Upacara Pesta Perkawinan Bakakahawinan

maharani ..................... Makna: Bait kesepuluh ini berfungsi sebagai penghias karangan dan penguat maksud karangan. Walaupun tidak berupa nasihat, namun syair ini membuat pepatah unsur- unsur leksikal yang berkaitan dengan sinonim. Pepatah ini mengambil bahasa seorang ulama yang tidak lari dari ajaran agama. Menurut orang tua sebagai orang yang mempunyai keturunan, dari rakyat biasa sampai ke raja bahkan ratunya atau permaisurinya.

5.4.2 Penggunaan Syair Madihin

Penggunaan syair madihin sebagai salah satu bentuk kesenian Banjar di Sumatera Utara mencakup berbagai aktivitas, seperti memeriahkan suasana pesta perkawinan, memeriahkan suasana pesta khitanan, untuk mengiringi upacara menabalkan anak, dan mengiringi pelepasan serta penyambutan jemaah haji. Bahkan, keluarga yang memiliki kemampuan ekonomi akan menampilkan syair madihin untuk mengiringi upacara khatam Al-Qur’an. Berkaitan dengan penggunaan syair ini pada berbagai aktivitas masyarakat Banjar telah memberi fungsi syair madihin sebagai pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkatan-tingkatan hidup seseorang.

5.4.2.1 Upacara Pesta Perkawinan Bakakahawinan

Dalam kebudayaan Banjar, pernikahan atau perkawinan merupakan kegiatan yang bersifat keagamaan dan adat sekaligus. Pernikahan secara konseptual, adalah penyatuan jasmani dan rohani antara lelaki dan perempuan yang disahkan, baik oleh agama maupun Universitas Sumatera Utara norma-norma sosial. Dalam kebudayaan masyarakat Banjar pada upacara perkawinan ini memiliki beberapa tahapan kegiatan, seperti basusuluh, badatang, bapapayuan, maatar patalian, baantar jujuran, akad nikah, badudus, mahias pangantin, manarunakan pangantin lalaki, maarak pangantin lalaki, dan batatai Fauzi, 2006:31-32. Adapun landasan perkawinan Banjar ini adalah berdasarkan ajaran agama Islam. Islam bagi pengikutnya dipandang agama yang sempurna dan paripurna. Islam mengajarkan semua hal, termasuk perkawinan. Dalam Al-Qur’an, salah satu surat yang banyak membicarakan tentang perkawinan adalah surat An-Nisaa’, yang terdiri dari 176 ayat. Dinamakan An Nisaa karena dalam surat ini banyak dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan wanita serta merupakan surat yang paling luas membicarakan perempuan dibandingkan dengan surat-surat yang lain. Surat yang lain yang membicarakan tentang hal wanita adalah surat Ath-Thalaq. Dalam hubungan ini biasa disebut surat An-Nisaa dengan sebutan Surat An-Nisaa Al Kubraa surat An-Nisaa yang besar sedangkan surat Ath-Thalaq disebut dengan sebutan Surat An-Nisaa Ash- Shughraa surat An-Nisaa yang kecil. Berikut ini ditampilkan beberapa ayat dalam Al Qur’an yang menjadi dasar perkawinan bagi masyarakat Banjar di Kabupaten Langkat. a Annisa: 4 Universitas Sumatera Utara Artinya: “Berikanlah mas kawin mahar kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebahagian dari mas kawin itu dengan senang hati, maka makanlah ambillah pemberian itu sebagai makanan yang sedap lagi baik akibatnya.” c Annur: 32 Artinya: “Dan kawinlah orang-orang yang sedirian di antara kamu, dan orang- orang yang layak berkawin dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas pemberian- Nya lagi Maha Mengetahui.” d Al-Baqarah 221 Universitas Sumatera Utara Artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik dengan wanita-wanita mukmin sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya perintah-perintah-Nya kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” e Annisa’ 23 Artinya: “Diharamkan atas kamu mengawini ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu mertua; anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu Universitas Sumatera Utara belum campur dengan istrimu itu dan sudah kamu ceraikan, maka tidak berdosa kamu mengawininya; dan diharamkan bagimu istri-istri anak kandungmu menantu; dan menghimpunkan dalam perkawinan dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” f Annisa 24 Artinya: “Dan diharamkan juga kamu mengawini wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki Allah telah menetapkan hukum itu sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian yaitu mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang telah kamu nikmati campuri di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya dengan sempurna, sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” g Annisa: 34 Universitas Sumatera Utara Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka laki-laki atas sebahagian yang lain wanita, dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Demikian sekilas pokok-pokok ajaran tentang perkawinan dalam Islam. Di dalamnya terkadung cara berbuat, bersikap, dan berperilaku antara sepasang suami dan isteri. Begitu juga diperbolehkannya poligami, namun dengan syarat harus mampu dan adil. Dalam kebudayaan Banjar juga dasar dari perkawinan adalah ajaran Islam. Akan tetapi, kegiatannya juga melibatkan kebudayaan Banjar yang dalam konteks perkawinan memiliki tiga tahapan, yakni tahapan praperkawinan, tahapan pernikahan di mana syair madihin dipertunjukkan pamadihinan, dan tahapan pascaperkawinan. Bagan berikut ini memperlihatkan tata cara pendukung adat perkawinan Banjar. Universitas Sumatera Utara Bagan V.1: Tata Cara dan Tahapan Upacara Adat Perkawinan Banjar untuk Setiap Tahap Upacara Upacara Adat Perkawinan Banjar Dalam tata cara pra sebelum perkawinan dilaksanakan beberapa upacara. Adapun basusuluh merupakan risikan langsung mengenai data-data calon mempelai wanita. Utusan pihak calon mempelai lelaki akan menanyakan apakah pihak calon mempelai wanita sudah ada yang meminang. Kalau dijawab belum oleh pihak calon mempelai wanita, maka tahap berikutnya adalah melakukan upacara badatang. Tata Cara Praperkawinan Tata Cara Pernikahan Basusuluh Badatang Bapapayuan Maatar Patalian Baatar Jujuran Nikah Badudus Mahias Pangantin Menurunkan Pangantin Lalaki Maarak Pangantin Lalaki Batatai Tata Cara Pasca Perkawinan Bajajagaan BasusujudBailangan Universitas Sumatera Utara Setelah dikira cukup persiapan, maka pihak calon pengantin lelaki datang melamar ke kediaman calon pengantin perempuan. Kegiatan ini dalam bahasa Banjar disebut dengan badatang atau bapara. Ketika upacara lamaran ini, jumlah utusan calon mempelai pria biasanya hanya tiga orang saja, namun adakalanya berjumlah relatif besar. Ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Bila kedua calon mempelai memiliki hubungan kekeluargaan, maka maka rombongan yang melamar relatif tidak banyak. Sebaliknya, jika kedua calon mempelai tidak memiliki ikatan kekeluargaan, maka cenderung melibatkan jumlah rombongan yang relatif besar. Selepas itu diadakan upacara bapapayuan yaitu acara menentukan jujuran mahar. Upacara ini biasanya dilakukan di rumah calon mempelai lelaki. Jika jujuran telah disepakati secara musyawarah, maka tahapan berikutnya dilakukan upacara maatar partalian tandak ikatan kasih. Pada tahapan upacara maatar partalian maka pihak calon mempelai lelaki menyediakan berupa seperangkat pakaian calon mempelai wanita. Pada upacara maatar partalian ini selalu disipi upacara tukar cincin. Kemudian, dilanjutkan dengan upacara baantar jujuran. Upacara baantar jujuran adalah salah satu rangkaian dalam upacara perkawinan adat Banjar, yaitu berupa penyerahan mas kawin yang berupa jujuran atau uang mahar. Tempat upacara ini adalah di rumah mempelai perempaun. Uang mahar ini dihitung di tengah upacara tersebut dengan saksi semua yang hadir. Jika jumlahnya telah sesuai dengan hasil musyawarah kedua belah pihak, maka diteruskan atau diserahkan kepada orang tua calon mempelai perempuan yang kemudian memasukkan uang tersebut ke dalam sebuah bakul. Universitas Sumatera Utara Berikutnya adalah tahapan akad nikah mengikuti agama Islam. Akad nikah ini diselenggaraan di rumah calon mempelai perempuan. Hari pernikahan dapat saja dilakukan pada pagi hari ataupun malam. Hal tersebut ditentukan oleh suatu mufakat. Pada acara tersebut calon pengantin laki-laki diantar oleh sekitar sepuluh orang dari anggota keluarganya yang terdiri atas laki-laki yang sudah tua atau perempuan ke rumah pihak perempuan untuk mengucapkan akad nikah. Biasanya pakaian calon pengantin pada waktu menikah haruslah sesuai dengan apa yang telah dijanjikan sewaktu meminang. Biasanya memakai pakaian adat Banjar. Pengantin laki-laki telah duduk di atas tilam yang diapit kiri kanan oleh guru ataupun keluarganya yang punya ilmu kebatinan, agar dalam pelaksanaan pernikahan tersebut tidak ada halangan apa-apa. Di hadapan pengantin laki-laki, duduk seorang tuan kadi dan disertai dua orang saksi untuk mendengar akad nikah tersebut. Keluarga yang lain duduk menyaksikan upacara secara cermat, lalu tuan kadi mengucapkan doa nikah. Selesai upacara akad nikah ini, maka resmilah secara agama Islam kedua mempelai menjadi suami dan istri. Kemudian rangkaian upacara berikutnya adalah upacara badudus, yaitu memandikan kedua mempelai secara tradisional sebelum disandingkan di pelaminan. Upacara berikutnya adalah mahias pengantin, dilanjutkan dengan upacara manurunkan pangantin lalaki, maarak pangantin lalaki, dan puncaknya adalah batatai, yaitu persandingan antara kedua mempelai ini di pelaminan. Pada saat batatai inilah syair madihin didendangkan oleh pamadihinan, baik secara perseorangan maupun berkelompok. Syair yang dinyanyikan pamadihinan biasanya berkaitan dengan tema- tema tentang perkawinan yang dikemas sedemikian rupa sehingga menimbulkan Universitas Sumatera Utara kekocakan yang tidak menghilangkan pesan moral kepada pengantin dan masyarakat Banjar. Contoh syair madihin di Langkat dalam konteks upacara perkawinan ini adalah sebagai berikut. Baiklah kisahnya kita tarus akan haja tapi sang pengantin urang Banjar tumat di negri sampai ka sini sini tutumat bahari sampai ke waya hilik pangantin urang Banjar mudah bangat ditandai esok hari bamula demi lima ulas saji Ujar ulama tutum manyalahi ujar nang katurunan kenapang manghaharungi pandapat ulun palingan maharani maharani ..................... Demikian sekilas uraian tentang penggunaan syair madihin pada upacara perkawinan adat Banjar, khususnya di Kabupaten Langkat. Syair yang dinyanyikan pada upacara perkawinan adat Banjar ini disajikan secara khusus sehingga syair ini berbeda liriknya dengan syair yang dinyanyikan pada upacara yang lain. Akan tetapi, struktur notasi dari melodi syair tersebut memperlihatkan persamaan dari satu bait ke bait yang lain.

5.4.2.2 Upacara Pesta Khitan