Kelestarian Budaya Fungsi Sosiobudaya Syair Madihin

Sejalan dengan lirik syair di atas, syair madihin juga mampu memberi jatidiri khas daerah Sumatera Utara Timur. Norma-norma dalam penyerapan kesenian yang dipergunakan juga tidak membatasi hanya kepada kesenian yang sudah ada, tetapi tampaknya lebih bersifat menghimpun secara luas segenap unsur budaya, walaupun juga tetap memelihara konsistensi internal dan identitas kebanjarannya. Dengan demikian, syair madihin merupakan wahana dari melting pot antara berbagai budaya yang berbeda. Apabila kondisi integrasi ini terjadi dalam lingkup yang lebih luas, maka akan terasa kebersamaan dan saling memerlukan antara manusia di dunia ini, sebagai makhluk sosial. Fungsi syair madihin sebagai integrasi sosiobudaya, artinya adalah bahwa masyarakat Banjar atau yang lebih luas seluruh umat manusia, memiliki berbagai-bagai perbedaan ras, bangsa nasional, status sosial dan ekonomi, agama, kepercayaan, sekte, stereotipe, jenis kelamin, dan lain-lainnya. Mereka yang berbeda ini, perlu berkomunikasi dan saling berhubungan sosial, karena makhluk manusia itu memerlukan manusia lain. Salah satu fungsi seni budaya Banjar adalah untuk mewujudkan integrasi sosiobudaya. Oleh karena itu, mereka perlu mengadakan integrasi sosiobudaya dalam kehidupan masyarakat, baik secara lokal, nasional, maupun internasional. Selain itu juga, Islam sebagai panduan etnik Banjar di Sumatera Utara, secara konseptual adalah sebuah agama dengan gagasan dan melakukan konsep rahmat kepada seluruh sekalian alam.

5.4.3.2 Kelestarian Budaya

Syair madihin di Sumatera Utara berfungsi pula memberikan sumbangan untuk kelestarian dan stabilitas kebudayaan Banjar dan etnik lainnya di Sumatera Utara. Di dalam syair madihin terkandung unsur-unsur sejarah, mite dan legenda, yang pada Universitas Sumatera Utara saatnya mampu memberikan sumbangan untuk kelestarian kebudayaan. Usaha untuk mewujudkan kelestarian dan stabilitas kebudayaan Banjar melalui kesenian, dapat dilihat dari konsep, “Tak Banjar hilang di bumi, esa hilang dua terbilang, sekali layar terkembang surut kita berpantang”. Secara sastrawi, usaha melestarikan budaya Banjar yang berdasarkan ajaran Islam tercermin dalam larik-larik syair madihin sebagaimana terlihat pada bait-bait pembukaan syair madihin dari Tanjung Ibus berikut ini. Assalamualaikum ini judul pertama wa allaikum salam ulun beri jawabannya pandengar madihin di mana saja barada baik di kota sampai ke desa-desa Harus dijaga ini kelestariannya seperti madihin saya Syahyan Kelana supaya meriah ini maksud tujuannya tulung rame-rame tepuk tangan bersama bersama ………… Pemilihan upacara adat perkawinan Banjar sebagai tempat pertunjukan syair madihin berkaitan dengan usaha pelestarian budaya Banjar. Hal ini disebabkan pada upacara perkawinan tersebut berkumpul pihak keluarga dan kerabat, terutama yang berasal dari suku bangsa Banjar. Dengan berkumpulnya masyarakat Banjar, maka pertunjukan syair madihin dapat mengingatkan orang-orang Banjar pada kelestarian budayanya. Fungsi seni pertunjukan Banjar sebagai sarana untuk menjaga kelestarian budaya merupakan bagian dari amalan yang sejalan dengan ajaran agama Islam. Bahwa seperti dicontohkan di dalam ajaran agama, kebudayaan manusia itu boleh saja mati, dan ada juga yang lestari. Melalui seni budaya Banjar dan Islam, ajaran-ajaran Islam akan terus lestari mengikuti rentak dimensi ruang dan masa. Bahwa kebudayaan Islam itu harus Universitas Sumatera Utara diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya agar tidak musnah ditelan zaman. Seni budaya Islam ini diajarkan melalu berbagai institusi sosial, misalnya pesantren atau makhtab, sekolah umum, kumpulan remaja masjid dan lain-lainnya. Generasi muda haruslah dikawal dan dipandu agar mereka meneruskan dan melestarikan kebudayaan Islam ini ke generasi-generasi mendatang.

5.4.3.3 Hiburan