25
tidak berpegang teguh kepada pendapat atau idenya yang kurang baik.
k Tidak memiliki penyakit hati. Dari sifat tersebut mana mungkin
orang akan mengajak orang lain kepada kebaikan, bila dirinya sendiri iri kepada orang lain sebagai sasaran dakwahnya.
2 Sikap Seorang Da’i
a Berakhlak Mulia. Seorang da’i dapat berhasil jika ia memiliki
akhlak yang mulia, sebaliknya jika ia berakhlak yang jelek, maka kegagalan yang akan menghampirinya.
b Pendapat Ki Hajar Dewantoro bapak pendidikan Indonesia,
Hing ngarsa asung tuladha;
artinya seorang da’i yang merupakan orang terkemuka di tengah-tengah masyarakat
haruslah dapat menjadi tauladan yang baik bagi masyarakat, hing madya mangun karsa;
artinya bila di tengah-tengah massa, hendaknya dapat memberi semangat, agar mereka
senantiasa mengerjakan, mengikuti segala ajakannya, tutwuri handayani;
artinya bila bertempat dibelakang, mengikutinya, dengan memberi bimbingan-bimbingan agar lebih meningkat
amalannya keimanannya.
c Disiplin dan bijaksana. Dalam artian luas, disiplin sangat
diperlukan oleh seorang da’i dalam mengemban tugasnya sebai mubaligh. Begitu pula bijaksana dalam menjalankan tugasnya
sangat berperanan di dalam mencapai keberhasilan dakwahnya.
d Wira’i dan berwibawa. Sikap yang wira’i menjauhkan
26
perbuatan-perbuatan yang kurang berguna dan mengindahkan amal saleh, salah satu hal yang dapat menimbulkan
kewibawaan seorang da’i. sebab kewibawaan merupakan faktor
yang memengaruhi seseorang akan percaya menerima
ajakannya.
e
Tanggung jawab dan berpandangan yang luas. Dalam menentukan strategi dakwah, sangat memerlukan pandangan
yang jauh, tidak fanatik terhadap satu golongan saja dan waspada dalam menjalankan tugasnya.
3
Berpengetahuan yang cukup . Pengetahuan seorang da’i meliputi
pengetahuan yang berhubungan dengan materi dakwah yang disampaikan dn ilmu-ilmu yang erat hubungannya dengan tehnik-
tehnik dakwah.
b. Mad’u
Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok,
baik manusia yang beragama Islam atau tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.
18
Muhammad Abduh membagi mad’u menjadi tiga golongan, yaitu: 1
Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan.
2 Golongan awam, yaitu orang yang belum dapat berpikir secara
kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian- pengertian yang tinggi.
18
M. Munir dan Wahyu Illahi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006, cet. Ke-2, h. 23.
27
3 Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka
senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya secara mendalam.
19
Salah satu unsur penting lainnya adalah komponen dakwah yaitu mad’u atau masyarakat yang akan didakwahi. Seorang da’i harus
memahami masyarakat yang akan menerima dakwahnya. Hal ini berhubungan dengan kesesuaian materi dakwah yang akan
disampaikan. Dalam
masyarakat, yang
tingkat pengetahuan
agamanyan cukup tinggi, tentu saja tidak sesuai jika masih diperkenalkan dengan pengantar pengetahuan ihwal iman dan takwa.
Kesesuaian materi dengan tingkat pengetahuan dan kondisi psikologis masyarakat akan berakibat pada lancarnya proses dakwah tersebut.
20
c. Materi Dakwah atau Pesan Dakwah
Menurut M. Quraish Shihab, pesan dakwah adalah al-Islam yang bersumber pada Al-
Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, ibadah dan akhlak. Dasar dari pembagian itu merujuk
pada tujuan pokok diturunkannya Al- Qur’an yaitu sebagai petunjuk
aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia serta petunjuk mengenai akhlak dengan jalan menerangkan norma-norma agama dan
susila.
21
Pesan dalam Islam adalah perintah, nasihat, permintaan, amanat yang harus dilakukan untuk disampaikan kepada orang lain.
Sedangkan pesan
dakwah adalah
semua pernyataan
yang
19
M. Munir dan Wahyu Illahi, Manajemen Dakwah
20
Najamudin, Metode Dakwah Menurut Al- Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008, h. 29.
21
M. Quraish Shihab, Membumikan Al- Qur’an, h. 40.
28
bersumberkan Al- Qur’an dan Sunnah, baik tertulis maupun dengan
pesan-pesan risalah tersebut.
22
Ajaran yang disampaikan itu bukanlah hanya yang berkaitan dengan eksistensi dan wujud Allah, namun
bagaimana cara menumbuhkan rasa kesadaran agar mampu melaksanakan aqidah, akhlak, syariah dalam ucapan, pikiran dan
tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
23
Di dalam buku
Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam yang ditulis oleh Asmuni Syukir dijelaskan:
Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan
bahwa materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:
1. Masalah keimanan Aqidah.
2. Masalah keislaman Syariah.
3. Masalah budi pekerti Akhlaqul karimah.
24
1 Aqidah
Secara etimologi kata aqidah diambil dari kata “aqad” yaitu ikatan yang kuat.dapat juga berarti teguh, permanen, saling
mengikat, dan rapat.
25
Aqidah merupakan keimanan kepada Allah SWT, malaikat, kitab-kitab yang diwahyukan kepada para Rasul,
adanya hari kiamat, dan adanya qadha dan qadar serta masalah- masalah yang berkaitan dengan pokok-pokok keimanan itu.
26
Pengertian aqidah secara terminologi yaitu wajib
dibenarkan hati dan jiwa menjadi tentram karenanya sehingga
22
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, h. 43.
23
Siti Uswatun Khasanah, Berdakwah Dengan Jalan Berdebat Antara Non Muslim Dengan Muslim, Purwokerto: Purwokerto Press, 2007, h. 36.
24
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 60.
25
Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, Jakarta: Niaga Swadaya, 2004. H. 34.
26
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 60.
29
menjadi suatu keyakinan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Aqidah artinya
ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedangkan pengertian aqidah menurut agama
maksudnya berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan, seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya para rasul.
27
2 Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab, dalam bentuk jamak dari khula yang berarti budi pekerti, perangai dan tingkah laku atau
tabiat.
28
Akhlak dalam aktivitas dakwah merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang.
Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan masalah
keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak merupakan penyempurnaan keimanan dan keislaman seseorang.
29
Secara garis besar akhlak terbagi menjadi:
30
a Akhlak kepada Allah SWT.
b Akhlak kepada sesama manusia.
c Akhlak terhadap lingkungan sekitar.
3 Syariah
Secara etimologi syariah berarti jalan. Syariah adalah segala yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad
27
A. A. Hamid Al-Atsari, Intisari Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, Jakarta: Niaga
Swadaya, 2004, h. 34
28
M. Abdul Majid, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994, h. 25.
29
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: AMZAH, 2009, h. 92.
30
Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993, h. 25.