37 partipasi palsusemudari manajer tingkat bawah hanya untuk emndapatkan
persetujuan formal dari atasan sehingga partispasi yang diharapkan tidak tercapai.
4. Asimetri Informasi
Anthony dan Govindarajan 2006:270 menyatakan bahwa asimetri informasi muncul dalam situasi ketika pemilikatasan tidak memiliki informasi
yang mencukupi mengenai kinerja agenbawahan, sehingga pemilikatasan tidak dapat menentukan secara pasti bagaimana usaha agen memberikan
kontribusi pada hasil aktual perusahaan. Atasan mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih daripada bawahan mengenai unit tanggung jawab
bawahan, maupun sebaliknya. Bila kemungkinan yang pertama terjadi, akan muncul tuntutan yang lebih
besar dari atasan kepada bawahan mengenai pencapaian target anggaran yang menurut bawahan terlalu tinggi. Namun bila kemungkinan yang kedua terjadi,
bawahan akan menyatakan target lebih rendah daripada yang dimungkinkan untuk dicapai. Keadaan dimana salah satu pihak mempunyai pengetahuan
lebih daripada yang lainnya terhadap sesuatu hal disebut asimetri informasi.Dari Dunk 1993 asimetri informasi diukur dengan beberapa faktor,
yaitu: a. Informasi yang dimiliki bawahan dibandingkan dengan atasan
b. Hubungan input-output yang ada dalam operasi internal c. Kinerja potensial
38 d. Teknis pekerjaan
e. Mampu menilai dampak potensial f. Pencapaian bidang kegiatan
Shields dan Young 1993 dalam Falikhatun 2007:7 mengemukakan beberapa kondisi perusahaan yang memungkinkan terjadinya informasi
asimetri, yaitu: a. perusahaan yang sangat besar
b. mempunyai penyebaran secara geografis c. memiliki produk yang beragam
d. membutuhkan tekhnologi Disimpulkan bahwa asimetri informasi adalah suatu kondisi dimana
agenbawahan memiliki informasi yang lebih dibandingan dengan pemilikatasan.
5. Kecukupan Anggaran
Kecukupan anggaran menjadi sebagai variabel pemoderasi antara partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran, dimana menurut Nouri dan
Perker, 1998 dalam Sofian Sugioko 2008:185 kecukupan anggaran budget adequacy merupakan berdasar persepsi individu masing-masing
pejabat struktural pusat pertanggungjawaban bahwa sumber-sumber yang dianggarkan untuk masing-masing unit organisasinya mencukupi untuk
melaksanakan aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuannya, karena keberhasilan individu maupun organisasi tergantung pada keadaan
dimana bawahan dapat menerima dukungan anggaran yang memadai.
39 Adapun kecukupan anggaran menurut Nouri dan Parker 1998 dalam
Widi Hariyanti 2002:16 adalah tingkatan dimana seseorang merasa bahwa sumber-sumber anggarannya cukup atau memadai untuk memenuhi syarat-
syarat dalam bidang pekerjaannya, dimana para bawahan memiliki informasi yang berpengaruh tentang tingkatan dukungan anggaran yang dikehendaki
untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan mereka. Blumberg dan Pringle 1982 dalam Widi Hariyanti 2002:16 menulis
bahwa prestasi seseorang merupakan fungsi dari tiga dimensi kritis yaitu kemauan, kapasitas, dan kesempatan. Kemauan mengacu pada motivasi yang
berhubungan dengan
pengaruh anggaran
dalam penyelesaian
pekerjaansedangkan kapasitas mengacu pada tingkat kemampuan untuk tercapainya tujuan dengan anggaran yang tersedia, keahliann dan energi
seseorang, dan kesempatan mengacu pada keyakinan penyelesaian tugas dengan anggaran yang tersedia dengan faktor lingkungan yang berkaitan
dengan pekerjaan yang memudahkan atau mengganggu prestasi, misalnya perlengkapan, persediaan, tindakan rekan sekerja, dan kebijaksanaan
organisasi. Sedangkan Peter dkk 1980 dalam Widi Haryanti 2002:17
menggambarkan bahwa faktor situasional dapat memudahkan atau mengganggu kinerja manajer, dan faktor situasional tersebut diidentifikasikan
sebagai kecukupan anggaran, yang digambarkan bahwa kecukupan anggaran yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan adalah sumber-sumber keuangan
yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut.
40 Widi Haryanti 2002:17 menjelaskan bahwa konsep kecukupan anggaran
berbeda dengan senjangan anggaran, seperti yang ditulis oleh Young 1985 bahwa senjangan anggaran terjadi dimana bawahan dengan sengaja membuat
syarat-syarat yang berlebihan ke dalam penetapan anggaran, dengan kata lain senjangan anggaran memerlukan dua komponen yaitu sumber anggaran yang
berlebihan dan hasil-hasil bias dalam peramalan yang dimiliki. Sedangkan kecukupan anggaran tidak memerlukan adanya sumber-sumber yang
berlebihan atau peramalan anggaran yang penuh dengan bias. Hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran
kemungkinan juga dapat dipengaruhi oleh persepsi individu pejabat struktural mengenai
kecukupan anggaran.
Para pejabat
struktural pusat
pertanggungjawaban mungkin memiliki informasi yang lebih unggul mengenai level anggaran yang mencukupi untuk melaksanakan aktivitas-
aktivitasnya dibanding dengan atasannya. Oleh karena itu kecukupan anggaran mempengaruhi
partisipasi para
pejabat struktural
pusat pertanggungjawabandalam menciptakan senjangan anggaran.
Dengan demikian, simpulan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah bahwa kecukupan anggaran merupakan persepsi individu masing-masing
mengenai besarnya sumber daya yang ada dalam mencukupi segala aktivitas yang dilakukan demi tercapainya tujuan tertentu.
6. Senjangan Anggaran