7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Menurut Suryana 2003, jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar, membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup besar, yang tentunya akan
memerlukan upaya dan sumber daya yang besar untuk memenuhinya. Beberapa masalah dalam mencukupi ketersediaan pangan adalah:
1. Upaya mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup menghadapi kendala
kemampuan produksi pangan yang semakin terbatas disebabkan oleh: a.
Berlanjutnya konversi lahan pertanian kepada kegiatan non pertanian. Seluruh ekosistem lahan pertanian terus mengalami degradasi kualitas dan
kesuburan, karena cara-cara pemanfaatan yang kurang ramah lingkungan. b.
Semakin langkanya ketersediaan sumber daya air untuk pertanian, karena persaingan dengan aktivitas ekonomi lainnya, disamping menurunnya
kualitas air terus berlangsung, yang terutama disebabkan oleh rendahnya efisiensi manajemen pemanfaatan air dan kepedulian terhadap
lingkungan. c.
Fenomena iklim yang semakin tidak menentu karena pengaruh global warming.
2. Teknologi yang diperlukan oleh masyarakat untuk mengatasi semakin
terbatasnya lahan serta meningkatnya kebutuhan pangan, mengalami beberapa keterbatasan diantaranya:
Universitas Sumatera Utara
a. Teknologi produksi untuk lahan sawah relative stagnan, sedangkan
teknologi lahan kering, lahan rawalebak, dan lahan pasang surut, relative belum mampu meningkatkan produktivitas tanaman secara signifikan.
b. Teknologi pasca panen belum diterapkan dengan baik sehingga tingkat
penurunan mutu produk dan tingkat kehilangan hasil masih cukup tinggi. c.
Kinerja pelayanan teknologi pengolahan hasil tepat gunna belum memadai untuk menunjang pengembangan industri pengolahan pangan.
3. Terbatasnya kemampuan petani berlahan sempit dalam menerapkan teknologi
tepat guna menyebabkan tingkat produktivitas usaha tani relative stagnan. 4.
Dalam era perdagangan global, peluang impor pangan telah terbuka untuk umum. Disamping menguras devisa yang terbatas, impor menambah ketatnya
persaingan produk-produk petani di pasar domestic.
Makna yang terkandung dalam konsep pangan adalah berkaitan dengan komoditas maupun sistem ekonomi pangan yang terdiri atas proses produksi termasuk
industri pengolahan, penyediaan, distribusi, maupun konsumsi. Dengan demikian, masalah pangan meliputi ketidakseimbangan atau ketidakberagaman jenis pangan;
kerawanan pangan baik produksi, cadangan, distribusi maupun konsumsi pangankelaparan starvation. Bencana alam banjir, longsor, kekeringan;
gangguan hamapenyakit; pencemaran lingkungan; terbatasnya sarana, prasarana, teknologi dan perangsang produksi; pertambahan penduduk; lahan marginal
maupun konversi lahan merupakan faktor penyebab terjadinya rawan produksi maupun cadangan pangan. Ketersediaan pangan merupakan kondisi penyediaan
pangan yang mencakup makanan dan minuman yang berasal dari tanaman, ternak,
Universitas Sumatera Utara
dan ikan serta turunannya bagi penduduk suatu wilayah dalam suatu kurun waktu tertentu. Ketersediaan pangan merupakan suatu sistem yang berjenjang mulai dari
nasional, provinsi regional, lokal kabupatenkota, dan rumah tangga. Ketersediaan pangan dapat diukur baik pada tingkat makro nasional, provinsi,
kabupatenkota maupun mikro rumah tangga. Komponen ketersediaan pangan meliputi kemampuan produksi, cadangan maupun impor pangan setelah dikoreksi
dengan ekspor dan berbagai penggunaan seperti untuk bibit, pakan industri makanannonpangan dan tercecer Baliwati, 2010.
Pada dasarnya ketahanan pangan terdapat 4 empat pilar yaitu, aspek
ketersediaan food availibility, aspek stabilitas ketersediaan atau pasokan access of supplies
, aspek keterjangkauan access to utilization, dan aspek konsumsi pangan food utilization. Keempat pilar tersebut mengindikasikan bahwa pangan
harus tersedia dalam jumlah yang cukup, baik di musim panen maupun paceklik, terdistribusi merata di seluruh peloksok negeri, harganya terjangkau oleh orang
yang miskin sekalipun dan aman serta bermutu Isbandi dan Rusdiana, 2014. Ketersediaan pangan dari produksi domestic diperoleh dari produksi ditambah
impor dikurangi kebutuhan untuk konsumsi pakan, benih, dan tercecer serta ekspor. Ketersediaan sebagian besar pangan pokok dunia menurun akibat adanya
penurunan produksi di sebagian besar negara utama produsen beras yang mengakibatkan
meningkatnya harga
pangan dunia
Dewan Ketahanan Pangan, 2010. Cadangan pangan nasional adalah persediaan pangan di seluruh pelosok wilayah
Indonesia untuk konsumsi manusia, bahan baku industri, dan untuk menghadapi
Universitas Sumatera Utara
keadaan darurat. Cadangan pangan nasional diupayakan berada di dalam negeri dan harus senantiasa cukup untuk mengatasi masalah kekurangan pangan, atau
terjadinya berbagai kebutuhan yang mendadak akibat bencana, atau pengaruh fluktuasi harga UU RI No 7, 1996.
Pangan tidak hanya beras, karena jenis pangan cukup banyak dan beragam serta
semuanya diperlukan untuk berlangsungnya kehidupan manusia yang sehat yaitu terpenuhinya kebutuhan kalori, protein, vitamin, mineral, dan lemak.
Pengelompokan pangan berdasarkan pangan pokok dan strategis yaitu beras, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, daging ayam, daging
ruminansia, telur, susu, cabe merah, bawang merah, minyak goreng, gula pasir, dan ikan Badan Ketahanan Pangan, 2010.
Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Kecukupan ketersediaan beras pada tingkat nasional maupun regional menjadi prasarat bagi terwujudnya ketahanan pangan nasional. Beras merupakan
komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, hampir seluruh penduduk di negara ini mengkonsumsi beras setiap harinya. Hal ini menyebabkan komoditas
beras memiliki nilai yang sangat strategis, selain karena menguasai hajat hidup orang banyak, juga dapat dijadikan parameter stabilitas ekonomi dan sosial
negara. Apabila terjadi kelangkaaan atau tidak terpenuhinya kebutuhan beras pada masyarakat, akan berdampak pada inflasi dan gejolak social
Sumodiningrat, 2001 Jagung merupakan bahan baku utama dalam pembuatan pakan. Dari aspek
produksi sebenarnya swasembada jagung sudah terpenuhi. Namun, karena
Universitas Sumatera Utara
kontinuitas kebutuhan tidak dapat dipenuhi maka terpaksa dilakukan impor walaupun pada saat tertentu dilakukan ekspor. Terjadinya ekspor dan impor pada
tahun yang sama disebabkan antara lain musim panen jagung tidak merata sepanjang tahun. Pada awal musim panen terjadi surplus produksi sehingga
jagung harus diekspor karena belum tersedia fasilitas penyimpanan yang memadai. Sebaliknya, pada musim paceklik terjadi kekurangan produksi sehingga
untuk memenuhi kebutuhan harus dipenuhi dari impor Adisarwanto dalam Sitepu Christy, 2013.
2.2 Landasan Teori