keseluruhan nyanyian syair adalah 33 : 24 : 28 : 15. Angka perbandingan tersebut diambil dari persentase struktur frekuensi syair yang terdiri atas nada dasar 33,02, nada final
23,89, nada atas 28,23, dan nada bawah 14,86. Berdasarkan pengukuran frekuensi syair madihin, diperoleh frekuensi penekanan
nada lebih tinggi dibandingkan dengan nada yang lain. Secara umum, frekuensi penekanan nada lebih tinggi terdapat pada nada dasar. Frekuensi penekanan nada lebih
tinggi yang terjadi pada nada awal, nada tengah, dan nada akhir setiap bait syair madihin
hanya terjadi pada satu bait yaitu bait ketujuh pada kata ”pil ekstasi”, ”rantai wati”, dan
”diminumi”. Bait ketujuh ini merupakan pemicu puncak nada yang terdapat pada bait ketujuh di mana bait ketujuh menggunakan nada dasar yang berfrekuensi sangat tinggi.
Dari hasil perekaman dengan menggunakan Praat versi 4.027 dapat diketahui bahwa puncak nada syair madihin terletak pada kalimat, “gila kedudukan sikut kanan
sikut kiri”. Kalimat ini terdapat pada bait keenam yang mengisahkan berbagai macam kegilaan manusia dengan segala perilakunya. Dengan demikian, setiap bait syair madihin
ditutup oleh nada lebih tinggi dengan hanya satu bait dari keseluruhan syair yang ditutup oleh nada lebih tinggi sebagai nada awal, nada tengah, nada akhir, dan dari nada yang
lebih tinggi tersebut terdapat puncak nada yang dihasilkan oleh pamadihinan pada waktu mempertunjukkan atau menyanyikan syair ini, baik dalam upacara perkawinan Banjar
maupun pada upacara yang lain sebagai ungkapan perasaan dan estetika masyarakat Banjar dalam menjalani kehidupannya.
5.2 Struktur Durasi Syair Madihin
Universitas Sumatera Utara
Dari durasi yang diperlukan oleh setiap bait maka dapat ditentukan waktu yang diperlukan pamadihinan untuk menyanyikan syairnya. Waktu yang diperlukan setip
bait pada syair madihin tidak sama. Berdasarkan pengukuran durasi dengan menggunakan program Praat 4.027, berikut ini terlihat perkembangan penggunaan waktu
pertunjukan syair madihin yang dinyanyikan oleh pamadihinan dari Tanjung Ibus, Kabupaten Langkat.
Tabel V.2: Durasi Bait 1-10 Syair Madihin No. Bait Jumlah
Huruf Vokal
Jumlah Semua
Huruf Waktu
detik Durasi
yang lebih panjang
Letak durasi yang lebih
panjang
1 I
32 75
21 a 0,70
Tengah kalimat 2
II 56
122 69
e 0,88 Akhir kalimat
3 III
56 128
85 a 0,69
Akhir kalimat 4
IV 51
91 24
i 0,64 Tengah kalimat
5 V
45 106
29 a 0,39
Akhir kalimat 6
VI 81
175 78
a 0,45 Tengah kalimat
7 VII
50 113
67 a 0,34
Tengah kalimat 8
VIII 81
169 67
i 0,35 Tengah kalimat
9 IX
52 189
14 a 0,38
Tengah kalimat 10
X 39
89 24
a 1,01 Akhir kalimat
Jlh 511 1.257 440
Universitas Sumatera Utara
Dari segi waktu yang digunakan pemadihinan untuk menyanyikan syair madihin pada bait 1 sampai bait 10 diperoleh kenyataan, bahwa program Praat versi 4.027
menyajikan penghentian durasi pada huruf vokal. Vokal dalam hal ini berfungsi sebagai peninggi nada sedangkan konsonan hanya berfungsi sebagai pelengkap vokal dalam
mempertinggi intonasi lagu syair. Berdasarkan kekuatan vokal tersebut, maka peneliti hanya menemukan dua bait yang memiliki durasi yang sama, yaitu bait ketujuh dan bait
kedelapan dengan durasi 67 detik. Bait yang lain memiliki durasi bervariasi dengan durasi yang terlama dibawakan oleh pamadihinan terdapat pada bait ketiga yaitu 85
detik. Sebaliknya, durasi yang tercepat dibawakan oleh pamadihinan adalah pada bait kesembilan yaitu 14 detik. Durasi yang diperlukan pamadihinan untuk menyanyikan
kesepuluh bait syair madihin adalah 440 detik 7 menit 20 detik. Penggunaan durasi pamadihinan dari Tanjung Ibus, Kabupaten Langkat, termasuk
lebih cepat dibandingkan oleh durasi yang diperlukan pamadihinan. Padahal, menurut Subiyakto 2006:34 dalam satu paket pementasan madihin biasanya panjang durasi
berkisar antara satu hingga dua jam. Akan tetapi, madihin yang ditampilkan bersama pementasan seni lainnya biasanya tidak lebih dari satu jam, sedangkan pada irama lagu
madihin yang ditampilkan oleh seorang penyanyi atau band paling lama sepuluh menit. Penggunaan waktu yang relatif cepat ini dimaksudkan sebagai selingan atau untuk lebih
menarik perhatian penonton. Durasi yang relatif cepat pada syair madihin dari Tanjung Ibus yang menjadi
fokus penelitian ini disebabkan pamadihinan hanya menyanyikan dan memainkan terbang seorang diri sebagai sampel target penelitian. Pamadihinan dari Tanjung Ibus
tidak peneliti paksa menyelesaikan syairnya dengan penutup yang lazim pada syair
Universitas Sumatera Utara
madihin. Pamadihinan Tanjung Ibus hanya menampilkan pembukaan syair dengan larik berikut ini.
Bait Pertama: Tanduk rusa, tanduk rusa, berampang ampang
Tanduk rusa berampang-rampang, berampang ampang aa… aa…aa... aa….
Bait kedua: Assalamualaikum ini judul pertama
Wa allaikum salam ulun beri jawabannya Pandengar madihin di mana saja barada
Baik di kota sampai ke desa-desa Kedua bait di atas merupakan pembukaan syair madihin. Pembukaan ini menjadi
ciri khas pamadihinan dalam setiap pementasannya. Pembukaan bait pertama merupakan ucapan perkenalan kebanjaran pamadihinan yang diperkuat oleh bait kedua dengan
ucapan salam keagamaan, Islam. Setelah pembukaan barulah pamadihinan menyampaikan isi pokok cerita yang dijalin sedemikian rupa dalam bait-bait puitis yang
bersajak. Setelah selesai menyampaikan isi pokok cerita, pamadihinan akan mengubah irama terbang dengan memperlambat temponya. Pada saat itu pamadihinan
menyampaikan harapan akan keselamatan bagi para hadirin dan agar dapat berjumpa lagi. Bagian penutup ini tidak disampaikan pamadihinan Tanjung Ibus dalam perekaman
sehingga bait kesepuluh syair madihin dalam penelitian ini berisi larik-larik berikut ini. Ujar ulama tutum manyalahi
ujar nang katurunan kenapang manghaharungi pandapat ulum palingan maharani
maharani ..................... Bait penutup syair madihin yang tidak diungkapkan oleh pamadihinan Tanjung
Ibus dapat dicontohkan sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
....salamat tinggal kampung Batawi kapal balayar ka Surabaya
salamat tinggal urang manonton di sini jangan sampai lupa urang tawia....”
Berdasarkan tabel 12 di atas, pamadihinan dari Tanjung Ibus yang menjadi sampel target penelitian ini memerlukan 1.257 huruf dengan 511 vokal untuk memainkan
terbang dan syair madihinnya. Jumlah huruf vokal yang terbanyak terdapat di bait keenam dan bait kedelapan, yaitu huruf vokal sebanyak 81 huruf sedangkan yang jumlah
terbanyak pada kesemua huruf terdapat di bait kedelapan, yaitu 189 huruf. Secara keseluruhan, durasi yang terdapat pada bait pertama sampai bait kesepuluh, bunyi vokal
yang terdapat di tengah kalimat dan akhir kalimat Syair Madihin lebih panjang pengucapannya bila dibandingkan dengan vokal di awal kalimat.
Kalimat vokal yang memerlukan durasi yang panjang terdapat pada huruf vokal a 1,01 pada bait kesepuluh. Sebaliknya, kalimat vokal yang terendah durasinya
terdapat pada bait kedelapan pada vokal a 0,34. Tiap-tiap bait tidak bisa disamakan rentang waktunya sebab kalimat yang diucapkan oleh seorang pamadihinan disesuaikan
dengan kadar kemampuan dan imajinasi untuk mengolah vokal. Hal yang terpenting bagi pamadihinan adalah durasi di akhir kalimat biasanya sama, rimanya datar.
5.3 Struktur Notasi Syair Madihin