Dengan demikian, berkaitan dengan pergeseran fungsi syair madihin dalam kehidupan masyarakat Banjar, maka fungsi syair madihin pada analisis ini akan dibagi
menjadi tiga, yaitu fungsi pada konteks makna lirik syair, fungsi pada konteks penggunaan, dan fungsi pada konteks sosiobudaya. Adapun penggunaan syair madihin
dalam kebudayaan Banjar secara umum dan di Langkat secara khusus, biasanya digunakan dalam konteks adat-istiadat terutama upacara pesta perkawinan, pesta
bersunat, menabalkan nama anak, serta melepas dan menyambut haji sekaligus berfungsi sebagai pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkatan-tingkatan hidup
seseorang. Syair madihin, di samping berfungsi sebagai pelengkap upacara sehubungan
dengan peringatan tingkatan-tingkatan hidup seseorang sebagaimana dijelaskan di atas, juga memiliki fungsi dalam konteks sosial dan budaya. Fungsi lain syair madihin tersebut
di Langkat, Sumatera Utara adalah untuk: a integrasi sosiobudaya, b kelestarian budaya, c hiburan, d mata pencaharian, e ekspresi individu, f ekspresi kelompok,
g ekspresi emosi, h ekspresi estetika , dan i sarana ritual.
5.4.3.1 Integrasi Sosiobudaya
Fungsi syair madihin lainnya adalah untuk integrasi masyarakat Banjar atau yang lebih luas masyarakat Sumatera Utara dan Indonesia. Dari serangkaian fungsinya,
fungsinya yang utama adalah memberi sumbangan kepada integrasi masyarakat. Masyarakat di Sumatera Utara terdiri dari berbagai kelompok suku, agama, ras, dan
golongan. Mereka berkelompok-kelompok berasaskan persamaan-persamaan tersebut. Akibatnya, dapat terjadi konflik sosial antarkelompok, yang terbawa dalam belbagai
Universitas Sumatera Utara
aktivitas, termasuk kesenian. Namun di sisi lain, mereka juga menyadari akan bahaya yang diakibatkan apabila konflik sosial tersebut tidak diselesaikan hingga pada tahapan
harmoni sosial. Oleh karena itu, mereka perlu berintegrasi. Perlunya integrasi itu didukung pula dengan kondisi mereka yang berada dalam satu negara, bangsa, provinsi,
yang menginginkan kerjasama sosial dalam berbagai kegiatan, termasuk kesenian Banjar. Syair madihin ternyata mampu memberikan sumbangan bagi terciptanya integrasi
masyarakat Sumatera Utara yang heterogen. Syair madihin sebagai salah satu contoh kesenian yang mengekspresikan budaya heterogen. Sumbangan kebudayaan Banjar
terhadap integrasi sosial sangat berkait erat dengan identitas etnik, dan kelenturan masyarakat Banjar. Salah satu bentuk kepedulian masyarakat Banjar terhadap kondisi
sosiobudaya masyarakat yang turut menentukan integrasi penduduk Sumatera Utara adalah tuturan pamadihinan yang memperingatkan perilaku kegilaan masyarakat,
sebagaimana terlihat pada larik-larik berikut ini. Menurut doktor dalam ilmu kasihatan
tatawa itu memang dianjurkan tapi jangan inda baliliwatan
urang salah sangka dikira gigilaan amun udah gila ngalih banar diobati
Gila itu ada bermacam versi gila harta siang malam duit nang dicari
gila kedudukan sikut kanan sikut kiri gila bibinian anak bini kita kadak taurusi
gila pegawai kaluar tiap hari padahal sakulah kadadak sahari-hari
Gila minuman mabuk tiap hari gila narkoba bauntal pil extasi
gila bajudi harta habis tajuali gila babanaran kadak sanggup menjagai
terpaksa diikat lawan rantai wati kadak sanggup maurus racun babi diminumi
diminumi………………….
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan lirik syair di atas, syair madihin juga mampu memberi jatidiri
khas daerah Sumatera Utara Timur. Norma-norma dalam penyerapan kesenian yang dipergunakan juga tidak membatasi hanya kepada kesenian yang sudah ada, tetapi
tampaknya lebih bersifat menghimpun secara luas segenap unsur budaya, walaupun juga tetap memelihara konsistensi internal dan identitas kebanjarannya. Dengan demikian,
syair madihin merupakan wahana dari melting pot antara berbagai budaya yang berbeda. Apabila kondisi integrasi ini terjadi dalam lingkup yang lebih luas, maka akan terasa
kebersamaan dan saling memerlukan antara manusia di dunia ini, sebagai makhluk sosial. Fungsi syair madihin sebagai integrasi sosiobudaya, artinya adalah bahwa
masyarakat Banjar atau yang lebih luas seluruh umat manusia, memiliki berbagai-bagai perbedaan ras, bangsa nasional, status sosial dan ekonomi, agama, kepercayaan, sekte,
stereotipe, jenis kelamin, dan lain-lainnya. Mereka yang berbeda ini, perlu berkomunikasi dan saling berhubungan sosial, karena makhluk manusia itu memerlukan
manusia lain. Salah satu fungsi seni budaya Banjar adalah untuk mewujudkan integrasi sosiobudaya. Oleh karena itu, mereka perlu mengadakan integrasi sosiobudaya dalam
kehidupan masyarakat, baik secara lokal, nasional, maupun internasional. Selain itu juga, Islam sebagai panduan etnik Banjar di Sumatera Utara, secara konseptual adalah sebuah
agama dengan gagasan dan melakukan konsep rahmat kepada seluruh sekalian alam.
5.4.3.2 Kelestarian Budaya