akan memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat dalam pemberian ASI eksklusif.
Demikian juga dengan pendapat Azwar 1999, nilai yang dianut individu mempengaruhi pengolahan informasi yang membentuk representasi internal. Nilai
bersifat permanen karena tertanam pada individu selama masa pertumbuhannya. Latar belakang budaya, masyarakat dan lembaga-lembaga sosial merupakan sebagian
besar asal dari mana nilai-nilai tertanam pada individu. Jadi nilai yang dianut individu dipengaruhi oleh persepsi orang yang penting bagi individu dalam menilai objek yang
bersangkutan. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Kadir 2004, bahwa nilai dan
sistem nilai, pembentukan representasi internal juga dipengaruhi norma subjektif, di mana norma subjektif merupakan persepsi mengenai pendapat orang lain tertentu
important others tentang apa yang harus atau tidak boleh dilakukan, dalam hal ini termasuk ASI eksklusif.
5.3. Pengaruh KeyakinanKepercayaan terhadap Tindakan Pemberian ASI
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan persentase responden yang mempunyai keyakinankepercayaan tentang ASI dominan pada kategori sedang
dengan tindakan pemberian ASI eksklusif kategori sedang dan selebihnya kurang. Hal menunjukkan faktor keyakinankepercayaan merupakan variabel yang
mempengaruhi tindakan pemberian ASI eksklusif. Sejak seorang wanita memasuki
Hasan Basri Ludin : Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru, 2009
USU Repository © 2008
kehidupan berkeluarga, padanya harus sudah tertanam suatu keyakinan Saya Harus Menyusui Bayi Saya Karena Menyusui adalah Realisasi dari Tugas yang Wajar dan
Mulia Seorang Ibu” secara statistik dengan uji regresi menunjukkan pengaruh yang bermakna p0,05.
Hasil penelitian ini menguatkan pendapat Kalangie 1994, bahwa spritualitas dibatasi sebagai keyakinan atau hubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi,
keilahian dan kekuatan yang menciptakan kehidupan. Demikian juga halnya dalam konteks program pemberian ASI eksklusif, bahwa keyakinan atau kepercayaan
terhadap ASI sebagai makanan utama dan pertama bagi bayi, akan mendukung program pemberian ASI eksklusif.
Berdasarkan hasil penelitian Direktorat Jenderal Binkesmas Depkes RI 1997, bahwa keyakinankepercayaan, dukungan politis dari pemerintah terhadap
peningkatan penggunaan ASI termasuk ASI eksklusif sebenarnya telah memadai. Hal ini terbukti dengan telah dicanangkannya GNPP-ASI Gerakan Nasional Peningkatan
Penggunaan Air Susu Ibu oleh Bapak Presiden pada Hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 bertemakan “Dengan ASI, Kaum Ibu Mempelopori Peningkatan Kualitas
Manusia Indonesia”. Oleh karenanya perlu dilakukan upaya mensukseskan peningkatan penggunaan ASI secara lebih sungguh-sungguh dan berkesinambungan.
Untuk membantu pelaksanaan kegiatan peningkatan penggunaan ASI di masyarakat, diperlukan pedoman bagi petugas kesehatan, di tingkat puskesmas yang memuat
secara terinci tentang kegiatan yang harus dilaksanakan dalam rangka peningkatan
Hasan Basri Ludin : Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru, 2009
USU Repository © 2008
pemberian ASI eksklusif, khususnya kegiatan pemantauan dan tindak lanjut yang harus dilakukan berdasarkan hasil tersebut.
Mendukung program Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan 2007, tentang akselerasi pemberian ASI eksklusif. Dalam program ini disebutkan bahwa
pemberian ASI dapat membentuk perkembangan intelegensia, rohani dan emosional. Karena selama dalam dekapan ibu, bayi cukup mendapatkan kasih sayang,
kehangatan dan rasa aman. Pemberian ASI ekskluisf pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan
merupakan permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun yang menjadi permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak
sesuai dengan konsep medis sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi Maas, 2004.
Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2003 bahwa tindakan terdiri dari berbagai aspek, yaitu a perception persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil, dalam pemberian ASI eksklusif, b guided response respon terpimpin, melakukan sesuatu sesuai dengan urutan
yang benar dan sesuai dengan contoh, dalam hal ini masyarakat mampu mengadaptasi upaya dalam tindakan pemberian ASI eksklusif sesuai dengan pedoman yang ada,
c mechanism mekanisme, setelah terjadi mekanisme dan melakukan sesuatu secara otomatis dan akan menjadi kebiasaan, dalam hal ini masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru menjadikan kegiatan pemberian ASI eksklusif sebagai kebiasaan, d adoption adopsi, tindakan yang
Hasan Basri Ludin : Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru, 2009
USU Repository © 2008
sudah berkembang dengan baik, diharapkan menjadi tradisi atau kebiasaan dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Kemauan masyarakat dalam melakukan pemberian ASI eksklusif merupakan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan sesuai dengan Kepmenkes RI No.
450MENKESIV2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu ASI Secara Eksklusif pada Bayi Indonesia. Program Peningkatan Pemberian ASI PP-ASI khususnya ASI
eksklusif mempunyai dampak yang luas terhadap status gizi ibu dan bayi. Pemberian ASI adalah intervensi yang paling efektif untuk meningkatkan
kelangsungan hidup bayi dan tumbuh kembangnya secara optimal, hanya ASI yang dapat memenuhi seluruh kehidupan bayi dalam 6 bulan pertama tanpa tergantikan
susu formula. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan
radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran.
Kompleksitas aspek budaya dan keterkaitannya dengan tindakan pemberian ASI eksklusif sesuai dengan pendapat Taylor 1871 dalam Soekanto 1990, yang
menyatakan bahwa kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kebiasaan dan kemampuan-
kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian dalam meningkatkan pencapaian program pemberian
ASI eksklusif senantiasa perlu mengintegrasikan keseluruhan aspek budaya yang berkembang dalam masyarakat.
Hasan Basri Ludin : Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru, 2009
USU Repository © 2008
Berdasarkan hasil pengamatan secara mendalam yang penulis lakukan pada saat penelitian terhadap beberapa pemuka masyarakat, kader kesehatan dan laporan
seksi KIA Puskesmas Kecamatan Rumbai Pesisir diperoleh penjelasan bahwa sebagian besar ibu-ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
disebabkan: a.
Kebiasaan ibu-ibu, di samping memberikan ASI juga memberikan makanan lainnya, seperti:
i. Pisang, maksudnya agar bayi merasa kenyang, tidak rewel dan tubuhnya
tidak lembeklemah. ii.
Madu, hal ini dimaksudkan agar kelak setelah besar anak akan kelihatan manis dan cantik.
iii. Roti atau nasi campur pisang, dengan maksud agar tubuh bayi padat;
di samping itu bayi akan selalu tidur dengan pulas, dan ibu lebih leluasa mengerjakan tugas-tugas rumah tangga.
b. Sesudah melahirkan air susu ibu tidak ada atau sangat sedikit; hal ini terjadi
karena: i.
Selama kehamilan ibu jarang melakukan perawatan payudara, mengurut pada payudara dianggap menyebabkan susu cepat kendurloyo.
ii. Kurang asupan makanan yang bergizi baik, karena adanya batasan makanan
seperti makan telur dapat menyebabkan anak dalam kandungan akan besar, dan sulit saat melahirkan. Makan udang, ikan laut menyebabkan ibu gatal-
gatal, kelompok makanan seperti telur, udang, cumi, ikan laut disebut
Hasan Basri Ludin : Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru, 2009
USU Repository © 2008
biringan yang dapat menyebabkan meruyan perut ibu mulas terus-menerus berhari-hari setelah melahirkan. Kondisi ini menyebabkan sebagian ibu-ibu
mengalami anemiakurang darah. c.
Banyaknya jenis susu formula dan gencarnya promosi yang dilakukan: menyebabkan ibu-ibu cepat terpengaruh akhirnya memberikan ASI dan susu
buatan secara selang-seling karena menginginkan bayinya akan tumbuh dan berkembang dengan baik, sehat dan cerdas seperti pada reklame atau propaganda
di televisi, poster, pamplet dan sejenisnya. Padahal tidak semua informasi yang disampaikan dalam promosi susu formula itu sesuai dengan yang sebenarnya.
d. Kurangnya promosipenyuluhan tentang ASI eksklusif oleh petugas kesehatan
setempat; hal ini menunjukkan rendahnya dukungan petugas kesehatan terhadap Program Pemberian ASI secara eksklusif PP-ASI.
e. Sebagian ibu-ibu mempercayai bahwa apabila saat menyusui memakan lauk pauk
seperti telur, udang dan makanan laut lainnya dapat menyebabkan bayi yang disusui gatal-gatal atau bisulan.
f. Ada pendapat sebagian ibu-ibu, bahwa diberi ASI eksklusif atau tidak hasilnya
sama saja bayi tetap sehat Di samping itu ada perilaku ibu-ibu, untuk menghindari agar bayi tidak
diganggu roh jahat atau penyakit pelesit setan penghisap darah bayi, di bawah bantalkasur bayi harus diletakkan benda tajam gunting. Padahal keadaan bayi yang
kurang darah tersebut sebenarnya adalah gejala bayi kurang gizi.
Hasan Basri Ludin : Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru, 2009
USU Repository © 2008
Tenaga kesehatan yang diharapkan sebagai sumber informasi yang benar tentang manfaat pemberian ASI eksklusif, ternyata ada diantara oknum petugas yang
secara terselubung turut mempromosikan jenis produk susu formula tertentu, karena diiming-iming mendapat bonus dari produsen susu formula tersebut.
Hasan Basri Ludin : Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru, 2009
USU Repository © 2008
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN