dengan masih kurangnya pengetahuan ibu-ibu terhadap fungsi dan manfaat ASI pada anaknya sehingga sering dijumpai kebiasaan ibu-ibu dalam hal pemberian ASI yang
bertentangan dengan kesehatan. Demikian juga dengan tingkat pendidikan masyarakat umumnya adalah yang
berpendidikan rendah SD dan SLTP, hal ini menunjukkan penduduk yang berpendidikan rendah kurang memahami fungsi dan manfaat ASI. Melihat
keberadaan pengetahuan ibu dikaitkan dengan tindakan pemberian ASI eksklusif tentunya tidak cukup hanya sekedar mengetahui dan memahami. Tetapi harus
memiliki pengertian dan kesadaran tentang pentingnya pemberian ASI secara eksklusif.
Mendukung Roesli 2000 bahwa pengalaman masa kanak-kanak, pengetahuan tentang ASI, nasihat, penyuluhan, bacaan, pandangan dan nilai yang
berlaku di masyarakat akan membentuk sikap ibu yang positif terhadap masalah menyusui.
Oleh karena itu penyampaian informasi, penanaman nilai-nilai serta memberikan keyakinankepercayaan dengan keteladanan tentang ASI eksklusif
mutlak diperlukan.
5.2. Pengaruh NilaiNorma terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan persentase responden yang mempunyai nilainorma tentang ASI dominan pada kategori sedang dengan tindakan
Hasan Basri Ludin : Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru, 2009
USU Repository © 2008
pemberian ASI eksklusif kategori sedang dan selebihnya kurang. Nilainorma tentang ASI salah satu diantaranya adalah ASI bermanfaat bagi kesehatan ibu, di antaranya
mengurangi risiko terkena kanker rahim dan payudara. Proses menyusui juga mempererat ikatan batin dan perkembangan, mencegah kehamilan dan menjaga
kesehatan ibu. Hubungan ibu dan bayi lebih erat dan penuh kasih sayang. Ibu akan merasa lebih bahagia, berperilaku lebih peka tentang kebutuhan bayi. Berdasarkan
hasil uji statistik variabel nilainorma berpengaruh terhadap tindakan pemberian ASI eksklusif. Hal ini ditunjukan oleh nilai p0,05.
Mengacu kepada pendapat Kalangie 1994 bahwa kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan
individu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri
dari penyakit. Perwujudan perilaku kesehatan adalah kegiatan-kegiatan perawatan kesehatan yang dilakukan dalam satu atau banyak sistem organisasi kesehatan, salah
satunya adalah nilai atau norma. Dengan demikian pemahaman ibu tentang nilai atau norma yang terkait dengan ASI sebagai makanan utama bayi 0-6 bulan sangat
menentukan tindakan apakah memberikan atau tidak memberikan ASI eksklusif. Demikian juga dengan pendapat Suhardjo 2000, bahwa nilai adalah yang
berguna bagi kehidupan manusia jasmani dan rohani. Nilai adalah suatu perangkat preferensi yang diakui syahnya menurut aturan yang ada. Artinya apabila nilai yang
dianut masyarakat mendukung si ibu dalam pemberian ASI eksklusif, maka
Hasan Basri Ludin : Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru, 2009
USU Repository © 2008
kemungkinan besar akan memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Nilai yang dianut seseorang ditentukan oleh semua perilakunya karena nilai tersebut
menghasilkan norma-norma dan mengajarkan bahwa norma-norma tersebut adalah benar, maka kebenaran pemberian ASI eksklusif yang berkembang di masyarakat
akan mendukung pemberian ASI eksklusif. Masalah utama sehubungan dengan hal tersebut adalah bahwa tidak semua
unsur dalam suatu sistem budaya kesehatan cukup ampuh serta dapat memenuhi semua kebutuhan kesehatan masyarakat yang terus meningkat akibat perubahan-
perubahan budaya yang terus-menerus berlangsung. Sedangkan pada pihak lain tidak semua makna unsur-unsur pengetahuan dan praktek biomedis yang diperlukan
masyarakat telah sepenuhnya dipahami ataupun dilaksanakan oleh sebagian terbesar para anggota suatu komunitas masyarakat. Bahkan dari segi perawatan dan pelayanan
medis belum seluruhnya berhasil memenuhi kebutuhan dan harapan suatu masyarakat karena adanya berbagai masalah keprofesionalan, seperti perilaku profesional medis
yang belum sesuai dengan kode etik, pengutamaan kepentingan pribadi dan birokrasi, keterbatasan dana dan tenaga, keterbatasan pemahaman komunikasi yang
berwawasan budaya. Sejalan dengan Siregar 2004, pemberian ASI oleh ibu melahirkan
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial budaya, psikologis, fisik si ibu, kurangnya petugas kesehatan dan gencarnya promosi susu formula. Di samping itu
keseimbangan pemberian informasi serta sikap dan keteladanan petugas kesehatan
Hasan Basri Ludin : Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru, 2009
USU Repository © 2008
akan memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat dalam pemberian ASI eksklusif.
Demikian juga dengan pendapat Azwar 1999, nilai yang dianut individu mempengaruhi pengolahan informasi yang membentuk representasi internal. Nilai
bersifat permanen karena tertanam pada individu selama masa pertumbuhannya. Latar belakang budaya, masyarakat dan lembaga-lembaga sosial merupakan sebagian
besar asal dari mana nilai-nilai tertanam pada individu. Jadi nilai yang dianut individu dipengaruhi oleh persepsi orang yang penting bagi individu dalam menilai objek yang
bersangkutan. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Kadir 2004, bahwa nilai dan
sistem nilai, pembentukan representasi internal juga dipengaruhi norma subjektif, di mana norma subjektif merupakan persepsi mengenai pendapat orang lain tertentu
important others tentang apa yang harus atau tidak boleh dilakukan, dalam hal ini termasuk ASI eksklusif.
5.3. Pengaruh KeyakinanKepercayaan terhadap Tindakan Pemberian ASI