Menggunakan Alat Pelindung Pengelolaan Alat Kesehatan

35 35 suatu tindakan, saat akan memakai peralatan yang telah di DTT, saat akan melakukan injeksi, saat hendak pulang ke rumah. 2. Setelah melakukan tindakan yang memungkinkan terjadinya pencemaran, misalnya, setelah memeriksa pasien, setelah memegang alat-alat bekas pakai dan bahan-bahan lain yang beresiko terkontaminasi, setelah menyentuh selaput mukosa darah atau cairan tubuh lainnya, setelah membuka sarung tangan perlu dilakukan karena ada kemungkinan sarung tangan berlubang atau robek setelah dari toilet kamar kecil, setelah bersin atau batuk.

2. Menggunakan Alat Pelindung

Alat pelindung tubuh digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari risiko pajanan urine dan semua jenis cairan tubuh, kulit yang luka dan mudah terpajang dan potensial terinfeksi. Jenis-jenis alat pelindung yaitu sarung tangan, pelindung wajah masker kacamata, penutup kepala, baju pelindung, dan sepatu pelindung. Tidak semua alat pelindung tubuh harus dipakai. Jenis pelindung tubuh yang dipakai tergantung pada jenis tindakan atau kegiatan yang akan dikerjakan. Sebagai contoh untuk tindakan pasang kateter cukup memakai sarung tangan steril atau DTT dan masker. Decy Erni Nasution : Pengaruh Motivasi Perawat Terhadap Tindakan Perawatan Pada Pasien Pasca Bedah Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008, 2008 USU Repository © 2008 36 36

3. Pengelolaan Alat Kesehatan

Kejadian infeksi yang sering di sarana kesehatan salah satu faktor resikonya adalah pengelolaan alat kesehatan atau cara dekontaminasi dan desinfeksi yang kurang tepat. Meskipun tidak semua alat kesehatan yang digunakan dalam pelayanan medis kepada pasien harus disterilkan dengan klorin 0,5, tetapi pengelolaannya harus dengan cara yang benar dan tepat, dalam hal ini harus diidentifikasi apakah alat perlu dicuci saja atau didisinfeksi, atau perlu disterilkan. Penelitian tersebut ditentukan pada bagaimana alat tersebut digunakan dan juga ketersediaan sumber daya dan biaya. Pengelolaan alat kesehatan sesuai risiko infeksi dan jenis penggunaan alat dikategorikan menjadi tiga sesuai dengan resiko infeksinya yaitu tinggi, sedang dan rendah. Johnson, 2002. Desinfeksi tingkat tinggi DTT bisa dilakukan dengan cara merebus, mengukus atau secara kimiawi. Untuk peralatan, perebusan seringkali merupakan metoda DTT yang paling sederhana dan efisien. Agar DTT ataupun sterilisasi menjadi efektif, lakukan terlebih dahulu proses dekontaminasi dan pencucian peralatan dengan sebaik-baiknya.. DTT dengan cara merebus dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Gunakan panci dengan penutup yang rapat. 2. Ganti air setiap kali mendisinfeksi peralatan. 3. Rendam peralatan sehingga semuanya terendam di dalam air 4. Mulai panaskan air 5. Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih Decy Erni Nasution : Pengaruh Motivasi Perawat Terhadap Tindakan Perawatan Pada Pasien Pasca Bedah Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008, 2008 USU Repository © 2008 37 37 6. Jangan menambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah penghitungan waktu dimulai. a. Rebus selama 20 menit b. Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus. c. Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan atau disimpan jika peralatan dalam keadaan lembab maka tingkat pencapaian disinfeksi tingkat tinggi tidak terjaga. d. Setelah peralatan kering, gunakan segera atau simpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi dan berpenutup. Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu asalkan penutupnya tidak dibuka Tietjen, 2004.

4. Disinfeksi Lokasi Tindakan