Pihak-Pihak dalam Perdagangan Pelaksanaan Perdagangan Alat-Alat Berat Dan Mekanisme Pembayaran Pada PT United Tractors, Tbk

pembayaran biaya resmi formalitas, bea masuk, pajak, dan biaya lainnya yang diperlukan di negara tujuan. Ini menunjukkan adanya tanggung jawab yang maksimal dari penjual.

H. Pihak-Pihak dalam Perdagangan

Dalam perdagangan, ada beberapa pihak yang terkait yakni penjual dan pembeli yang berbeda tempat dan kedudukannya maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan. Seorang pedagang, terutama seorang yang menjalankan perusahaan yang besar, biasanya tidak dapat bekerja seorang diri dalam menjalankan perusahaannya, maka diperlukan bantuan orang-orang yang bekerja padanya sebagai orang bawahan ataupun orang yang berdiri sendiri dan mempunyai perusahaan sendiri yang mempunyai perhubungan tetap atau tidak dengan dia. 58 Sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan yang demikian pesat, pengusaha-pengusaha kebanyakan tidak lagi berusaha seorang diri, melainkan bersatu dalam persekutuan-persekutuan atau perseroan-perseroan. 59 Yang termasuk dalam golongan pekerja-pekerja perniagaan di dalam lingkungan perusahaan, yakni: pemimpin perusahaan manager, pemegang-prokurasi procuratie-houder atau general agent, dan pedagang berkeliling commercial traveller. 60 1. Pihak Penjual Berikut ini akan diuraikan satu per satu pihak-pihak dalam perdagangan. 58 C.S.T.Kansil 1994, Op.Cit., hal.32-33 59 Ibid., hal.33 60 C.S.T.Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Jakarta, Aksara Baru, 1979, hal.44 Universitas Sumatera Utara Pihak penjual, yaitu pihak yang menyerahkan benda dan hak milik atas benda. Penjual dapat berstatus pengusaha atau bukan pengusaha yang mewakili kepentingan diri sendiri atau pihak lain atau kepentingan badan hukum.. Pengusaha adalah penjual yang menjalankan perusahaan. Kewajiban penjual: a. Penyerahan Benda 61 Ada dua kewajiban utama penjual, yaitu penyerahan benda dan penjaminan benda. Penyerahan ialah pengalihan benda yang telah dijual ke dalam kekuasaan dan menjadi milik pembeli. Penyerahan benda mungkin mengeluarkan atau tidak mengeluarkan biaya. Jika mengeluarkan biaya, menurut Pasal 1476 KUHPer, biaya penyerahan menjadi beban penjual, sedangkan biaya pengambilan menjadi beban pembeli, kecuali jika diperjanjikan lain. Dalam Pasal 1477 KUHPer ditentukan bahwa penyerahan harus dilakukan di tempat benda itu berada pada waktu jual-beli terjadi, kecuali jika diperjanjikan lain. Kalimat “kecuali jika diperjanjikan lain” memberi kemungkinan kepada penjual dan pembeli untuk menentukan cara lain, baik mengenai biaya penyerahan maupun tempat penyerahan. Ketentuan ini hanya mengenai biaya dan tempat penyerahan benda bergerak. Dalam praktik jual-beli benda bergerak tertentu, penjual tidak merumuskan ketentuan mengenai beban biaya dan tempat penyerahan, dengan demikian, pihak-pihak mengikuti 61 Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1992, hal.37 Universitas Sumatera Utara ketentuan undang-undang. Tetapi, undang-undang memberi keleluasan untuk diperjanjikan lain. Baik penjual maupun pembeli mempunyai kewajiban utama. Namun, manakah yang wajib dipenuhi lebih dahulu, penyerahan oleh penjual atau pembayaran harga oleh pembeli? Dalam Pasal 1478 KUHPer ditentukan, penjual tidak diwajibkan menyerahkan benda jika pembeli belum membayar harga, kecuali jika penjual mengizinkan penundaan pembayaran kepada pembeli. Jadi, kewajiban penjual menyerahkan benda, baru ada pada saat pembeli membayar harga benda. Tetapi, jika penjual mengizinkan pembeli melakukan penundaan pembayaran diberi kelonggaran waktu, maka kewajiban menyerahkan benda itu ada walaupun belum ada pembayaran harga. Sesuai dengan Pasal 1478 KUHPer, pembeli membayar harga benda, kemudian baru menerima penyerahan benda tersebut. Bentuk penyerahan barang atau jasa dapat dilakukan sepenuhnya dengan cara pemindahan fisik atau hanya pemindahan hak saja. 62 Penyerahan barang harus diperlengkapi surat-surat yang diperlukan untuk menjadi pemilik dan pemakai, sehingga terpenuhilah kewajiban penjual dalam menanggung pihak pembeli agar dapat memakai dan memiliki barang dengan tenang dan aman. 63 b. Penjaminan Benda 64 62 Soekiyah Nayono, Sri Supartini, M. Hadisumarno, Bisnis dan Hukum Perdata Dagang: Kelompok Bisnis dan Manajemen, Surakarta, PT Tiga Serangkai, 1999, hal.39 63 H.NY.Basrah, Op.Cit., hal.29 64 Ibid., hal.41 Universitas Sumatera Utara Menurut Pasal 1492 KUHPer, meskipun pada waktu mengadakan jual-beli tidak ditentukan syarat penjaminan, penjual demi hukum wajib menjamin pembeli bahwa benda yang dijualnya itu bebas dari tuntutan pihak ketiga dan bebas dari pembebanan hak. Menurut Pasal 1504 KUHPer, penjual wajib menjamin cacat tersembunyi pada benda yang dijual. Berdasarkan ketentuan ini, dapat dinyatakan bahwa kewajiban utama penjual mengenai penjaminan meliputi tiga hal, yaitu: a. menjamin bebas dari tuntutan pihak ketiga b. menjamin bebas dari pembebanan hak c. menjamin bebas dari cacat tersembunyi Walaupun undang-undang membebankan kewajiban penjaminan kepada penjual, kedua belah pihak boleh mengadakan janji khusus yang memperluas atau mengurangi bahkan meniadakan kewajiban penjaminan itu Pasal 1493 dan 1506 KUHPer. 2. Pihak Pembeli Pihak pembeli, yaitu pihak yang membayar harga benda. Pembeli dapat berstatus pengusaha atau bukan pengusaha, yang dapat mewakili kepentingan diri sendiri atau pihak lain atau kepentingan badan hukum. Kewajiban Pembeli 65 Pembeli hanya mempunyai satu kewajiban utama, yaitu pembayaran harga. Menurut Pasal 1513 KUHPer, pembeli wajib membayar harga benda yang dibeli pada waktu dan di tempat yang ditetapkan dalam perjanjian. Tetapi, jika pada waktu mengadakan jual-beli tidak ditetapkan 65 Ibid., hal.47 Universitas Sumatera Utara waktu dan tempat pembayaran, maka menurut Pasal 1514 KUHPer, pembeli harus membayar pada waktu dan di tempat penyerahan dilakukan. 3. Perantara dalam Perdagangan Salah satu objek studi hukum dagang adalah Perantara Dagang 66 Pedagang Perantara. Tugas utama Pedagang Perantara adalah menghubungkan produsen dan konsumen. Untuk membakukan lembaga ini, pemerintah melalui Menteri Perindustrian dan Perdagangan mengeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23MPMKep1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan, tanggal 21 Januari 1998. 67 Lembaga Perdagangan adalah suatu instansibadan yang dapat berbentuk perorangan atau badan usaha, baik sebagai eksportir, importir, pedagang besar, pedagang pengecer, ataupun lembaga lembaga perdagangan lain yang sejenis, yang di dalam tatanan pemasaran barang danatau jasa, melakukan kegiatan perdagangan dengan cara memindahkan barang danatau jasa, baik langsung maupun tidak langsung dari produsen sampai pada konsumen. Dalam Kepmenperindag ini, digunakan istilah Lembaga Perdagangan: 68 Secara umum, Pedagang Perantara dapat dibagi dalam 2 dua golongan, yakni: 69 1 Berdasarkan hubungan kerja, artinya pedagang perantara dalam menjalankan tugasnya terikat dalam perjanjian kerja antara majikan dengan pekerja, seperti: pekerja keliling, pengurus filial, pemegang prokurasi, pimpinan perusahaan. 66 Selain istilah Pedagang Perantara dalam Literatur Hukum Dagang, dikenal pula istilah Pengusaha dan Pembantu-pembantunya HMN Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid I, Jakarta: Djambatan, 1987, hal.41; Pedagang Antara Achmad Ichsan, Hukum Dagang, Jakarta: PradnyaParamita,1987, hal.43, dalam Sentosa S. 2008, Op.Cit., hal.117 67 Ibid. 68 Pasal 1 butir 3 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23MPMKep1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan 69 Sentosa S. 2008, Op.Cit., hal.118 Universitas Sumatera Utara 2 Berdiri sendiri, artinya pedagang perantara tidak terikat dengan pemberi kerja, seperti: agen perdaganganperniagaan commercial agent, makelar broker, komisioner factor, perantara pedagang efek PPE. Berikut ini akan diuraikan satu per satu mengenai pedagang perantara, antara lain: a Pemimpin Perusahaan Pemimpin Pimpinan Perusahaan adalah seorang kuasa dari pemilik perusahaan pengusaha atau pemegang kuasa pertama dari perusahaan. Pimpinan Perusahaan menggantikan pengusaha dalam segala hal dan oleh karena itu, ia menjadi kepala seluruh perusahaan itu. Kedudukannya adalah sama dengan kedudukan seorang Direktur PT yang memimpin perusahaan atas nama pengusaha dan dianggap berkuasa untuk semua tindakan yang timbul dari perusahaan itu, kecuali kekuasaannya dibatasi. 70 Seorang PP adalah juga seorang kuasa dari si pengusaha pemilik perusahaan yang menolong dan meringankan pekerjaan pengusaha atau pemegang kuasa dari perusahaan, yang bertindak sebagai wakil dari pimpinan perusahaan. PP bekerja pada pengusaha dan juga menjadi wakil si pengusaha itu. Ia dapat juga dipandang berkuasa untuk beberapa tindakan yang timbul dari perusahaan itu, seperti mewakili perusahaan di muka pengadilan, meminjam uang, menarik b Pemegang Prokurasi PP 70 C.S.T.Kansil 1979, Op.Cit., hal.47 Universitas Sumatera Utara dan mengakseptir surat wesel, mewakili pengusaha dalam hal menandatangani perjanjian dagang, surat-surat keluar, dan lain-lain. 71 Pedagang berkeliling adalah orang yang bekerja pada pengusaha dan memberikan jasa perantaranya pada pembuatan persetujuan tertentu, misalnya mengadakan jual-beli barang antara majikannya dengan orang lain c Pedagang Berkeliling Commercial Traveller 72 atau merupakan pembantu pengusaha di luar kantor untuk memperluas transaksi bisnis. 73 Dalam Kepmenperindag, dirumuskan pengertian Pedagang Keliling, yakni: “Pedagang Keliling adalah perorangan yang melakukan penjualan barang-barang dengan berkeliling meggunakan kendaraan, kereta, gerobak, sepeda atau sejenisnya.” 74 Perusahaan-perusahaan yang besar biasanya mempunyai banyak pedagang berkeliling. Mereka mendapat upah yang tidak tentu besarnya disebut provisi Pedagang berkeliling berhak atas upah yang telah dijanjikan segera sesudah perjanjian antara majikan dan pihak ketiga ditutup. 75 : upah yang diberikan, tetapi kadang- kadang juga menerima gaji tetap. 76 71 Ibid. 72 Ibid., hal.48 73 Sentosa S. 2008, Op.Cit., hal.118 74 Pasal 1 butir 23 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23MPMKep1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan 75 J.C.T.Simorangkir, dkk, Op.Cit., hal.136 76 C.S.T.Kansil 1979, Op.Cit., hal.48 d Pengurus Filial Universitas Sumatera Utara Pengurus filial adalah pihak yang mewakili pengusaha untuk semua hal, tetapi terbatas untuk satu cabang atau wilayah tertentu. 77 Agen Perniagaan adalah orang yang mempunyai perusahaan untuk memberikan perantara pada pembuatan persetujuan tertentu, misalnya persetujuan jual-beli antara pihak ketiga dengan seorang principal, dengan siapa ia mempunyai hubungan tetap atau juga pekerjaan menurut persetujuan-persetujuan seperti itu atas nama dan untuk principalnya itu. e Agen Perniagaan Commercial Agent 78 Oleh karena itu, tugas sebenarnya sama dengan pedagang keliling, yakni memperluas pemasaran, hanya dalam agen perniagaanperdagangan, tidak berdasarkan hubungan kerja, tetapi berdasarkan perjanjian keagenan. 79 Agen perniagaan berdiri sendiri mempunyai perusahaan sendiri, tidak berkedudukan sebagai pekerja terhadap principalnya. 80 Agen itu menerima provisi yang terdiri dari persentase tertentu dari jumlah transaksi-transaksi yang dibuat oleh agen itu. 81 Makelar Broker adalah seorang pedagang perantara yang diangkat oleh presiden atau oleh pembesar yang oleh presiden telah dinyatakan berwenang untuk itu f Makelar 82 77 Sentosa S. 2008, Op.Cit., hal.119 78 C.S.T.Kansil 1979, Op.Cit., hal.50 79 Sentosa S. 2008, Op.Cit., hal.120 80 C.S.T.Kansil 1979, Op.Cit., hal.51 81 Ibid. 82 Pasal 62 ayat 1 KUHD .Ia menyelenggarakan perusahaannya dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan, yang mana Universitas Sumatera Utara pekerjaan makelar ialah melakukan penjualan dan pembelian bagi majikannya akan barang-barang dagangan dan lainnya, kapal-kapal, andil-andil dalam dana umum dan efek-efek lainnya, obligasi-obligasi, surat-surat wesel, surat-surat order, dan surat-surat dagang lainnya, pula untuk menyelenggarakan perdiskontoan, pertanggungan, perutangan dengan jaminan kapal, perutangan uang atau lainnya 83 , seraya mendapat upahan atau provisi tertentu, atas amanat dan nama orang-orang dengan siapa ia tak mempunyai sesuatu hubungan yang tetap. 84 Sebelum diperbolehkan melakukan pekerjaannya, makelar harus bersumpah di muka Pengadilan Negeri yang termasuk dalam daerah hukumnya. 85 Segera sesudah mengakhiri semua tindakan, makelar mencatat perbuatan itu dalam buku catatannya zakboek dan setiap hari catatan itu disalin dalam buku harian dengan cara yang teratur disertai keterangan yang jelas dengan penyebutan yang jelas tentang nama- nama dari pihak-pihak yang bersangkutan, tentang waktu perbuatan dan penyerahan, tentang macam, jumlah, dan syarat-syarat dari perbuatan yang telah dilakukan perbuatan yang ditutupnya Makelar tidak bertindak atas nama sendiri, tetapi mempunyai perusahaan yang berdiri sendiri. 86 83 Pasal 64 KUHD 84 Pasal 61 ayat 1 KUHD 85 Pasal 62 ayat 2 KUHD 86 Pasal 66 KUHD , termasuk juga kualitas dan harga barang-barang. Universitas Sumatera Utara Undang-Undang memandang bahwa catatan-catatan tersebut mempunyai kekuatan istimewa untuk dijadikan bukti antara kedua pihak yang bersangkutan yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan yang diterangkan pada catatan-catatan tersebut. 87 Komisioner Factor adalah seorang yang menyelenggarakan perusahaannya dengan melakukan perbuatan-perbuatan menutup persetujuan atas nama atau firmanya sendiri, tetapi atas amanat dan tanggungan orang lain, dan dengan menerima upahan atau provisi tertentu. g Komisioner 88 Dalam menjalankan pekerjaannya, ia menghubungkan pihak-pihak pemberi kuasa komiten dengan pihak ketiga dengan memakai namanya sendiri. Selain bertindak atas nama sendiri, iapun tidak diwajibkan untuk menyebutkan kepada pihak ketiga dengan siapa ia Kata “atas namanya sendiri” menunjukkan bahwa seorang komisioner tidak diwajibkan memberitahukan kepada yang memerintahkannya mengenai hubungan dagang dengan pihak tertentu yang dijalinnya dilakukannya. Bahkan selanjutnya komisioner berbuat sebagai pengusaha sendiri dan hanya bertanggung jawab terhadap barang-barang yang diperdagangkan. Jadi, berbeda dengan makelar, karena makelar berusaha atas nama dan tanggung jawab orang lain. Selain itu, seorang komisioner tidak diangkat oleh pemerintah dan sebelum melaksanakan tugasnya, seorang komisioner tidak perlu disumpah. 87 Pasal 68 KUHD 88 Pasal 76 KUHD Universitas Sumatera Utara berniaga 89 Tugas seorang komisioner adalah melakukan jual-beli atas perintah seseorang komiten. Dengan demikian, risiko harus dipikulnya sendiri. Berkenaan dengan risiko yang harus dipikulnya, komisioner memiliki hak retensi , yaitu nama orang yang memberi perintah principal. Oleh karena itu, ia berhubungan dengan pihak ketiga seolah-olah tindakan itu urusannya sendiri dan komisioner tidak menanggung dipenuhinya kontrak oleh pihak ketiga. 90 Ekspeditur adalah orang yang mengurus pengangkutan barang dagangan dan lain-lain, baik melalui daratan ataupun lautanperairan. Di dalam KUHD disebutkan: “Ekspeditur adalah orang yang pekerjaannya menjadi tukang menyuruhkan kepada orang lain untuk menyelenggarakan pengangkutan barang-barang dagangan dan lainnya, melalui daratan atau perairan.” , yaitu hak yang mana jika perlu komisioner dapat menahan barang-barang komitennya supaya mendapat pembayaran upah dan uang sebagai pembayar barang-barang itu uang yang telah dibayarnya beserta bunganya. h Ekspeditur 91 Hukum dagang telah menentukan kewajiban seorang ekspeditur . Pembeli yang membeli sejumlah besar barang biasanya menyerahkan pengurusan pengangkutan barang tersebut kepada ekspeditur. 92 89 Pasal 77 KUHD 90 C.S.T.Kansil dan Christine S.T.Kansil, Op.Cit., hal.69 91 Pasal 86 ayat 1 KUHD 92 Pasal 86 ayat 2 KUHD , yaitu membuat catatan-catatan dalam sebuah register harian secara Universitas Sumatera Utara berturut-turut dan terus-menerus tentang macam dan jumlah barang- barang dagangan serta yang lainnya yang harus diangkut, termasuk juga harganya jika hal itu diketahuinya dianggap perlu. Ekspeditur bertanggung jawab penuh atas keselamatan dan keutuhan barang-barang yang dipercayakan pengangkut kepadanya selama di perjalanan dan sampai pada saat penyerahan kepada pihak yang berhak menerimanya atau alamat tujuan yang telah ditentukan 93 , serta harus menanggung segala kerusakan atau kehilangan barang- barang dagangan dan lainnya yang dikirimkannya, yang disebabkan karena kesalahan atau kurang hati-hatinya. 94 Dalam Undang-Undang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah:“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit danatau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” 4. Bank 95 93 Pasal 87 KUHD 94 Pasal 88 KUHD 95 Pasal 1angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang usaha pembiayaan penyediaan dana kredit dan dalam masalah lalu lintas pembayaran, khususnya menerima atau membayar dalam jumlah yang besar. Jadi, bank bukan hanya perantara dalam hal pemberian kredit, tetapi juga dalam hal melakukan pembayaran Universitas Sumatera Utara internasional dan pembayaran di dalam negeri. 96 5. Mengenai Instansi yang Terkait dengan Penjualan Oleh karena itu, perdagangan tidak mungkin melepaskan diri dari pada bank. 97 a. Mengurus kepentingan-kepentingan bisnis, meliputi pengurusan perizinan, penentuan harga, penentuan standard kualitas, pengurusan kepentingan perusahaan dalam perolehan hak cipta, paten dan sebagainya. Lembaga-lembaga yang mengurusi kepentingan di atas di antaranya adalah Departemen Perdagangan, Departemen Kehakiman, dan Kamar Dagang dan Industri Kadin. Pembinaan, pengembangan, dan koordinasi perdagangan di seluruh negara dilakukan oleh Kadin. Dalam kegiatan bisnis atau perdagangan, banyak instansi atau lembaga yang terkait baik langsung maupun tidak langsung, baik lembaga yang dibentuk oleh pemerintah maupun swasta, yang kesemuanya ditujukan untuk mendorong atau memajukan kegiatan bisnis. Dasar dibentuknya lembaga-lembaga perdagangan sebagai berikut: b. Melayani informasi tentang bisnis Misalnya: Departemen Perdagangan, Departemen Keuangan, Departemen Penerangan, Kadin, Pusat Data Bisnis Indonesia PDBI, Organisasi Perusahaan Sejenis OPS, dan Lembaga Konsumen. c. Mengkoordinasikan perusahaan maupun pengusaha d. Mengawasi kegiatan perusahaan Pengawasan kegiatan perusahaan ditujukan untuk mendorong agar perusahaan bergerak dalam kegiatan usaha yang sesuai dan tidak 96 M.H.Tirtaamidjaja, Pokok-Pokok Hukum Perniagaan, Jakarta, Djambatan, 1953, hal.93 97 Soekiyah Nayono, dkk., Op.Cit., hal.66-68 Universitas Sumatera Utara mengganggu ketertiban umum maupun stabilitas nasional. Pengawasan ini biasanya dilakukan oleh instansilembaga pemerintah. e. Memberikan bimbingan kepada pengusaha f. Memperhatikan dan membela hak-hak konsumen Konsumen sebagai pengguna barang-barang hasil produksi perlu mendapatkan petunjuk dalam pemilihan barang-barang agar tidak mudah tertipu oleh produsen atau pedagang yang tidak bertanggung jawab. Lembaga yang terkait ialah Lembaga Konsumen. Berikut ini, ada satu lagi pihak dalam perdagangan, yakni perusahaan leasing leasing company, karena perusahaan leasing adalah merupakan salah satu pihak yang terkait dalam perdagangan alat-alat berat yang dilakukan oleh PT United Tractors, Tbk. 6. Perusahaan Sewa Guna Leasing Company 98 Sewa guna bergerak di bidang usaha pembiayaan penyediaan barang modal, makanya fungsi sewa guna setaraf dengan bank dan oleh karena itu, sewa guna diberi status lembaga keuangan nonbank. Menurut ketentuan Pasal 2 ayat 1 SK Menkeu No.649 Tahun 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing, usaha sewa guna leasing dapat dilakukan oleh lembaga keuangan dan badan usaha tersendiri, baik berbentuk perusahaan nasional maupun perusahaan campuran. 99 Sebelum memperoleh izin usaha sewa guna, lembaga keuangan harus memperoleh izin usaha sebagai lembaga keuangan, sedangkan perusahaan 98 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., ha1.149-151 99 Ibid., hal.148 Universitas Sumatera Utara nasional atau campuran harus memenuhi syarat-syarat berikut Pasal 4 SK Menkeu No.6491974: a. Perusahaan nasional 1 berbentuk perseroan terbatas dan pendiriannya berdasarkan hukum Indonesia 2 seluruh modal saham dimiliki oleh WNI 3 dalam tahap pertama modal yang disetor paling sedikit sebesar Rp 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah b. Perusahaan campuran 1 berbentuk perseroan terbatas dan pendiriannya berdasarkan hukum Indonesia 2 dalam tahap pertama modal yang disetor paling sedikit sebesar Rp 150.000.000,00 seratus lima puluh juta rupiah 3 mayoritas pemilikan saham harus berada di tangan WNI. Untuk memperoleh izin usaha sewa guna, lembaga keuangan dan perusahaan nasionalcampuran yang telah memenuhi syarat, diharuskan pula memenuhi ketentuan berikut Pasal 5 SK Menkeu No.6491974: a. Telah mempunyai rekomendasipertimbangan dari Bank Indonesia atau untuk badan usaha yang bukan lembaga keuangan diperlukan adanya rekomendasi pertimbangan dari Departemen Perdagangan. b. Menyampaikan feasibility study dan rencana pembiayaan usaha untuk paling sedikit 3 tahun mendatang. c. Tidak akan mempekerjakan tenaga warga negara asing, kecuali atas persetujuan Menkeu. Universitas Sumatera Utara d. Dalam organisasi perusahaan akan dipekerjakan paling sedikit seorang tenaga ahli bidang hukum, seorang akuntan, dan seorang tenaga ahli bidang mana usaha sewa guna akan dititikberatkan. e. Dalam hal diperlukan asuransi, maka penutupannya harus dilakukan pada perusahaan asuransi yang ada di Indonesia. f. Barang yang disewagunakan harus diambil dari produksi dalam negeri, kecuali apabila produksi dalam negeri belum memungkinkan. g. Mempunyai ruang kantor yang tetap dan beralamat jelas, sedangkan setiap pembukaan kantor cabang harus dengan persetujuan Menkeu. Menurut ketentuan Pasal 6 ayat 2 SK Menkeu No.6491974, leasing company yang tidak berkedudukan di Indonesia dilarang melakukan usaha sewa guna di Indonesia. Adapun bidang usaha sewa guna, meliputi: 100 a. perhubungan b. industri manufacturing c. pengusahaan hutan d. pertanian e. lain-lain yang ditetapkan kemudian dengan mendengar pandapatpertimbangan dari departemen teknis yang berkepentingan. Perusahaan yang menjalankan kegiatan sewa guna dilarang memberi kreditpinjaman uang, mengeluarkan jaminan bagi pihak ketiga dan usaha- usaha perbankan lainnya, kecuali lembaga keuangan nonbank yang telah diatur tersendiri. 101 100 Ibid., hal.153 101 Ibid. Selain itu, pihak yang menyewagunakan hanya Universitas Sumatera Utara diperkenankan memberikan pembiayaan barang modal kepada penyewa guna yang telah memiliki NPWP, mempunyai kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas. 102 Munculnya lembaga leasing merupakan alternatif yang menarik bagi para pengusaha karena saat ini mereka cenderung menggunakan dana rupiah tunai untuk kegiatan operasional perusahaan. Melalui leasing mereka bisa memperoleh dana untuk membiayai pembelian barang-barang modal dengan jangka waktu pengembalian antara tiga hingga lima tahun atau lebih. Di samping hal tersebut di atas, para pengusaha juga memperoleh keuntungan-keuntungan lainnya seperti kemudahan dalam pengurusan dan adanya hak opsi. 103 102 Ibid., hal.152153 103 http:dahlanforum.wordpress.com20090424leasing-sewa-guna-usaha-pengertian Universitas Sumatera Utara BAB III MEKANISME PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN

D. Pengertian Mekanisme Pembayaran