Struktur Notasi Syair Madihin

....salamat tinggal kampung Batawi kapal balayar ka Surabaya salamat tinggal urang manonton di sini jangan sampai lupa urang tawia....” Berdasarkan tabel 12 di atas, pamadihinan dari Tanjung Ibus yang menjadi sampel target penelitian ini memerlukan 1.257 huruf dengan 511 vokal untuk memainkan terbang dan syair madihinnya. Jumlah huruf vokal yang terbanyak terdapat di bait keenam dan bait kedelapan, yaitu huruf vokal sebanyak 81 huruf sedangkan yang jumlah terbanyak pada kesemua huruf terdapat di bait kedelapan, yaitu 189 huruf. Secara keseluruhan, durasi yang terdapat pada bait pertama sampai bait kesepuluh, bunyi vokal yang terdapat di tengah kalimat dan akhir kalimat Syair Madihin lebih panjang pengucapannya bila dibandingkan dengan vokal di awal kalimat. Kalimat vokal yang memerlukan durasi yang panjang terdapat pada huruf vokal a 1,01 pada bait kesepuluh. Sebaliknya, kalimat vokal yang terendah durasinya terdapat pada bait kedelapan pada vokal a 0,34. Tiap-tiap bait tidak bisa disamakan rentang waktunya sebab kalimat yang diucapkan oleh seorang pamadihinan disesuaikan dengan kadar kemampuan dan imajinasi untuk mengolah vokal. Hal yang terpenting bagi pamadihinan adalah durasi di akhir kalimat biasanya sama, rimanya datar.

5.3 Struktur Notasi Syair Madihin

Struktur notasi syair madihin ditentukan oleh kemampuan pamadihinan memainkan terbang dan menyanyikan syair dan pantunnya. Terbang yang dimainkan pamahidinan berukuran relatif besar daripada terbang yang biasa digunakan pada seni rebana atau hadrah. Menurut Amir Hasan Kiai Bondan 1925 dalam Subiyakto Universitas Sumatera Utara 2006:33, terbang madihin memerlukan persyaratan khusus untuk membuat dan memainkannya. Terbang madihin terbuat dari bahan-bahan seperti kayu nangka, jingah, atau rajawali untuk kerangka atau badan terbang kerongkong, kulit kambing untuk selaput membrane yang berfungsi sebagai sumber bunyi bila ditabuh, pasak dari kayu atau bambu, rotan atau ilatung belatung atau bisa juga dari lempengan tembaga atau jenis metal lainnya untuk penguat dan mengencangkan kulit selaput terbang tersebut. Ukuran garis tengah lingkaran permukaan terbang yang ditutupi kulit adalah 35-45 cm, garis tengah lingkaran bagian belakang bawah lebih kecil, dan tinggi badan terbang sekitar 27 cm. Sedangkan ketebalan rata-rata kulit terbang tidak lebih dari 2 cm. Oleh karena itu, pamadihinan memainkan terbang dengan cara memangku di atas kedua pahanya dan duduk di kursi atau bahkan di lantai, kemudian melantunkan cerita yang garis besarnya telah dipersiapkan di luar kepala dengan diiringi suara tabuhan terbang yang dilakukannya sendiri. Dari alat musik bernama terbang maka pamadihinan menuturkan syair madihin dengan struktur melodi yang terbatas. Dikatakan terbatas karena hasil melodi dari satu bait ke bait lainnya memperlihatkan kesamaan iramabunyi terbang. Oleh karena itu, struktur notasi balok dari melodi syair tersebut memperlihatkan persamaan dari satu bait ke bait lainnya. Perbedaan struktur notasi balok hanya terjadi dalam satu bait yang disebabkan kemampuan pamadihinan untuk menggunakan nada dasar, nada final, nada atas, dan nada bawah sehingga memunculkan penekanan nada yang lebih tinggi dan berdurasi panjang pada akhir larik atau akhir kalimat. Dengan demikian, fungsi melodi Universitas Sumatera Utara dalam pertunjukan syair ini hanya sebagai rap, pendukung penuturan syair yang didendangkan dengan kombinasi pembacaan puisi dan nyanyian lagu. 5.4 Fungsi Syair Madihin 5.4.1 Makna Lirik Syair Madihin