Sistematika Penulisan Pengertian Perdagangan

bahan-bahan hukum, baik yang berasal dari peraturan perundang- undangan, buku-buku yang berhubungan, dan sebagainya. 5. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada PT United Tractors, Tbk. Medan yang beralamat di Jalan Raya Tanjung Morawa Km.10 Medan, Sumatera Utara, 20148- Indonesia.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dan mendapatkan gambaran umum mengenai Skripsi ini, maka dalam sistematika penulisan ini akan diuraikan isi Skripsi yang mana terbagi atas 5 lima Bab, yaitu: BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang membahas mengenai isi Skripsi secara garis besar. Bab ini menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : Bab ini membahas tentang Ketentuan Umum mengenai Perdagangan yang menguraikan tentang pengertian perdagangan, jenis perdagangan dan tugas perdagangan, syarat-syarat perdagangan, serta pihak-pihak dalam perdagangan. BAB III : Bab ini membahas tentang Mekanisme Pembayaran dalam Perdagangan, yang menguraikan tentang pengertian mekanisme pembayaran, metode pembayaran dalam perdagangan, dan mekanisme pembayaran dalam perdagangan nasional dalam negeri. Universitas Sumatera Utara BAB IV : Bab ini membahas tentang Pelaksanaan Perdagangan Alat-Alat Berat dan Mekanisme Pembayaran pada PT United Tractors, Tbk., yang menguraikan tentang prosedur dalam melaksanakan perdagangan alat-alat berat pada PT United Tractors, Tbk., cara pembayaran dalam perdagangan alat-alat berat pada PT United Tractors, Tbk., serta hak dan kewajiban para pihak dalam perdagangan alat-alat berat pada PT United Tractors, Tbk. BAB V : Bab ini merupakan bab penutup yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran dari topik pembahasan dalam Skripsi ini. Universitas Sumatera Utara BAB II KETENTUAN UMUM MENGENAI PERDAGANGAN

E. Pengertian Perdagangan

1. Sumber-Sumber Hukum Dagang Hukum dagang adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut melakukan perdagangan dalam usahanya memperoleh keuntungan. Dapat juga dikatakan, hukum dagang ialah hukum yang mengatur hubungan hukum antara manusia-manusia dan badan-badan hukum satu sama lain dalam lapangan perdagangan. 16 Hukum dagang Indonesia terutama bersumber pada: 17 a. Hukum Tertulis yang dikodifikasikan: 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD atau Wetboek van Koophandel W.v.K Indonesia. 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPer atau Burgerlijk Wetboek BW Indonesia. b. Hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, yakni peraturan perundangan khusus yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan. Dengan kata lain, ketentuan-ketentuan yang mengatur perdagangan ada dua 2 rupa, yakni: 18 1. Peraturan-peraturan yang dibuat oleh negara Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, dan sebagainya. 16 C.S.T.Kansil, Op.Cit., hal.7 17 Ibid. 18 Iting Partadireja, Pengetahuan dan Hukum Dagang, Jakarta, Penerbit Erlangga, 1978, hal.6 Universitas Sumatera Utara 2. Peraturan-peraturan yang tumbuh dan berkembang dalam perdagangan itu sendiri, sehingga menjadi kebiasaan, baik secara lokal maupun internasional. 2. Arti Perdagangan Sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Kepmenperindag, pengertian perdagangan dirumuskan sebagai berikut: “Perdagangan adalah kegiatan jual-beli barang danatau jasa yang dilakukan secara terus-menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang danatau dengan disertai imbalan atau kompensasi.” 19 Selain itu, dirumuskan juga pengertian pedagang, yakni: “Pedagang adalah perorangan atau badan usaha yang melakukan kegiatan perniagaanperdagangan secara terus-menerus dengan tujuan memperoleh laba.” 20 Pengertian pedagang ini dapat dikaitkan juga dengan orang yang menjalankan perusahaan bedrijf, sehingga menjadi pengertian yang lebih luas. 21 Pada umumnya, perdagangan atau perniagaan ialah pekerjaan membeli barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu di tempat lain atau pada suatu waktu dengan maksud untuk memperoleh keuntungan. Dalam zaman yang modern ini, perdagangan adalah pemberian perantaraan kepada produsen dan konsumen untuk menjualkan 19 Pasal 1 butir 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23MPMKep1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan 20 Pasal 1 butir 2 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23MPMKep1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan 21 H. Abdul Muis, Hukum Persekutuan dan Perseroan, Medan, Fakultas Hukum USU, 2006, hal.131 Universitas Sumatera Utara dan membelikan barang-barang, yang mana memudahkan dan memajukan penjualan dan pembelian. 22 Perdagangan ada yang bersifat nasional dan ada yang bersifat internasional. Dikatakan bersifat nasional, apabila terjadi antara penjual dan pembeli dalam wilayah negara yang sama. Dikatakan bersifat internasional, apabila terjadi antara penjual dan pembeli yang bertempat tinggal di dalam wilayah negara yang berlainan antarnegara. 23 Adapun pemberian perantaraan itu meliputi berbagai macam pekerjaan, seperti: 24 a. pekerjaan orang-orang perantara, misalnya makelar, komisioner, pedagang keliling, dsb. b. pembentukan badan-badan usaha asosiasi, seperti: Perseroan Terbatas PT atau Naamloze Vennootschap NV, Firma Fa atau Vennootschap Onder Firma VOF, Perseroan Komanditer atau Commanditaire Vennootschap CV, dsb guna memajukan perdagangan. c. pengangkutan untuk kepentingan lalu lintas niaga, baik darat, laut, maupun udara. d. pertanggungan asuransi yang berhubungan dengan pengangkutan, supaya pedagang dapat menutup risiko pengangkutan dengan asuransi. e. peraturan bankir untuk membelanjai atau membiayai perdagangan. 22 C.S.T.Kansil, Op.Cit., hal.1 23 C.S.T.Kansil dan Christine S.T.Kansil, Modul Hukum Dagang, Jakarta, Djambatan, 2001, hal.157 24 Ibid. Universitas Sumatera Utara f. mempergunakan surat perniagaan, seperti wesel 25 , cek, aksep 26 3. Objek Dagang Handelszaak Benda perdagangan adalah hal-hal yang dapat dijadikan objek bagi badan-badan usaha, baik badan usaha perdagangan maupun badan usaha dalam bidang perekonomian secara umum. untuk melakukan pembayaran dengan cara yang mudah guna memperoleh kredit. Pengertian yang paling luas dari perkataan “benda zaak” ialah segala sesuatu yang dapat dihaki oleh orang, sedangkan dalam arti yang sempit, benda itu sebagai barang yang dapat dilihat saja. Undang-undang membagi benda-benda dalam beberapa macam: 27 a. benda yang dapat diganti contoh: uang dan yang tidak dapat diganti contoh: seekor kuda b. benda yang dapat diperdagangkan praktis tiap barang dapat diperdagangkan dan yang tidak dapat diperdagangkan atau di luar perdagangan contoh: jalan-jalan, lapangan umum c. benda yang dapat dibagi contoh: beras dan yang tidak dapat dibagi contoh: seekor kuda d. benda yang bergerak contoh: perabot rumah dan yang tidak bergerak contoh: tanah 25 Wissel: surat berharga yang berisi perintah dari si penarik kepada si wajib bayar untuk membayar sejumlah uang tertentu yang disebutkan jumlahnya dalam surat itu kepada orang yang ditunjuknyaordernya, J.C.T.Simorangkir, Drs. Rudy T. Erwin, J.T.Prasetyo, Kamus Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2000, hal.188 26 Aksep atau Promes: suatu surat yang memuat janji pembayaran sejumlah uang yang tertentu kepada orang yang tertentu atau wakilnya di tempat dan pada waktu yang tertentu pula, C.S.T.Kansil 1994, Op.Cit., hal.182 27 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta, Intermasa, 1992, hal.60-61 Universitas Sumatera Utara Dari pembagian di atas, yang paling penting ialah yang terakhir, yaitu mengenai benda bergerak dan benda tidak bergerak, sebab pembagian ini mempunyai akibat-akibat yang sangat penting dalam hukum. 28 Mengenai benda-benda bergerak ditetapkan dalam Pasal 1977 ayat 1 KUHPer, bahwa bezit 29 berlaku sebagai titel yang sempurna. Tentang arti dan maksud peraturan ini, diterangkan sebagai berikut menurut “Legitimatie-Theorie dari Mr.Paul Scholten” 30 Oleh Mr.Paul Scholten juga diajarkan suatu pelembutan hukum rechtsverfijning bahwa perlindungan yang diberikan oleh Pasal 1977 ayat 1 KUHPer hanya berlaku terhadap perbuatan-perbuatan dalam kalangan perdagangan handelsdaden. : Pada umumnya, hak milik atas suatu barang hanya dapat berpindah secara sah jika seseorang memperolehnya dari orang yang berhak memindahkan hak milik atas barang tersebut, yaitu pemiliknya. Akan tetapi, dapat dimengerti bahwa kelancaran dalam lalu lintas hukum akan sangat terganggu, jika dalam tiap jual-beli barang bergerak, si pembeli harus menyelidiki dahulu apakah si penjual sungguh-sungguh mempunyai hak milik atas barang yang dijualnya. Untuk kepentingan lau lintas hukum itulah, Pasal 1977 KUHPer menetapkan mengenai barang bergerak. Si penjual dianggap sudah cukup membuktikan hak miliknya dengan menunjukkan bahwa ia menguasai barang itu seperti seorang pemilik, yaitu bahwa menurut keadaan yang nampak keluar, barang itu seperti kepunyaannya sendiri bezit. 31 Selanjutunya, Pasal 1347 KUHPer menetapkan bahwa hak-hak atau kewajiban-kewajiban yang sudah lazim diperjanjikan dalam suatu perjanjian “gebruikelijk beding”, meskipun pada suatu waktu tidak dimasukkan dalam surat perjanjian, harus juga dianggap tercantum dalam 28 Ibid. 29 Bezit ialah suatu keadaan lahir, di mana seorang menguasai suatu benda seolah-olah kepunyaannya sendiri, yang oleh hukum diperlindungi dengan tidak mempersoalkan hak milik atas benda itu sebenarnya ada pada siapa, Ibid., hal.63 30 Ibid., hal.67 31 Ibid., hal.69 Universitas Sumatera Utara perjanjian. Oleh karena apa yang dinamakan “gebruikelijk beding” ini menurut undang-undang harus dianggap sebagai dicantumkan dalam perjanjian, akibatnya ia dapat menyingkirkan suatu pasal undang-undang yang tergolong hukum pelengkap aanvullend recht. Misalnya, jika ternyata dalam suatu kalangan perdagangan tentang suatu macam barang yang sudah lazim diperjanjikan, bahwa risiko terhadap barang dipikul oleh si penjual sampai pada saat penyerahan kepada si pembeli. Meskipun Pasal 1460 KUHPer menetapkan risiko terhadap barang yang tertentu harus dipikul oleh si pembeli, karena pasal-pasal perihal risiko ini tergolong hukum pelengkap. 32 Menurut Pasal 1460 KUHPer tersebut, dalam hal suatu perjanjian jual-beli mengenai suatu barang yang sudah ditentukan sejak saat ditutupnya, perjanjian barang itu sudah menjadi tanggungan si pembeli, meskipun belum diserahkan dan masih berada di tangan si penjual. Dengan demikian, jika barang itu hapus bukan karena salahnya si penjual, si penjual masih tetap berhak untuk menagih harga yang belum dibayar. 33 Dalam praktik, pengertian objek dagang ini dihubungkan dengan “isi” dari pengertian perusahaan dan secara umum yang dimaksudkan dengan “isi” perusahaan itu dapat disebut antara lain: benda-benda perdagangan termasuk yang berada dalam persediaan, inventaris perusahaan baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud seperti utang-utang, juga nama dagang, merek dagang, cap dagang, serta oktroi 34 32 Ibid., hal.140-141 33 Ibid., hal.145 34 J.C.T.Simorangkir, dkk, Op.Cit., hal.110 , bahkan juga termasuk apa yang disebut sebagai goodwill Goodwill adalah segala sesuatu yang Universitas Sumatera Utara merupakan bagian dari usaha perniagaan atau bagian dari perusahaan untuk mempertinggi nilai dari perusahaan itu sebagai kesatuan, misalnya pesawat telepon, letak perusahaan, dsb 35 Perdagangan dalam negeri berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional karena dapat mendorong pertumbuhan produksi dengan menjamin pengadaan sarana produksi dan pemasaran hasil produksi, disamping itu juga dapat melindungi konsumen dengan pengadaan dan penyaluran barang dan jasa dalam jumlah yang cukup, mutu yang baik dan harga yang stabil. Selanjutnya, berkembangnya kegiatan perdagangan dalam negeri pada tingkat harga yang sepadan dengan pertumbuhan produksi dapat mendorong perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan rakyat. . 4. Perdagangan Dalam Negeri 36 Kegiatan sinkronisasi perdagangan dalam negeri, meskipun diselenggarakan secara rutin setiap tahun oleh Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Departemen Perdagangan, namun dipandang masih sangat penting dan strategis dalam rangka mewujudkan persamaan persepsi dan pemahaman dalam penyusunan dan pelaksanaan program perdagangan dalam negeri, baik di tingkat pusat maupun daerah. Dalam pertemuan yang rencananya akan berlangsung dari tanggal 22-24 April 2009 tersebut, akan dibahas mengenai kebijakan teknis di bidang perdagangan dalam negeri yang akan disampaikan para direktur di lingkungan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, evaluasi pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi di bidang perdagangan dalam negeri, rencana kegiatan dekonsentrasi untuk tahun 2010, serta isu aktual dan permasalahan di bidang perdagangan dalam negeri. Sekretaris Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Gunaryo mengatakan: 37 35 C.S.T.Kansil 1994, Op.Cit., hal.5 36 www.bappenas.go.idget-file-servernode6848 37 Gunaryo, Sekretaris Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, pada acara Pembukaan Rapat Sinkronisasi Perdagangan Dalam Negeri Tahun 2009 yang pada tahun-tahun sebelumnya disebut Forum Koordinasi Teknis FKT, di Hotel Santosa Senggigi, Rabu malam 224, Sinkronisasi Universitas Sumatera Utara Masalah perdagangan juga kelihatannya semakin banyak dikaitkan dengan masalah-masalah lain, misalnya perdagangan jasa, seperti angkutan, perbankan, asuransi, pariwisata, dan sebagainya sudah masuk dalam satu paket dengan perdagangan barang atau komoditi. 38 Pembangunan perdagangan diarahkan untuk menunjang peningkatan produksi sesuai dengan perkembangan kebutuhan pembangunan serta perkembangan ekonomi dunia. Pembangunan perdagangan ditujukan pula untuk meningkatkan pendapatan produsen dan sekaligus menjamin kepentingan konsumen, meningkatkan penerimaan devisa, memperluas lapangan kerja dan lebih memeratakan kesempatan berusaha. Guna menunjang peningkatan produksi tersebut, perlu ditingkatkan perdagangan dalam negeri dan luar negeri. 39 Agar peningkatan perdagangan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan produsen dan menjamin kepentingan konsumen, kebijaksanaan perdagangan perlu diarahkan untuk menciptakan keadaan dan perkembangan harga yang layak dan bersaing melalui peningkatan efisiensi perdagangan dalam dan luar negeri. Peningkatan efisiensi perdagangan diharapkan dapat menurunkan biaya pemasaran serta memperlancar arus barang dan jasa sehingga tercipta kemantapan harga. 40 Perdagangan Dalam Negeri 2009, Jumat, 24 April 2009 08:54 WIB, Mataram, PAB-Online, http:web.pab-indonesia.comcontentview255499 38 Kata Pengantar dari Suhadi Mangkusuwondo, hal.x, dalam buku: J.Soedradjad Djiwandono, Perdagangan dan Pembangunan: Tantangan, Peluang, dan Kebijaksanaan Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Jakarta, LP3ES, 1992. 39 Ibid., hal.43 40 Ibid. Universitas Sumatera Utara Makin meluas dan berfungsinya sarana dan prasarana penunjang perdagangan perbankan, asuransi, transportasi, surveyor 41 ,telekomunikasi, periklanan, arbitrase, bursa komoditi, kawasan berikat bonded zone, dan sebagainya, dapat meningkatkan efisiensi perdagangan. Hal ini dilakukan melalui upaya memperluas dan mendorong berkembangnya usaha di bidang jasa penunjang perdagangan, serta meningkatkan keterpaduan dan koordinasi kebijakan dan langkah dengan instansi-instansi pembina jasa penunjang perdagangan. 42

F. Jenis Perdagangan dan Tugas Perdagangan