Karekteristik atau Ciri-ciri Penduduk Miskin Mengukur Kemiskinan

pendidikan, pengetahuan, keterampilan maupun tingkat kesehatan dan penguasaan teknologi. 3. Physical Assets; minimnya akses ke infrastruktur dan fasilitas umum seperti jaringan jalan, listrik dan komunikasi. 4. Financial Assets; berupa tabungan saving, serta akses untuk memperoleh modal usaha. 5. Social Assets; berupa jaringan, kontak dan pengaruh politik, dalam hal ini kekuatan bargaining position dalam pengambilan keputusan-keputusan politik.

2.2.5 Karekteristik atau Ciri-ciri Penduduk Miskin

Emil Salim 1976 mengemukakan lima karakteristik kemiskinan, kelima karakteristik kemiskinan tersebut adalah : 1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri. 2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. 3. Tingkat pendidikan pada umumnya sendiri. 4. Banyak diantara mereka tidak mempunyai fasilitas. 5. Diantara mereka berusaha relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai. Ciri-ciri kelompok penduduk miskin, yaitu : 1. Rata-rata tidak mempunyai faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja dan keterampilan. Universitas Sumatera Utara 2. Mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. 3. Kebanyakan bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil sektor informal, setengah menganggur atau menganggur tidak bekerja. 4. Kebanyakan berada di pedesaan atau daerah tertentu perkotaan slum area. 5. Kurangnya kesempatan untuk memperoleh dalam jumlah yang cukup, bahan kebutuhan pokok, pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan sosial lainnya. Kelompok penduduk miskin yang berada pada masyarakat pedesaan dan perkotaan, pada umumnya dapat digolongkan pada buruh tani, petani gurem, pedagang kecil, nelayan, pengrajin kecil, buruh, pedagang kaki lima, pedagang asongan, pemulung, gelandangan, pengemis, dan pengagguran.

2.2.6 Mengukur Kemiskinan

Untuk mengukur kemiskinan, Indonesia melalui BPS menggunakan pendekatan kebutuhan dasar basic needs yang dapat diukur dengan angka atau hitungan Indeks Perkepala Head Count Index, yakni jumlah dan persentase penduduk miskin yang berada di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan ditetapkan pada tingkat yang selalu konstan secara riil sehinga kita dapat mengurangi angka kemiskinan dengan menelusuri kemajuan yang diperoleh dalam mengentaskan kemiskinan di sepanjang waktu. Salah satu cara mengukur kemiskinan yang diterapkan di Indonesia yakni mengukur derajat ketimpangan pendapatan diantara masyarakat miskin, seperti koefisien Gini antar masyarakat miskin GP atau koefisien variasi pendapatan CV antar masyarakat miskin Universitas Sumatera Utara CVP. Koefisien gini atau CV antar masyarakat miskin tersebut penting diketahui karena dampak guncangan perekonomian pada kemiskinan dapt sangat berbeda tergantung pada tingkat dan distribusi sumber daya diantara masyarakat miskin. Prinsip-prinsip untuk mengukur kemiskinan, yakni : 1. Anonimitas independensi, yaitu ukuran cakupan kemiskinan tidak boleh tergantung pada siapa yang miskin atau pada apakah negara tersebut mempunyai jumlah penduduk yang banyak atau sedikit. 2. Monotenisitas, yakni bahwa jika kita memberi sejumlah uang kepada seseorang yang berada dibawah garis kemiskinan, jika diasumsikan semua pendapatan yang lain tetap maka kemiskinan yang terjadi tidak mungkin lebih tinggi dari pada sebelumnya. 3. Sensitivitas distribusional, yaitu menyatakan bahwa dengan semua hal lain konstan, jika mentransfer penapatan dari orang miskin ke orang kaya, maka akibatnya perekonomian akan menjadi lebih miskin.

2.2.7 Efek Lingkaran Perangkap Kemiskinan Terhadap Pembangunan Ekonomi