68 Dari tabel 26 menunjukkan bahwa bertambahnya pengetahuan tentang
percintaan melalui sinetron tidak berpengaruh terhadap sikap untuk berbuat hal- hal yang tidak baik, yaitu sebanyak 39 orang 55,7 responden menyatakan tidak
berpengaruh. Namun sebanyak 16 orang 22,9 menyatakan kurang berpengaruh, sebanyak 11 orang 15,7 menyatakan berpengaruh, dan sebanyak
4 orang 5,7 menyatakan sangat berpengaruh. Dari hasil penelitian bahwa dengan bertambahnya pengetahuan tentang
percintaan tidak mempengaruhi sikap untuk berbuat hal-hal yang tidak baik. Pada umumnya remaja melakukan hal-hal yang tidak baik merupakan pengaruh yang
tidak hanya berasal dari diri sendiri tetapi dari lingkungan yang mengkontaminasi pikiran remaja itu sendiri. Seorang responden mengatakan:
“....aku pernah melakukan hal-hal yang tidak baik bang..seperti mencium dan memeluk pacar aku...itu pun karena kawan-kawan aku, mereka bilang kalau
g’begitu bukan pacaran namanya..”.
5.1.3. Analisa Variabel Y TABEL 26
Frekuensi Memperhatikan Produk Yang Digunakan Bintang Sinetron
No. Kategori Jumlah
1. Tidak Pernah
18 25,7
2. Jarang 20
28,6 3. Sering
29 41,4
4. Sering Sekali
3 4,3
Total 70 100
Sumber: P.22FC24
Universitas Sumatera Utara
69 Data tabel 27 menunjukkan bahwa responden tidak pernah
memperhatikan produk yang digunakan bintang sinetron, yaitu sebanyak 18 orang 25,7, responden yang menyatakan jarang, yaitu sebanyak 20 orang 28,6.
Namun sebanyak 29 orang 41,4 menyatakan sering memperhatikan produk yang digunakan bintang sinetron, dan sebanyak 3 orang 4,3 menyatakan sering
sekali. Tabulasi jawaban responden di atas menunjukkan bahwa tingkat
sensitifitas para siswa dalam memperhatikan sesuatu hal yang beda dan baru yang sering ditampilkan dalam sinetron sangat tinggi. Biasanya perhatian yang
diberikan oleh para pemirsa terhadap sesuatu hal yang disampaikan melalui media lewat seorang tokoh atau selebritis akan menjadi trend di kalangan para anak
muda dan remaja khususnya. Hal ini merupakan salah satu gejala mulai bekerjanya efek dari konsumerisme terhadap sinetron. Seorang responden
mengatakan: “...aku tertarik sama produk bintang sinetron bang..karena baju dan asesoris yang mereka pake bagus-bagus...”
TABEL 27 Ketertarikan Untuk Memperoleh Produk Bintang Sinetron
No. Kategori Jumlah
1. Tidak Tertarik
24 34,3
2. Kurang Tertarik
22 31,4
3. Tertarik 19
27,1 4.
Sangat Tertarik 5
7,1 Total 70
100 Sumber:P.23FC.25
Universitas Sumatera Utara
70 Dari tabel 28 menunjukkan bahwa responden tidak tertarik untuk
memperoleh produk yang digunakan bintang sinetron, yaitu sebanyak 24 orang 34,3, sebanyak 22 orang 31,4 menyatakan kurang tertarik untuk
memperoleh produk yang digunakan bintang sinetron. Namun sebanyak 19 orang 27,1 menyatakan tertarik, dan sebanyak 5 orang 7,1 menyatakan sangat
tertarik untuk memperoleh produk yang digunakan bintang sinetron. Dari tabel diatas dapat dilihat sebuah fenomena yang cukup
memprihatinkan dimana siswa sudah sampai pada tahap konsumsi barang-barang yang disaksikannya di televisi dan ini merupakan salah satu efek penayangan
sinetron. Sekolah terkadang mereka jadikan menjadi ajang tempat memamerkan barang-barang mewah yang mereka beli.
TABEL 28 Frekuensi Responden Membeli Produk Yang Tidak Sesuai Dengan Uang
SakuTabungan
No. Kategori Jumlah
1. Tidak Pernah
33 47,1
2. Jarang 30
42,9 3. Sering
6 8,6
4. Sering Sekali
1 1,4
Total 70 100
Sumber: P.24FC.26 Data tabel 29 menunjukkan bahwa responden tidak pernah membeli
produk yang tidak sesuai dengan uang sakutabungan, yaitu sebanyak 33 orang 47,1, dan sebanyak 30 orang 42,9 menyatakan jarang. Namun, sebanyak 6
Universitas Sumatera Utara
71 orang 8,6 menyatakan sering, dan sebanyak 1 orang 1,4 menyatakan sering
sekali membeli produk yang tidak sesuai dengan uang sakutabungan mereka. Berdasarkan kondisi di atas terlihat sebuah budaya konsumerisme yang
mengarah kepemborosan dimana pada kondisi tertentu atau di sekolah-sekolah saat ini sering kita lihat fenomena siswa yang tampil begitu “wah”. Sebagian
siswa sangat bangga jika bisa membeli dan menggunakan produk yang digunakan para bintang sinetron. Terkadang para siswa memaksakan menghabiskan
tabungannya atau perihal yang paling buruk membohongi orang tua untuk mendapatkan uang untuk membeli produk tersebut. Seorang responden
mengatakan: “....aku sering beli produk seperti baju, asesoris atau yang lainnya, yang di pake kayak bintang sinetron itu bang..karena ngetrend gitu”.
TABEL 29 Tanggapan Responden Merasa Menyesal Karena Tidak Dapat Hidup
Mewah
No. Kategori Jumlah
1. Tidak Pernah
37 52,9
2. Kadang-kadang 20
28,6 3. Sering
12 17,1
4. Sering Sekali
1 1,4
Total 70 100
Sumber: P.25FC.27 Dari tabel 30 menunjukkan bahwa responden meyatakan tidak pernah
menyesali hidup karena tidak dapat hidup mewah, yaitu sebanyak 37 orang 52,9, dan sebanyak 20 orang 28,6 menyatakan kadang-kadang. Namun
Universitas Sumatera Utara
72 sebanyak 12 orang 17,1 menyatakan sering, dan sebanyak 1 orang 1,4
menyatakan sering sekali menyesali karena tidak dapat hidup mewah. Hal yang paling fatal dari efek sinetron adalah mengakinatkan para
pemirsa terutama siswa yang masih kurang kritis dalam menanggapi dan mencerna isi sinetron yang berakibat mereka menjadi seorang penghayal dan
menyesali keberadaan mereka dengan kondisi keluarga, ekonomi maupun fisik yang ada.
TABEL 30 Selera Responden Terhadap Gaya Hidup Mewah
No. Kategori Jumlah
1. Tidak Sesuai
19 27,1
2. Kurang Sesuai
33 47,1
3. Sesuai 16
22,9 4.
Sangat Sesuai 2
2,9 Total 70
100 Sumber:
P.26FC.28 Dari tabel 31 menunjukkan bahwa selera responden dengan gaya hidup
mewah dalam tayangan sinetron menyatakan tidak sesuai, yaitu sebanyak 19 orang 27,1, sebanyak 33 orang 47,1 menyatakan kurang sesuai. Namun
sebanyak 16 orang 22,9 menyatakan sesuai, dan sebanyak 2 orang 2,9 menyatakan sangat sesuai.
Berdasarkan tabulasi data di atas kita lihat pesona kemewahan – kemewahan yang ditebarkan pada sinetron telah membangkitkan selera dan minat
untuk menikmatinya bagi para siswa. Hal ini bisa menjadi positif jika dijadikan
Universitas Sumatera Utara
73 motivasi oleh mereka akan tetapi akan berdampak negatif bila mana mereka
memaksakan diri dengan berbagai usaha yang buruk untuk mendapatkan kenikmatan hidup mewah tersebut. Sebagai contoh dalam fenomena sehari-hari
dapat kita lihat bahwa banyak siswa yang sekarang ini menjadi peliharaan orang- orang tua yang sering dipanggil “om” oleh mereka. Fenomena ini sebagai efek
lanjutan dari keinginan hidup mewah tadi.
TABEL 31 Tanggapan Responden Mengenai Tema Sinetron Percintaan Dengan
Kehidupan Sosial
No. Kategori Jumlah
1. Tidak Sesuai
18 25,7
2. Kurang Sesuai
29 41,4
3. Sesuai 20
28,6 4.
Sangat Sesuai 3
4,3 Total 70
100 Sumber: P.27FC.29
Data tabel 32 menunjukkan bahwa mayoritas responden menjawab tema sinetron percintaan yang sedang marak pada sekarang ini kurang sesuai dengan
kehidupan sosial, yaitu sebanyak 29 orang 41,4, dan sebanyak 18 orang 25,7 menyatakan tidak sesuai. Namun, sebanyak 20 orang 28,6
menyatakan sesuai, dan 3 orang 4,3 menyatakan sangat sesuai tema sinetron percintaan dengan kehidupan sosial.
Akhir-akhir ini banyak pihak yakni para orang tua, pemuka agama, pendidik, dan warga masyarakat yang lain mengungkapkan kekhawatiran mereka
Universitas Sumatera Utara
74 terhadap tayangan yang disajikan lewat sinetron dipandang mendatangkan bahaya
instan dan dampak yang buruk kepada masyarakat luas. Dimana tema-tema sinetron Indonesia saat ini sangat disayangkan tidak “booming” dalam artian tidak
merakyat dan minim akan aspek sosialnya. Tema-tema sosial sangat minim di usung dalam sinetron, malahan sebaliknya nilai kemewahan yang lebih diagung-
agungkan. Kondisi di atas harus segera diperbaiki ke depannya dimana masyarakat
harus berperan aktif memberikan kritik kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan keberadaan dan pengaruh sinetron bagi masyarakat.
TABEL 32 Tanggapan Responden Bergaya Meniru Karakter Bintang Sinetron
No. Kategori Jumlah
1. Tidak Termotivasi
24 34,3
2. Kadang-kadang Termotivasi
20 28,6
3. Termotivasi 26
37,1 4.
Sangat Termotivasi -
- Total 70
100 Sumber:
P.28FC.30 Dari tabel 33 menunjukkan bahwa responden termotivasi untuk bergaya
meniru karakter bintang sinetron, yaitu sebanyak 26 orang 37,1. Namun sebanyak 24 orang 34,3 menyatakan tidak termotivasi, dan sebanyak 20 orang
28,6 menyatakan kadang-kadang termotivasi. Dan tidak seorang pun yang menyatakan sangat termotivasi untuk bergaya meniru karakter bintang sinetron.
Universitas Sumatera Utara
75 Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa mayoritas responden berpendapat
termotivasi untuk bergaya meniru karakter bintang sinetron yang di idolakan.
Karena manusia adalah makhluk peniru dan imitatif. Perilaku imitatif ini sangat menonjol pada anak-anak dan remaja. Jadi, tidak heran kalau ada anak dan remaja
sekarang kecenderungan untuk berpenampilan layaknya bintang sinetronartis yang diidolakannya.
TABEL 33 Frekuensi Responden Mempraktekkan Adegan Percintaan Dengan
TemanPacar
No. Kategori Jumlah
1. Tidak Pernah
18 25,7
2. Jarang 20
28,5 3. Sering
30 42,9
4. Sering Sekali
2 2,9
Total 70 100
Sumber: P.29FC.31 Dari tabel 34 diketahui bahwa setelah menonton sinetron percintaan
remaja sering mempraktekkan adegan percintaan dengan pacarteman, yaitu sebanyak 30 orang 42,9, dan sebanyak 2 orang 2,9 menyatakan sering
sekali. Namun, sebanyak 18 orang 25,7 menyatakan tidak pernah, dan sebanyak 20 orang 28,5 menyatakan jarang mempraktekkan adegan percintaan
dengan pacarteman. Besarnya potensi media televisi terhadap perubahan masyarakat
menimbulkan pro dan kotra. Pandangan pro melihat televisi merupakan wahana
Universitas Sumatera Utara
76 pendidikan dan sosialisasi nilai-nilai positif masyatrakat. Sebaliknya pandangan
kontra melihat televisi sebagai ancaman yang dapat merusak moral dan perilaku desktruktif lainnya. Secara umum kontraversial tersebut dapat digolongkan dalam
tiga katagori, yaitu pertama, tayangan televisi dapat mengancam tatanan nilai masyarakat yang telah ada, kedua televisi dapat menguatkan tatanan nilai yang
telah ada, dan ketiga televisi dapat membentuk tatanan nilai baru masyarakat termasuk lingkungan anak.
TABEL 34 Tanggapan Responden Terhadap Adegan Yang Dilakukan Dengan Pasangan
No. Kategori Jumlah
1. Pegangan Tangan
35 50
2. Ciuman 27
38,6 3. Pelukan
5 7,1
4. Seks Bebas
3 4,3
Total 70 100
Sumber: P.30FC.32 Data dari tabel 35 menunjukkan bahwa adegan yang sering dilakukan
dengan pasangan adalah pegangan tangan, yaitu sebanyak 35 orang 50, sebanyak 27 orang 38,6 menyatakan ciuman, sebanyak 5 orang 7,1
menyatakan pelukan dan sebanyak 3 orang 4,3 menyatakan seks bebas. Berdasarkan hasil penelitian hal ini menunjukkan adanya perilaku seks
pelajar yang memprihatinkan. Rasanya, belum saatnya para pelajar mengenal urusan seks lebih jauh. Apalagi mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
77
TABEL 35 Tanggapan Responden Bahwa Sinetron Percintaan Dapat Merubah Perilaku
No. Kategori Jumlah
1. Tidak Setuju
5 7,1
2. Belum Tentu
17 24,3
3. Setuju 37
52,9 4.
Sangat Setuju 11
15,7 Total 70
100 Sumber:
P.31FC.33 Dari data tabel 36 diketahui bahwa responden menyatakan setuju bahwa
sinetron khususnya sinetron percintaan dapat berdampak pada perubahan perilaku, yaitu sebanyak 37 orang 52,9 menyatakan setuju, dan sebanyak 11 orang
15,7 menyatakan sangat setuju. Namun, sebanyak 17 orang 24,3 menyatakan belum setuju, dan sebanyak 5 orang 7,1 menyatakan tidak setuju.
Disadari atau tidak disadari, lambat atau cepat pada dasarnya sinetron itu telah membawa dampak terhadap perubahan perilaku masyarakat Indonesia.
Untuk fenomena sekolah dapat kita lihat dimana perilaku pelajar yang diperankanjuga cenderung permissif dan bebas dari aturan sekolah. Siswanya
banyak yang memanjangkan rambut bagi yang laki-laki, memakai anting, gelang, atau berperilaku layaknya preman. Kancing baju bagian atas di buka dan kemeja
lengan pendeknya digulung. Kata-kata kasar dengan nada celaan, cacian, makian, mereka lontarkan sebagai bentuk kebencian, iri hati, dan kedengkian kepada
lawan mainnya. Pergaulan bebas di antara mereka menjadi menu utama. Segala hal yang berbau cinta menyita perhatian, waktu, tenaga, dan juga materi para
Universitas Sumatera Utara
78 pemerannya sepanjang cerita. Seolah, urusan cinta adalah hidup-mati mereka.
Sehingga dianggap wajar jika harus menelantarkan kepentingan sekolah.
TABEL 36 Tanggapan Responden Dalam Mengidentikkan Diri Dengan Tokoh Idola
No. Kategori Jumlah
1. Tidak Suka
23 32,9
2. Kurang Suka
32 45,7
3. Suka 13
18,5 4.
Sangat Suka 2
2,9 Total 70
100 Sumber: P.32FC.34
Data tabel 37 menunjukkan bahwa responden menyatakan tidak suka mengidentikkan diri dengan tokoh idola dalam sinetron, yaitu sebanyak 23 orang
32,9, sebanyak 32 orang 45,7 menyatakan kurang suka. Namun, sebanyak 13 orang 18,5 menyatakan suka, dan sebanyak 2 orang 2,9 menyatakan
sangat suka mengidentikkan diri dengan tokoh idola dalam sinetron. Generasi muda dalam masa identifikasi mencari jati diri dengan mencari
sosok yang baginya bisa jadi panutan. Yang dilakukan sang idola, baik atau buruk, bagi mereka patut ditiru, tanpa melihat segi negatifnya. Jika sesuatu
dianggap menjadi trend, mereka mengikutinya. Generasi tua juga perlu idola. Banyak politikus yang sikap dan perilakunya tidak bisa jadi idola bagi orang yang
sebenarnya bisa mengidolakan mereka. Bagi generasi muda biasanya sosok yang diidolakan mereka yang dikenal banyak orang atau public figure. Dalam keluarga,
yang pertama menjadi idola anak-anak adalah orangtuanya. Krisis idola,
Universitas Sumatera Utara
79 fenomena anak tidak mengidolakan orangtuanya, kini dirasakan banyak orang.
Sekarang banyak bapak dan ibu bekerja diluar rumah. Ibu yang bagi mereka sosok di rumah yang bisa melindungi mereka, namun saat dibutuhkan ia tidak ada.
Akhirnya anak mencari orang terdekta lain di luar rumah untuk jadi idolanya. Bisa saja orang lain jadi idola pengganti orangtua, namun tanggung jawab pendidikan
dasarnya tetap orangtua. Orangtua harus punya porsi pendidikan, meski tidak 100. Jika idola anaknya tokoh, orangtua tetap berperan mengarahkan, mana
yang baik dan buruk. Biasanya anak berprinsip “karena orangtuaku berhasil aku juga harus berhasil. Aku ingin seperti mereka, dengan ingin seperti mereka, aku
juga tidak ingin mengecewakan orangtuaku”. Dalam skup lebih mengglobal dari hasil penelitian mengenai kehidupan remaja saat ini, mereka kehilangan idola di
rumah. Begitu banyak pengaruh dari media massa membuat mereka mencari yang lebih memuaskan. Seharusnya selebritis tahu bagaiman bersikap dan berperilaku
baik, karena mereka public figure, namun banyak yang tidak demikian. Kemampuannya bagus namun emosinya kurang. Jika yang ditiru dari si artis
sebatas pakaian atau cara bicara, tidak ada masalah. Yang dikhawatirkan meniru perilaku negatifnya. Artis yang dengan segala permasalahan negatifnya seperti
kawin-cerai, berselingkuh, dan terlibat narkoba, sangat gampang berpengaruh ke dalam kepribadian remaja.
Universitas Sumatera Utara
80
5.2. Pengujian Hipotesa