perlindungan dalam pelaksanaan hak dan kewajibannya sendiri dan atau bersama para pelindungnya. 54 54 Romli Atmasasmita, Peradilan Anak di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 1997, hal. 32. Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak Fundamental Right and freedom of Children serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak. Jadi masalah perlindungan anak mencakup ruang lingkup yang sangat luas. Perlindungan hukum bagi anak dapat mencakup berbagai bidang, antara lain : 55 1. perlindungan terhadap hak-hak asasi dan kebebasan anak 2. perlindungan anak dalam proses peradilan 3. perlindungan kesejahteraan anak dalam lingkungan keluarga, pendidikan, dan lingkungan sosial 4. perlindungan anak dalam masalah penahanan dan perampasan kemerdekaan 5. perlindungan anak dari segala bentuk eksploitasi perbudakan, perdagangan anak, pelacuran, pornografi, perdaganganpenyalahgunaan obat-obatan, memperalat anak dalam melakukan kejahatan dan sebagainya 6. perlindungan terhadap anak jalanan 7. perlindungan anak dari akibat-akibat peperangankonflik bersenjata 8. perlindungan anak terhadap tindakan kekerasan. Diskresi terhadap anak yang menyalahgunakan narkoba merupakan suatu bentuk perlindungan terhadap anak. Diskresi tersebut merupakan perwujudan Pasal 66 UU No.23 Tahun 2002 yang menjelaskan tentang perlindungan khusus bagi anak-anak yang berhadapan dengan hukum Anak-anak yang menjadi pemakai narkoba adalah korban perilaku orang dewasa yang berperan sebagai pengedar. Karena itu, pembinaan yang diterapkan terhadapnya tidak bisa disamakan dengan orang dewasa yang juga tersangkut masalah narkoba. Jika dilakukan bersama dengan orang dewasa, justru akan berdampak negatif terhadap anak-anak. 55 Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti: Bandung,1998, hal. 155. Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 Berdasarkan penjelasan dari Ibu Azmiati Zuliah, SH pengurus harian Pusan Kajian dan Perlindungan Anak PKPA, Center for Study and Child Protection, diskresi terhadap anak penyalahguna narkoba harus dapat dilaksanakan dengan baik. Diskresi tersebut merupakan salah satu bentuk perlindungan bagi anak. Menurutnya, anak-anak merupakan korban yang dimanfaatkan oleh orang dewasa bandar dan pengedar narkoba untuk melancarkan peredaran narkoba, jadi sudah selayaknya anak-anak yang korban penyalahguna narkoba diberikan perlindungan. Menurutnya, penjara bukanlah tempat terbaik bagi anak. Pemenjaraan terhadap anak dapat memberikan dampak buruk kepada perilaku dan mental anak. 56 Hal ini juga dinyatakan oleh Brigjend Eko Rachmadi penyidik di Polsek Medan Sunggal bahwa pengguna narkoba merupakan korban dari peredaran narkoba yang seharusnya diberikan perlindungan, terutama anak-anak. Menurut pengakuannya, tidak jarang terjadi diskriminasi terhadap anak di dalam penjara, terutama penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh tahanan lama terhadap tahanan baru. Menurut pengalamannya, kekerasan juga tidak jarang dilakukan dalam proses penyidikan oleh polisi kepada anak. Jadi menurutnya sudah seharusnya dilakukan perlindungan terhadap korban narkoba, terutama anak-anak. Beliau juga berharap agar diskresi tersebut dapat segera terlaksana di Medan terutama di Polsek Medan Sunggal. 57 56 Hasil wawancara dengan pengurus harian Pusan Kajian dan Perlindungan Anak PKPA, Center for Study and Child Protection, pada tanggal 21 Agustus 2008. 57 Hasil wawancara dengan penyidik di Kepolisian Sektor Kota Polsekta Medan Sunggal pada tanggal 11 Agustus 2008. Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 2. Diskresi terhadap anak penyalahguna narkoba merupakan perwujudan dari pengakuan hak asasi anak Diskresi terhadap anak penyalahguna narkoba merupakan perwujudan dari pengakuan hak asasi anak yang tertera dalam Pasal 52 sampai dengan Pasal 66 Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Adapun hak- hak anak dalam undang-undang hak asasi manusia adalah sebagai berikut: a. setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan negara. b. hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepantingannya hak anak diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak kandungan. c. setiap anak sejak dalam kandunan, berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya. d. setiap anak sejak kelahirannya, berhak atas suatu nama dan status kewarganegaraan. e. setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. f. setiap anak berhak untuk beribadah agamanya, berfikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat intelektualitas dan usianya di bawah bimbingan orang tua dan atau wali g. setiap anak berhak untuk mengetahui siapa orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri. h. Dalam hal orang tua anak tidak mampu membesarkan dan memelihara anaknya dengan baik, maka anak tersebut boleh diasuh atau diangkat sebagai anak oleh orang lain, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. i. setiap anak berhak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan, dan dibimbing kehidupannya oleh orang tua atau walinya sampai dewasa. j. setiap anak berhak untuk mendapatkan orang tua angkatnya atau wali berdasarkan putusan pengadilan apabila kedua orangtua telah meninggal dunia atau karena suatu sebab yang sah tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai orang tua. k. setiap anak berhak mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selama dalam pengasuhan orang tua atau walinya, Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 atau pihak lain manapun yang bertanggungjawab atas pengasuhan anak tersebut. l. setiap anak berhak untuk tidak dipisahkan dari orang tuanya secara bertentangan dengan kehendak anak sendiri, kecuali jika ada alasan dan aturan hukum yang sah yang menunjukan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan anak. m. setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya n. setiap anak berhak mencari, menerima, dan memberi informasi sesuai dengan tingkat intelektualitas dan usianya demi mengembangkan dirinya sepanjang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan o. setiap anak berhak untuk beristirahat, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, dan berekreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan dirinya Menurut Ibu Iptu Julia Harfani penyidik pembantu unit PPA Sat. Reskrim di Poltabes Medan, anak-anak pengguna narkoba merupakan korban para bandar narkoba, oleh karena itu anak-anak mempunyai hak untuk dilindungi. Salah satu hak anak tersebut adalah memperoleh perlindungan dan perawatan di panti rehabilitasi. Menurutnya, pemenjaraan terhadap anak melanggar hak asasi anak, karena anak-anak belum mengertipaham dengan apa yang dilakukannya sehingga belum dapat dimintai pertanggungjawabannya. 58 Menurut Aipda Sopian Daulay polisi di Kapolsekta Medan Sunggal, pemenjaraan tidak baik untuk anak-anak, karena berdasarkan pengalamannya di rumah tahanan sering terjadi kekerasan terhadap anak yang merupakan pelanggaran hak asasi anak. Jadi, ada baiknya jika terhadap anak pecandu narkoba 58 Hasil wawancara dengan penyidik pembantu unit PPA Sat. Reskrim di Kepolisian Kota Besar Poltabes Medan pada tanggal 21 Juli 2008. Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 diadakan perawatan di panti rehabilitasi saja, untuk menghindari pelanggaran hak asasi anak. 59 3. Diskresi terhadap anak penyalahguna narkoba dapat mengurangi dampak negatif penyalahgunaan narkoba Narkotika dan psikotropika akan mempunyai manfaat yang sangat besar jika digunakan untuk pengobatan maupun penelitian ilmu pengetahuan, namun sebaliknya apabila disalahgunakan khususnya oleh anak-anak akan sangat berbahaya bagi umat manusia, negara dan bangsa. Penyalahgunaan narkoba berdampak buruk bagi penggunanya, terutama anak-anak. Dampak penyalahgunaan narkoba antara lain berdampak pada masa depan bangsa, kesehatan fisik dan Mental, kepribadian anak, keluarga, perkelahian dan kecelakaan lalu lintas. a. Masa depan bangsa Generasi muda sebagai generasi penerus merupakan sumber daya yang potensial untuk merebut masa depan, mereka harus dapat meningkatkan kualitas diri dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan yang diperlukan pada masa yang akan datang. Anak-anakgenerasi muda merupakan calon-calon pemimpin bangsa masa depan yang diharapkan mampu memimpin bangsa ini di segala sektor kehidupan membawa bangsa mencapai tujuan nasional serta dapat bersaing dengan negara-negara di dunia. 59 Hasil wawancara dengan polisi di Kepolisian Sektor Kota Medan Sunggal Polsekta pada tanggal 11 Agustus 2008 Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 Melihat betapa besarnya peranan anakgenerasi muda dalam pembangunan nasional baik sebagai subjek maupun sebagai objek dalam pembangunan pada masa kini dan masa yang akan datang namun dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan informasi dan transformasi yang selain membawa dampak positif juga hal-hal yang negatif terutama merebaknya peredaran gelap narkoba di tengah-tengah masyarakat, yang akan berdampak negatif kepada generasi muda. b. Kesehatan fisik dan mental Penyalahgunaan narkoba berdampak buruk terhadap penggunanya, terutama anak-anak karena dapat merusak masa depannya. Dampak yang diakibatkan adalah gangguan terhadap kesehatan fisik dan mental yang sering diteruskan dengan kematian bila pemakainya overdosis. c. Kesehatan fisik Gannggguan kesehatan yang bersifat komploek karena dapat mengganggu dan merusak organ tubuh seperti jantung, ginjal, susunan saraf pusat,paru-paru dan organ lain. d. Mental Merubah sikap dan perilaku yang drastic, karena gangguan persepsi daya pikir, kreasi dan emosi sehingga perilaku menjadi menyimpang, dan tidak mampu untuk hidup secara wajar. e. Kepribadian anak Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 1. Narkotika dan psikotopika mampu merubah kehidupan si korban secara drastis seperti berubah menjadi pemurung, pemarah bahkan melawan kepada siapapun. 2. Menimbulkan sikap masa bodoh sekalipun terhadap dirinya sendiri, seperti tidak lagi memperhatikan sekolah, rumah, pakaian, tempat tidur dan sebagainya. 3. Semangat belajar menjadi menurun dan suatu ketika si korban bersikap seperti orang gila karena reaksi penggunaan narkotika dan psikotropika tersebut. 4. Tidak ragu-ragu untuk melakukan hubungan seks secara bebas karena pandangannya terhadap norma-norma masyarakat, hukum, agama sudah demikian longgar. 5. Tidak segan-segan menyiksa diri karena ingin menghilangkan rasa nyeri atau mengilangkan sifat ketergantungan terhadap narkoba. 6. Menjadi sangat pemalas. f. Terhadap Keluarga 1. Tidak segan untuk mencuri uang atau bahkan menjual barang di rumah untuk membeli narkoba 2. Tidak lagi menjaga sopan santun bahkan melawan kepada orang tua. 3. Kurang menghargai harta yang ada di rumah seperti mengendarai kemndarai kendaraan tanpa perhitungan rusak atau menjadi hancur. 4. Mencemarkan nama keluarga. g. Terhadap perkelahian Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 Penyalahgunaan narkoba merupakan tempat pelarian yang popular bagi anak-anakremaja nakal, frustasi dan tidak puas akan kondisi yang ada disekelilingnya. Apabila telah terjerumus kepada penyalahgunaan narkoba, maka tindakan dan perbuatan yang dilakukan cenderung berbentuk pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku. Segala perbuatan dan tindakannya sudah tidak dapat dikontrol lagi karena hilangnya perasaan sebagai pengontrol nafsu, sehingga berakibat mudah marah, emosional bahkan mudah tersinggung serta berani melawan setiap orang yang disangka memusuhinya. Dari sifat yang sangat agresif dan mudah tersingggung serta marah akan berakibat terjadinya perselisihan atau percekcokan dengan orang lain yang pada akhirnya akan menyulut terjadinya perkelahian. h. Terhadap kecelakaan lalu lintas. Penyalahgunaan narkoba akan berpengaruh fisik dan mental bagi pemakainya, sehingga kondisinya akan bertambah lemah, tidak mustahil apabila mengendarai kendaraan bermotor dengan keadaan fisik yang lemah akan berakibat terjadinya kecelakaan lalu lintas. Mengingat dampak buruk yang ditimbulkannya, upaya penanggulangan narkoba menjadi hal yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Bagi para korban penyalahgunaan narkoba, perlu dilakukan penanganan yang serius dan tuntas. Dimaksudkan tuntas yaitu korban dapat mentas dan tidak kambuh kembali ke dalam masalah penyalahgunaan narkoba. Untuk itu bagi semua pihak yang terkait hendaknya dapat menyadari dan untuk selanjutnya melaksanakan perencanaan yang baik, jadi bukan hanya melakukan penghentian penyalahgunaan narkobanya Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008. USU Repository © 2009 saja, namun juga melakukan perawatan purna penghentian penyalahgunaan narkoba. Selain dampak buruk tersebut, menurut Aiptu Sofian Daulay polisi di Polsekta Medan Sunggal pemakai narkoba berpotensi untuk melakukan tindak pidana lain. Ketergantungan pada narkoba dapat menjadikan pecandu melakukan segala cara untuk dapat membeli narkoba. Tidak jarang pecandu yang baru menyelesaikan masa tahanan kembali memakai narkoba setelah keluar dari tahanan, bahkan dengan kasus yang baru yaitu melakukan pencurian dengan alasan tidak mempunyai uang untuk membeli narkoba. Dalam hal ini, tentunya rehabilitasi menjadi pilihan terbaik bagi penyalahguna narkoba untuk mengembalikan kondisi fisik dan mentalnya agar terlepas dari ketergantungan narkoba. 60

B. Prospek Pengembangan Diskresi Kepolisian Ri dalam Tindak Pidana