operasional dapat dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan.
2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Dalam melakukan proses pengelolaan keuangan daerah, masing-masing SKPD sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
merupakan pengguna anggaran dan melakukan tugas antara lain dari proses perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan penatausahaan
anggaran, akuntansi dan pelaporan, serta pertanggungjawaban. Peran dan fungsi SKPD menjadi sangat penting karena sebagai pengguna anggaran tiap SKPD
melakukan hampir seluruh siklus pengelolaan keuangan daerah selain pengawasan dan pemeriksaan. Terbitnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 yang
menetapkan bahwa APBD harus disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja membuat SKPD sebagai unit pengguna anggaran dituntut untuk dapat mengajukan
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD RKA-SKPD yang benar-benar baik, artinya sesuai dengan kebutuhan, ekonomis, efisien, dan efektif.
Penelitian tentang pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja SKPD masih sangat sedikit dilakukan. Mahfatik 1997 melakukan penelitian
dengan judul “Pengukuran Kinerja Pemda, Studi Kasus pada Kabupaten Sleman”, dengan variabel independen ‘Pengeluaran Pemerintah’ dan variabel dependen
‘ Kinerja SKPD’ menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah pada setiap kategori
infrastruktur cenderung lebih besar dari kebutuhannya dan kinerja yang dihasilkan
Universitas Sumatera Utara
oleh pengeluaran Pemerintah Kabupaten Sleman untuk infrastruktur masih memberikan kelemahan dan ancaman pada tugas pokok dan fungsi unit kerja yang
menangani. Priyono 2003 telah melakukan penelitian dengan judul “Implementasi
Model Pengukuran Kinerja SKPD Kabupaten Purworejo”, menyimpulkan model pengukuran kinerja mudah dilaksanakan, namun memerlukan SDM yang memadai
dan harus didukung dengan dana yang memadai. Tuasikal 2007 melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pemahaman Sistem
Akuntansi dan Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja SKPD. Studi pada Kab. Maluku Tengah di Provinsi Maluku”, dengan variabel independen ‘Pemahaman
Sistem Akuntansi keuangan daerah dan Pengelolaan Keuangan Daerah’ dan variabel dependen ‘Kinerja SKPD’ menyimpulkan secara simultan pemahaman mengenai
sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja perangkat daerah.
Yusriati 2008, meneliti “Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Kinerja SKPD di Pemkab. Mandailing Natal”, dengan variabel independen
‘ Anggaran Berbasis Kinerja’ dan variabel dependen ‘Kinerja SKPD’ menyimpulkan
ada pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja SKPD, disisi lain penerapan anggaran berbasis kinerja di SKPD yang ada di Pemkab. Mandailing Natal
masih relatif rendah. Julianto 2009, meneliti “Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
terhadap Kinerja SKPD di Pemko Tebing Tinggi”, dengan variabel independen
Universitas Sumatera Utara
‘ Anggaran Berbasis Kinerja’ dan variabel dependen ‘Kinerja SKPD’ menyimpulkan
ada pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja SKPD di Pemko Tebing Tinggi.
Arif Yulianto dan Asrori 2009, meneliti “Model Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah Berbasis Partisipasi Pengguna untuk Meningkatkan
Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah pada Kabupaten Demak”, dengan variabel independen “Sistem Informasi Akutansi Pemerintahan Daerah” dan variabel
dependen “Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah” menyimpulkan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah meningkatkan Kinerja Pengelolaan Keuangan
Daerah. Masih sedikitnya penelitian yang dilakukan tentang pengaruh anggaran
berbasis kinerja terhadap kinerja SKPD memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menambahkan satu variabel independen baru berupa
‘ Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah SIPKD’.
Tinjauan atas penelitian terdahulu berupa nama peneliti, tahun penelitian, variabel yang digunakan serta hasil penelitiannya dapat dilihat seperti pada Tabel 2.1
berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Hasil Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti
Tahun Judul
Variabel Hasil Penelitian
1. Mahfatik
1997 Pengukuran Kinerja Pemda,
Studi Kasus
pada Kabupaten Sleman.
Pengeluaran Pemerintah dan
Kinerja SKPD Pengeluaran pemerintah pada
setiap kategori
infrastruktur cenderung
lebih besar
dari kebutuhannya dan kinerja yang
dihasilkan oleh
pengeluaran Pemerintah Kabupaten Sleman
untuk infrastruktur
masih memberikan
kelemahan dan
ancaman pada tugas pokok dan fungsi
unit kerja
yang menangani.
2. Priyono
2003 Implementasi
Model Pengukuran Kinerja SKPD
Kabupaten Purworejo. Kinerja SKPD
Mudah dilaksanakan,
namun memerlukan
SDM yang
memadai dah harus didukung dengan dana yang memadai.
3. Tuasikal
2007 Pengaruh
Pemahaman Sistem
Akuntansi dan
Pengelolaan Keuangan
Daerah terhadap Kinerja SKPD Studi pada Kab.
Maluku Tengah di Provinsi Maluku.
Pemahaman Sistem
Akuntansi keuangan daerah,
Pengelolaan Keuangan
Daerah
dan Kinerja SKPD
Secara simultan
pemahaman mengenai sistem akuntansi dan
pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja
satuan kerja perangkat daerah.
4. Yusriati
2008 Pengaruh
Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
Terhadap Kinerja SKPD di Pemkab. Mandailing Natal.
Anggaran Berbasis Kinerja
dan Kinerja
SKPD Ada
pengaruh penerapan
anggaran berbasis
kinerja terhadap kinerja SKPD, disisi
lain penerapan anggaran berbasis kinerja di SKPD yang ada di
Pemkab, Mandailing
Natal masih relatif rendah.
5. Julianto
2009 Pengaruh
Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
terhadap Kinerja SKPD di Pemko Tebing Tinggi.
Anggaran Berbasis Kinerja
dan Kinerja
SKPD Ada
pengaruh penerapan
anggaran berbasis
kinerja terhadap
kinerja SKPD
di Pemko Tebing Tinggi.
6. Arif
Yulianto dan Asrori
2009 Model
Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerin-
tahan Daerah
Berbasis Partisipasi Pengguna untuk
Meningkatkan Kinerja
Pengelolaan Keuangan
Daerah pada
Kabupaten Demak.
Sistem Akuntansi Pemerintahan
Daerah dan
Kinerja Pengelolaan
Keuangan Daerah Sistem Akuntansi Pemerintahan
Daerah meningkatkan Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam
suatu masalah tertentu. Kerangka konsep akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu antara variabel bebas dengan variabel terikat
Erlina, 2008. Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian sebagaimana
dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Anggaran Berbasis Kinerja
X1
Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan
Daerah X2
Kinerja SKPD Y
Universitas Sumatera Utara