mengalami kenaikan sebesar 0,283 satuan. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa koefisien dari seluruh variabel
independen bertanda positif. Hal ini berarti bahwa hubungan antara ‘Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja’ dan ‘Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah’
dengan ‘Kinerja SKPD’ adalah positif di mana jika semakin bertambah variabel ‘
Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja’ dan ‘Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah’ maka akan semakin meningkat pula ‘Kinerja SKPD’
di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun.
5.6. Pembahasan
Penelitian ini menggali persepsi pimpinan SKPD yang ada di Pemerintah Kabupaten Simalungun mengenai penerapan anggaran berbasis kinerja dan sistem
informasi pengelolaan keuangan daerah yang ada di Pemerintah Kabupaten Simalungun jika dikaitkan dengan kinerja SKPD.
Dengan diterbitkannya paket regulasi pengelolaan keuangan negara melalui UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, implementasi anggaran berbasis
kinerja lebih ditekankan lagi. Anggaran berbasis kinerja merupakan pendekatan dan kebijakan nasional untuk menyempurnakan penganggaran dengan pendekatan
tradisional yang diterapkan di masa Orde Baru. Pendekatan tradisional dirasakan menitikberatkan pada kontrol belanja namun terlalu sedikit perhatian pada kinerja.
Universitas Sumatera Utara
Penganggaran berbasis kinerja ini berfokus pada efisiensi penyelenggaraan suatu aktivitas atau kegiatan. Anggaran ini tidak hanya didasarkan pada apa yang
dibelanjakan saja, tetapi juga didasarkan pada tujuanrencana tertentu yang pelaksanaannya perlu disusun atau didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup
dan terukur juga penggunaan biaya tersebut harus efisien dan efektif. Implementasi penganggaran berbasis kinerja pada pemerintah daerah semakin intensif dilakukan
sejak terbitnya PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang dimulai dengan penyusunan anggaran,
kemudian pelaksanaan dan penatausahaan, perubahan anggaran, pertanggungjawaban serta akuntansi dan pelaporan mengalami perubahan yang fundamental dibanding
dengan regulasi yang berlaku sebelumnya. Diantara perubahan tersebut adalah dilimpahkannya sebagian mekanisme pengelolaan keuangan di BadanBiroBagian
Keuangan kepada SKPD. Dengan semakin banyak dan rumitnya tugas para pengelola keuangan daerah, kebutuhan akan penggunaan teknologi informasi adalah suatu
keharusan. Dengan penggunaan teknologi informasi, tugas-tugas para pengelola keuangan daerah akan semakin terbantu dan dapat menghasilkan formulir-formulir
maupun laporan-laporan yang dibutuhkan oleh pimpinan SKPD secara cepat, akurat dan tepat waktu.
Pemerintah Kabupaten Simalungun telah menerapkan anggaran berbasis kinerja dalam penyusunan anggaran di setiap SKPD yang ada. Hal ini dibuktikan
dengan telah ditetapkannya dokumen perencanaan berupa Rencana Strategis RENSTRA di setiap SKPD dan begitu juga dengan telah ditetapkannya Rencana
Universitas Sumatera Utara
Kerja Tahunan RENJA di setiap SKPD. Baik RENSTRA maupun RENJA tersebut telah mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD
Kabupaten Simalungun dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Kabupaten Simalungun. Dokumen RENSTRA dan RENJA yang ada telah menetapkan adanya
indikator kinerja masukan input, keluaran output dan hasil outcome untuk setiap kegiatan dan program yang direncanakan akan dilaksanakan. Penyusunan anggaran
untuk tahun berjalan disusun dengan mempedomani dokumen RENJA SKPD yang bersangkutan, penyusunan anggaran ini dituangkan dalam dokumen Rencana Kerja
dan Anggaran RKA-SKPD. Pimpinan SKPD menyadari bahwa selain pemenuhan peraturan perundang-undangan yang berlaku, penetapan indikator kinerja untuk setiap
kegiatan dan program yang direncanakan di dalam dokumen perencanaan akan membantu pimpinan SKPD dalam mengevaluasi tingkat pencapaian kinerja SKPD
yang dipimpinnya. Evaluasi pencapaian kinerja secara berkala diperlukan bagi setiap pimpinan
SKPD. Hal ini agar pimpinan SKPD dapat segera mengambil langkah-langkah sehingga target kinerja yang telah ditetapkan dapat dicapai tepat waktu. Dalam
melakukan evaluasi pencapaian kinerjanya pimpinan SKPD perlu dengan cepat mengetahui sejauhmana suatu kegiatan atau program telah terlaksana. Untuk dapat
mengetahui dengan cepat apakah suatu kegiatan telah terlaksana dan sudah seberapa besarkah penyerapan dana atas pelaksanaan kegiatan dimaksud, Pemerintah
Kabupaten Simalungun telah membangun dan mengembangkan suatu sistem informasi pengelolaan keuangan daerah berbasis komputer yang disebut dengan
Universitas Sumatera Utara
Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah. Implementasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah ini dimulai sejak tahun 2008 dan telah diformalkan
kedalam Peraturan Bupati Simalungun Nomor 14 Tahun 2008 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Simalungun.
Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah ini mampu memberikan informasi bagi manajemen dalam hal ini pimpinan SKPD berupa: berapa persentase
penyerapan dana setiap kegiatan yang harus dilaksanakan dalam satu tahun anggaran dari waktu ke waktu, kegiatan-kegiatan apa saja yang belum dan masih harus
dikerjakan serta laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja baik semesteran maupun tahunan. Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah ini juga mampu
membantu Bendahara Pengeluaran dalam menatausahakan transaksi-transaksi keuangan sehingga formulir-formulir administrasi yang dibutuhkan oleh Bendahara
Pengeluaran sesuai peraturan yang berlaku dapat dengan cepat disediakan. Begitu juga halnya dengan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan PPTK dan Pejabat
Penatausahaan Keuangan SKPD PPK-SKPD, seluruh dokumen yang menjadi kewajibannya dapat dihasilkan dari Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah
ini. Dari Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah ini juga pimpinan SKPD
dapat mengevaluasi kemajuan pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan di dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran DPA-SKPD, apakah realisasi kegiatan
yang ada telah dilakukan secara ekonomis yaitu sejauhmana SKPD dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari
Universitas Sumatera Utara
pengeluaran yang boros dan tidak produktif, kemudian apakah kegiatan yang dilakukan telah efisien di mana suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai
dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya, serta apakah kegiatan yang dilakukan telah efektif di mana proses kegiatan yang dilakukan dapat
mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pengolahan data statistik, dari persepsi para responden
diketahui bahwa nilai rata-rata ‘Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja’ dan ‘Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah’ serta ‘Kinerja SKPD’ adalah di atas nilai
3,5 dengan kata lain di atas rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan persepsi pimpinan setiap SKPD implementasi Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem
Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah yang ada telah berjalan dengan baik begitu juga halnya dengan Kinerja SKPD yang dilihat dari sisi ekonomis, efisien dan efektif.
Untuk menjawab fenomena penelitian, dilakukan wawancara kepada pihak- pihak terkait Bappeda dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Pemerintah Kabupaten Simalungun dengan hasil bahwa keterlambatan penetapan Rancangan APBD menjadi Peraturan Daerah Perda APBD bukan disebabkan
karena kekurangfahaman SKPD dalam menyusun anggaran yang berbasis kinerja melainkan panjangnya proses pembahasan antara eksekutif dengan legislatif.
Disamping itu, keterlambatan pengiriman Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPD kepada BPK-RI bukan disebabkan oleh tidak berfungsinya Sistem Informasi
Manajemen Keuangan Daerah yang ada melainkan kurangnya jumlah personil pengelola keuangan SKPD yang berlatar belakang pendidikan akuntansi sehingga
Universitas Sumatera Utara
menjadi kendala pada saat konsolidasi laporan keuangan masing-masing SKPD menjadi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun.
Sehubungan dengan Kinerja SKPD, pemantauan kinerja SKPD perlu dilakukan pimpinan SKPD untuk dapat memberikan keyakinan yang memadai
apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan efektif sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 telah menetapkan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian
Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi
tercapainya efektivitas
dan efisiensi
pencapaian tujuan
penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Modul Diklat Sistem Pengendalian Intern Pemerintah SPIP yang
dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pebangunan BPKP 2009 menyatakan: pengendalian intern dipandang sebagai salah satu fungsi manajemen
Universitas Sumatera Utara
yang penting yang dipahami sebagai usaha untuk mengarahkan dapat dicapainya tujuan organisasi. Karakter pengendalian intern bergeser dari hard control menuju
soft control. Hal ini ditandai dengan peningkatan produktivitas, efisiensi dan efektivitas tidak hanya melalui prosedur dan mekanisme pengendalian tetapi juga
dengan meningkatkan kompetensi, kepercayaan, nilai etika dan penyatuan pandangan atas visi, misi dan strategi organisasi.
Dengan suatu pemahaman bahwa pengendalian dirancang untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, bentuk, luasan dan
kedalaman pengendalian akan tergantung pada tujuan dan ukuran organisasi, karakter dan lingkungan dimana operasi organisasi dilaksanakan. Dengan konsepsi ini, tidak
ada pengendalian generik yang langsung dapat ditiru dan diterapkan pada organisasi lain. Pengendalian harus dirancang sesuai dengan ciri kegiatan serta lingkungan yang
melingkupinya. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah SPIP terdiri dari 5 unsur, yaitu: 1.
Lingkungan pengendalian, adalah kondisi dalam instansi pemerintah yang dapat membangun kesadaran semua personil akan pentingnya pengendalian dalam
organisasi dalam menjalankan aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya sehingga meningkatkan efektivitas pengendalian intern.
2. Penilaian risiko, adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah yang meliputi
Universitas Sumatera Utara
kegiatan identifikasi, analisis, dan mengelola risiko yang relevan bagi proses atau kegiatan organisasi.
3. Kegiatan pengendalian, adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko
serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif.
4. Informasi dan komunikasi, Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan
atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambing tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik.
5. Pemantauan, adalah proses penilaian atas mutu kinerja Sistem Pengendalian
Intern dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti.
Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini membuktikan bahwa baik secara simultan maupun secara parsial ‘Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja’ dan
‘ Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah’ berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ‘Kinerja SKPD’ di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusriati 2008, Julianto
2009, Tuasikal 2007 dan Arif Yulianto dan Asrori 2009. Rendahnya nilai koefisien determinasi nilai adjusted R
2
yaitu sebesar 38,20 menunjukkan bahwa masih adanya variabel independen lainnya yang dapat
mempengaruhi Kinerja SKPD, seperti motivasi, kualitas sumber daya manusia
Universitas Sumatera Utara
SDM, sarana pendukung dan penolakan untuk berubah sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Warisno 2009 dengan judul penelitian “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kinerja SKPD di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi” begitu juga dengan efektivitas penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah SPIP.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah
berpengaruh terhadap Kinerja SKPD baik secara simultan maupun parsial berdasarkan persepsi setiap pimpinan SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Simalungun. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah secara simultan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Kinerja SKPD. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Yusriati, Julianto, Tuasikal dan juga Arif
Yulianto yang menyimpulkan bahwa Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah secara simultan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Kinerja SKPD. 2.
Secara parsial baik Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja maupun Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah memiliki berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kinerja SKPD. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Yusriati, Julianto, Tuasikal dan juga Arif Yulianto yang
menyimpulkan bahwa Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah secara parsial berpengaruh positif dan
Universitas Sumatera Utara